Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mengharap Onyx Gondang Berkilau Lagi

Dulu dikirim hingga ke Thailand. Kini penambangannya dilarang.

5 Mei 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Desingan gergaji besi beradu dengan batu terdengar dari gudang. Sebongkah batu putih susu seukuran seekor kerbau sedang dipotong menjadi lempengan setebal empat-tujuh sentimeter. Parsono dan tiga temannya sedang menyiapkan bahan baku kerajinan dari batu onyx di UD Shanty Onyx di Kecamatan Gondang, Bojonegoro.

Tiga tahun lalu, di perusahaan milik Soekarno itu bekerja hampir 50 perajin. Sekarang tinggal 10 orang yang dipertahankan. Produksi merosot tajam setelah pemerintah melarang penambangan batu onyx di Bukit Keramat dan Bukit Gajah, Gondang, pada 2011. Alasannya, kecamatan itu belum ditetapkan sebagai wilayah pertambangan.

"Bahan baku batu onyx makin sulit didapatkan," kata Soekarno. Perusahaannya kini hanya memenuhi pesanan dari Jakarta. Padahal, pada masa kejayaannya, onyx Gondang dipasarkan ke berbagai kota di Tanah Air. Bahkan produk mereka mulai merambah pasar ekspor, seperti ke Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan Korea Selatan. Setiap bulan, perusahaan Soekarno, misalnya, mengirim satu kontainer dengan nilai transaksi Rp 125-175 juta. "Ketika itu, nilainya cukup lumayan," ujar Soekarno.

Sejak awal 1990-an, warga Gondang menjual bahan baku onyx kepada pengusaha di Tulungagung dan Blitar. Bahan itulah yang diolah oleh perajin di Tulungagung menjadi suvenir, kursi, meja, vas bunga, aneka patung, atau kap lampu. Perlahan-lahan produk onyx Tulungagung menguasai pasar sejumlah kota besar.

Belakangan beberapa perajin, seperti Solihin dan Soekarno, mencoba menghasilkan sendiri kerajinan onyx. Mereka ikut magang menjadi pemahat batu onyx di Tulungagung. Berbekal keterampilan itu, Soekarno akhirnya membuka usaha kerajinan onyx pada Oktober 1994 dengan modal Rp 350 ribu.

Produk awal mereka tak jauh berbeda dengan yang buatan Tulungagung. Tapi para perajin kerap mengikuti pelatihan tentang seni dan keterampilan mengolah batu onyx, sehingga mereka bisa membuat motif dan produk baru, seperti hiasan berbentuk telur, aneka bentuk lampu, serta berbagai jenis patung binatang. Harganya bervariasi, dari Rp 50 ribu hingga di atas Rp 15 juta. Harga ditentukan oleh jenis onyx, motif, dan tentu saja ukuran produk.

Saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997, ditandai oleh menguatnya mata uang dolar terhadap rupiah, bisnis kerajinan onyx Gondang makin berkilau. Namun masa keemasan itu sudah berlalu.

Munculnya surat edaran dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang melarang pemerintah daerah menerbitkan izin usaha pertambangan, membuat kerajinan onyx mati suri.

Selain itu, larangan tambang batu onyx di Bojonegoro dipicu oleh ketidakseimbangan pendapatan yang masuk ke kas daerah dibanding tingkat kerusakan lingkungan akibat eksploitasi. "Tapi pelarangan ini sifatnya sementara," kata Kepala Kantor Badan Perizinan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Bambang Waluyo.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro Bambang W. Suharno punya alasan lain. Menurut dia, belum keluarnya izin penambangan karena pengusaha batu onyx di Gondang sebagian besar dari luar daerah. Padahal pemerintah Bojonegoro menginginkan yang mengelola usaha tersebut adalah putra daerah. "Kami berharap seperti itu," ujar Bambang pekan lalu.

Meski minim bahan baku dan dukungan pemerintah, Gatot Riyanto, salah seorang pengusaha batu onyx di Gondang, mengatakan, apa pun sikap pemerintah Bojonegoro, dia akan terus mengembangkan usaha kerajinan onyx. Sebab, kerajinan batu onyx sudah menjadi ikon kebanggaan daerah ini. "Usaha batu onyx tak boleh mati."

Hayati Maulana Nur, Sudjatmiko (Bojonegoro)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus