BAGI seorang petani, berdialog dengan Presiden dalam acara temu wicara tentu membanggakan. Tapi Yarman Hadi, 42 tahun, Ketua Koperasi Unit Desa Budi Mulia Sejahtera (KUD BMS) Desa Babatan, Kabupaten Bengkulu Selatan, malah gelisah. "Saya merasa berdosa membohongi Pak Harto," ujarnya. Akhirnya, Sabtu pekan silam, ia mengirimkan surat minta maaf kepada Pak Harto. "Bapak Presiden, saya menulis surat ini untuk minta maaf karena merasa berdosa memberi laporan palsu kepada Bapak, akibat rekayasa dari pimpinan PTP XXIII," tulisnya. Ada apa? Beberapa waktu lalu, ia menjadi juru bicara petani ketika Presiden berkunjung ke sana. Ia menyebutkan, koperasi mereka sukses karena bantuan Rp 18 juta dari PTP XXIII. "Berkat bantuan itu, setiap anggota mampu menabung Rp 50.000 tiap bulan," ujarnya. Pak Harto pun tersenyum. Malamnya, temu wicara itu disiarkan TVRI. Sontak petani anggota KUD BMS kaget. Mereka mendatangi rumah Yarman. Mereka menuduhnya disuap PTP XXIII. "Koperasi hampir bangkrut, kok, dilaporkan maju pesat. Berani amat membohongi Presiden," sergah Muslim Lelo, anggota KUD BMS. Akhirnya, Yarman mengaku berbohong. "Tapi ini rekayasa PTP XXIII agar bantuan Rp 18 juta turun," ujarnya. Teman-temannya pun gembira. Ternyata, bantuan tak juga cair. Administrator PTP XXIII, Aminullah, membantah. "Kami tak menyuruh dia berbohong," katanya. Ihwal kredit lunak Rp 18 juta, katanya, akan cair asalkan KUD mengajukan laporan keuangan dan proposal. Syarat itu, kata Aminullah, belum dipenuhi. "Kalau tak disuruh bohong, kenapa saya berani mengirim surat minta maaf kepada Presiden?" kata Yarman.Hasan Syukur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini