Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Matori atau Muhaimin?

Gus Dur masih berperan penting dalam menentukan Ketua Umum PKB. Siapa yang dipilihnya?

23 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RESTU dari Abdurrahman Wahid. Itulah syarat utama siapa pun yang pekan ini terpilih sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Muktamar I PKB, 23-28 Juli, di Asrama Haji Surabaya. Meski keputusan akhir ada di pundak 1.800 peserta dari 337 cabang, restu seorang Gus Dur masih akan ampuh sebagai penentu siapa kandidat yang bakal dipilih. PKB memang nyaris identik dengan Abdurrahman Wahid, sang deklarator dan yang membesarkan PKB. Sebagai Ketua Umum PBNU kala itu, ia berhasil meyakinkan warga NU untuk menyalurkan pilihan politiknya ke PKB. Sebagai pendatang baru, perolehan 11 persen suara atau 51 kursi di DPR pada Pemilu 1999 lalu—urutan pemenang keempat—adalah prestasi yang cukup membanggakan. Kepengurusan PKB pun didominasi orang-orang "sekitar" Gus Dur. Misalnya Dewan Syuro—semacam dewan komisaris di perusahaan—yang kini diketuai K.H. Ma'ruf Amin, dan pengurus Tanfidzi, yang ketua umumnya dipegang oleh Matori Abdul Djalil. Jabatan yang diduduki Matori itulah yang bakal ramai diperebutkan. Kuatnya pengaruh Gus Dur dalam menentukan kepengurusan diakui oleh salah satu pengurus PKB. "Siapa pun yang akan jadi ketua umum harus atas persetujuan Gus Dur," katanya. Pengamat politik J. Kristiadi juga senada. "Meski sejumlah ulama mengajukan calon ketua, kalau Gus Dur tidak setuju, ya, tidak akan jadi," ujarnya. Seperti lazimnya menjelang kongres sebuah partai, sejumlah nama muncul sebagai calon kuat ketua umum. Di antaranya, ketua umum lama Matori Abdul Djalil, Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, Kiai Mustofa Bisri, dan Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar disebut sebagai kandidat yang punya banyak pendukung. Lantas, siapa kandidat yang direstui Gus Dur? Sebenarnya, menurut sebuah sumber, sudah lama Gus Dur membujuk Kiai Mustofa Bisri dari Pondok Pesantren Roudlatut Tholibin Rembang untuk duduk sebagai Ketua Umum PKB. Jabatan Ketua Umum PBNU pun pernah ditawarkan Gus Dur kepada Gus Mus—begitu Kiai Mustofa dipanggil—tapi Gus Mus menampiknya dengan halus. "Pasti Gus Mus menolak jabatan itu. Ini sudah harga mati," kata sumber ini. Gus Mus lebih suka memamerkan lukisannya di arena muktamar kali ini. Dengan begitu, peluang Matori dan Muhaimin Iskandar—yang terakhir ini adalah keponakan Gus Dur—lebih besar misalnya jika dibandingkan dengan Alwi Shihab. "Dua itulah yang punya pendukung luas," kata sumber TEMPO. Pengamat politik J. Kristiadi bilang, Matori punya kans bagus di Surabaya nanti. Selain lama berkecimpung dalam dunia politik, mantan Sekjen Partai Persatuan Pembangunan itu juga dikenal punya hubungan dekat dengan Presiden. Hubungan erat itu terlihat ketika pemilihan Ketua Umum PKB yang pertama. "Meski banyak ulama tidak setuju, Gus Dur tetap memilih Matori," kata Kristiadi. Matori dianggap sebagai figur yang bisa mengerti apa yang dimaui Gus Dur. Salah satu pengurus PKB menolak analisis Kristiadi. Menurut dia, saat ini Gus Dur justru kurang suka pada Matori. "Selama memimpin PKB, ia mengecewakan dan berapor merah," ujar sumber itu. Perilaku politiknya, kata sang sumber, dianggap kurang santun untuk ukuran kiai. "Dosa" cukup berat Matori, menurut sumber tersebut, adalah "selingkuh politik"-nya dengan PDI Perjuangan. Matori dan pendukungnya dianggap tidak berusaha memblokir hak interpelasi DPR, yang disebut-sebut sebagai langkah awal menjegal Gus Dur. Lagi pula, "Bukan rahasia lagi, sejak dulu Matori mendukung Megawati jadi presiden supaya ia bisa naik jadi wapres," ujar pengurus PKB ini. Tudingan ini dibantah Matori. "Siapa yang bilang begitu? Jangan berandai-andai," ia menegaskan. Soal dukungan, ia tidak peduli dan menyerahkan sepenuhnya pada penilaian Gus Dur. Bagaimana dengan Alwi Shihab? Menteri Luar Negeri itu mengaku tidak tahu apakah Gus Dur mendukungnya atau tidak. "Yang saya tahu, ia mendukung saya sebagai menlu," ujarnya. Kendati demikian, Alwi yakin sejumlah kiai dari berbagai wilayah, termasuk Jawa Timur sebagai basis terbesar PKB, menyokong dirinya menjadi ketua. Kelihatannya Gus Dur lebih suka Alwi tetap di posisinya sekarang. "Alwi masih dibutuhkan sebagai asisten pribadi Presiden," ujar seorang pengurus PKB. Pertimbangan lain, Gus Dur menghindari terjadinya konflik antara pendukung Matori dan Alwi, yang dinilai sama kuat. Kristiadi juga meragukan Alwi akan terpilih menjadi ketua umum. "Dia tidak punya basis dan sering berada di luar. Maka, ia susah bicara dengan warga PKB yang ada di pelosok," ujarnya. Kalau info ini benar, tinggallah Matori dan Muhaimin—intelektual muda PKB yang banyak disokong kalangan muda NU—yang bertarung di Surabaya nanti. Tapi, siapa pun yang terpilih, "warna" PKB tak akan pudar dari Gus Dur, yang dikabarkan akan duduk sebagai Ketua Dewan Syuro. Johan Budi S.P., Adi Prasetya, Purwani Diyah Prabandari, Jalil Hakim (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus