Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEMIMPIN himpunan pemuda Muhammadiyah dua dekade lalu, Hajriyanto Y. Thohari menjadi magnet anak-anak muda organisasi kemasyarakatan Islam itu hingga kini. Rumah dinas Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu menjadi tempat berkumpul mereka. Hampir sebulan sekali, tuan rumah menggelar diskusi mengenai peristiwa yang sedang hangat, termasuk pemilihan presiden.
Peserta pertemuan, kata mantan Ketua Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah ini, kebanyakan pendukung Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Sebagian tak terang-terangan mendukung salah satu kandidat. Penyokong Prabowo mengibarkan bendera Surya Madani Indonesia dan Forum Matahari Indonesia Raya. Sedangkan pro-Jokowi terhimpun dalam Relawan Matahari Indonesia.
Diskusi tentang calon presiden bahkan dibawa ke acara pernikahan putri Hajriyanto, 14 Juni lalu. Hajriyanto meminta mereka menjadi panitia resepsi. "Rapat mau mantu, tapi omongannya mengarah ke politik. Sambil guyon, sambil mengolok-olok," ujar politikus Golkar ini Rabu pekan lalu. Walau dekat dengan Jusuf Kalla, pasangan Jokowi, Hajriyanto mendukung Prabowo mengikuti keputusan partai.
Anak-anak muda itulah yang bergerak merebut dukungan sekitar 15 juta warga Muhammadiyah dalam pemilihan presiden. Pendukung Prabowo dan Jokowi menciptakan wadah baru karena Muhammadiyah sebagai organisasi memang menyatakan netral. "Para orang tua akhirnya ikut," kata Abdul Rohim Ghazali, aktivis Relawan Matahari Indonesia. Para senior-pengurus atau mantan pengurus Muhammadiyah-kemudian dipasang sebagai penasihat organisasi.
Patron utama Relawan Matahari adalah Soetrisno Bachir, mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, yang juga anggota tim pemenangan Jokowi-Kalla. Soetrisno mengklaim organisasinya didukung mantan Ketua Umum Muhammadiyah Syafii Maarif. "Kalau Pak Syafii menyatakan mendukung, semua akhirnya mendukung. Beliau itu panutan," ujarnya. Setelah bertemu dengan Jokowi di Yogyakarta pada Mei lalu, Syafii menyiratkan pilihannya. "Sudah bertemu lima kali itu isyaratnya apa?" katanya.
Mantan Menteri Agama Abdul Malik Fadjar dan akademikus Abdul Munir Mulkhan juga diklaim ada di barisan ini. Menurut Soetrisno, sebagian besar pengurus Muhammadiyah mendukung Jokowi. Salah satunya Ketua Umum Din Syamsuddin. Hanya, sebagai ketua umum, Din tak boleh terang-terangan menyokong Jokowi. "Saya sangat dekat dengan Pak Din. Saya tahu persis Pak Din akan memilih Jokowi," ujarnya. Dimintai konfirmasi, Din tak menjawab pesan pendek dan telepon dari Tempo. Didatangi ke kantornya pada Kamis pekan lalu, Din tak ada di tempat.
Anggota Relawan Matahari sebenarnya lebih intens berkomunikasi dengan Rizal Sukma, juga anggota tim sukses Jokowi. Di Muhammadiyah, Rizal menjabat Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional. Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies ini cukup aktif menggerakkan Relawan Matahari, yang anggotanya kebanyakan alumnus Pemuda Muhammadiyah. Ditanyai soal ini, Rizal mengelak. "Saya hanya memberikan semangat," katanya.
Survei lembaga Indo Barometer pada awal Juni lalu menunjukkan jumlah warga Muhammadiyah yang mendukung Jokowi mencapai 47,3 persen. Sedangkan yang memilih Prabowo sebanyak 41,8 persen. Padahal Prabowo disokong Partai Amanat Nasional, yang sering mengklaim diri sebagai saluran politik Muhammadiyah. Hatta Rajasa, pendamping Prabowo, pun warga Muhammadiyah. Pendukung Hatta paling depan, Amien Rais, adalah mantan ketua umum organisasi ini.
Relawan pendukung Prabowo bukan tak bergerak. Forum Matahari Indonesia Raya, misalnya, mengklaim telah membangun jaringan relawan hingga ke daerah. Forum Matahari juga menaruh tokoh Muhammadiyah di barisan penasihat sebagai pengail dukungan. Menurut Sekretaris Forum Matahari Azrul Tanjung, tokoh yang telah bergabung antara lain politikus Hanura, Fuad Bawazier; Amien Rais; dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. "Saya juga sering kontak langsung dengan Pak Hatta Rajasa," ujar Azrul.
Pengurus Muhammadiyah yang berada di barisan Prabowo hanya segelintir. Salah satunya Dahlan Rais, adik Amien Rais. Selain gerilya Soetrisno dan kawan-kawan, Jusuf Kalla menjadi faktor yang menentukan pengurus Muhammadiyah condong ke Jokowi. Istri Kalla, Mufidah, adalah aktivis Muhammadiyah. Menurut Soetrisno Bachir, Kalla pun sering membantu rumah-rumah sakit Muhammadiyah.
Jusuf Kalla juga menjadi salah satu penyedot dukungan kiai-kiai Nahdlatul Ulama. Di NU, Kalla menjabat sebagai mustasyar atau penasihat. Walau tak setimpang di Muhammadiyah, menurut seorang aktivis NU, sebagian besar pengurus NU cenderung mendukung Jokowi. Salah seorang di antaranya Wakil Ketua Umum Pengurus Besar NU Asad Ali, yang kini menjadi anggota tim pemenangan Jokowi.
Slamet Effendi Yusuf, salah seorang ketua Nahdlatul Ulama, juga disebut mendukung Jokowi walau diam-diam. Slamet semula didaftarkan sebagai anggota tim sukses Prabowo. Ia langsung menyatakan mundur. Keengganannya menjadi anggota tim Prabowo itu, kata Slamet, menyiratkan arah dukungannya. "Saya tak bisa mengatakan sekarang secara terbuka," ujarnya.
Pendukung Prabowo adalah Ketua Umum Pengurus Besar NU Said Aqil Siroj. Gerbongnya adalah sejumlah ketua lembaga di bawah NU. Soal ini, Said mengatakan dukungannya terhadap Prabowo merupakan pilihan pribadi, bukan ajakan kepada pengurus lain. Menurut Said, bila ada orang yang membawa-bawa NU sebagai organisasi ke salah satu calon, ia memastikan hal itu hanya klaim. "Tak satu pun yang mendapat stempel PBNU," katanya.
Di daerah, dukungan kiai dari pesantren besar juga terbelah. Pendukung Prabowo di Jawa Tengah antara lain Muhammad Luthfi bin Yahya dari Pekalongan dan Achmad Chalwani Nawawi dari Purworejo. Sedangkan Dimyati Rais dari Kendal dan Yusuf Chudlory dari Magelang menyokong Jokowi. Kondisi serupa terjadi di Jawa Timur. Pesantren Lirboyo ke Prabowo, sedangkan kiai-kiai Jombang ke Jokowi. "Di Jawa Timur sama kuat," ujar Slamet Effendi.
Jumlah warga NU yang sekitar 50 juta orang menjadi incaran para kandidat. Survei Indo Barometer awal Juni lalu menunjukkan Jokowi didukung 54,1 persen pengikut NU, sedangkan Prabowo dipilih 38,1 persen. Selain Kalla dan kiai NU, penyebab derasnya dukungan kepada Jokowi adalah sokongan Partai Kebangkitan Bangsa.
Partai itu mesin utama Jokowi meraih suara kaum nahdliyin. PKB giat membawa Jokowi dan Kalla ke pesantren-pesantren, termasuk yang telah menyatakan dukungan ke Prabowo, untuk menepis propaganda hitam. Menurut seorang politikus PKB, hal ini membuat para kiai tak bergerak memenangkan Prabowo. Mereka cenderung netral meski tak benar-benar menarik dukungannya.
Menurut Ketua Gerakan Pemuda Ansor yang juga pendukung Jokowi, Nusron Wahid, tak semua kiai yang sudah mendeklarasikan dukungan memiliki pengaruh besar. Bahkan ada yang tidak punya pengaruh sama sekali. "Tergantung siapa kiainya," kata politikus Golkar ini.
Anton Septian, Linda Trianita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo