Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Momen

5 Mei 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maluku-Surabaya
17 Penumpang KM Lambelu Dibacok

Sebanyak 17 penumpang kapal motor Lambelu rute Maluku-Surabaya dibacok Fasikun, 59 tahun, yang juga penumpang kapal itu, Senin sore pekan lalu. Kapal yang berangkat dari Pelabuhan Namlea, Maluku, itu tiba di Makassar pada Senin pagi dan akan melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Perak, Surabaya. Di Perairan Masalembu, tiba-tiba Fasikun membacok penumpang dengan parang sepanjang 30 sentimeter.

"Orang lagi tidur dibacok," kata juru bicara Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak, Ajun Komisaris Lily Djakfar. Sebanyak 17 orang terluka dalam penyerangan sekitar pukul 18.00 itu. Setelah membacok, Fasikun diringkus satpam kapal.

Diduga Fasikun marah lantaran kecewa akibat tiketnya tertukar. "Dia hendak ke Jakarta, tapi tiketnya hanya sampai ke Makassar," ujar Junnuh, 21 tahun, salah seorang korban yang dirawat di Rumah Sakit PHC Surabaya. Jali, 35 tahun, penumpang yang selamat dari pembacokan, bercerita, setelah mengetahui tiket Fasikun tidak sesuai dengan tujuan, awak kapal tidak memberinya makanan. Tapi, "Dia diberi makanan oleh penumpang-penumpang lain."

Para penumpang mempertanyakan pengamanan kapal. PT Pelni mengakui pembacokan itu di luar dugaan. "Peristiwa ini baru sekali ini terjadi," kata Zamroni, Manajer Usaha PT Pelni Tanjung Perak, kepada Tempo. Ada 170 awak kapal dan 12 petugas keamanan yang bertugas pada saat 1.715 penumpang makan dan salat mag­rib. Pada jam itu, ujar Zamroni, petugas keamanan salat bergantian. "Biasanya aman, jadi tidak ada yang patroli."

Senjata tak terdeteksi karena di pelabuhan kecil tidak ada alat pemindai sinar-x. Beberapa pelabuhan bahkan tidak memiliki tempat pemeriksaan barang bawaan.

Agita Sukma Listyanti,tommy Raditya

Banyuwangi
Sabu Rasa Opor Ayam

Lembaga Pemasyarakatan Banyuwa­ngi menangkap Nur Effendi, 26 tahun, warga Desa Kradenan, Purwoharjo, Banyuwangi. Nur berusaha menyelundupkan narkotik jenis sabu-sabu kepada narapidana Febri Prayoga, teman sekampungnya, Selasa pekan lalu. Sabu itu disembunyikan di dalam opor ayam.

Kepala LP Banyuwangi Marlik Subiyanto mengatakan petugas yang telah menerima informasi tentang pengiriman narkoba itu dari salah satu narapidana lalu menggiring Effendi ke ruang pemeriksaan. Petugas menemukan tujuh paket sabu-sabu di dalam lima kepala ayam itu. "Dibungkus dengan potongan sedotan kecil, dimasukkan ke kulit kepala."

Febri adalah narapidana narkoba. Ia dihukum empat tahun penjara dan telah menjalani dua tahun masa hukumannya. Nur mengaku diminta Febri membesuk dengan membawa opor ayam.

Sebelum Nur membesuk, seorang lelaki tak dikenalnya meminta opor ayam itu. "Saya berikan. Lalu opornya dikembalikan lagi ke saya." Nur kini ditahan Satuan Re­serse Narkoba Kepolisian Resor Banyuwangi.

Ika Ningtyas

Malang
1.000 Penari Topeng di Malang

Memperingati Hari Tari Sedunia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Malang, bekerja sama dengan Program Pendidikan Seni dan Musik Universitas Malang, menggelar Festival 1.000 Topeng, Senin pekan lalu. Sebanyak 1.184 penari topeng Malangan dari 44 kelompok tari di Malang mengikuti lomba tari. Mereka menari bersama sesuai dengan karakter topeng masing-masing, diiringi perkusi. "Saya menari dengan gerak tari garang dan gagah," kata penari asal SMA Negeri 10 Malang, Nikky Damaysari, yang bertopeng raksasa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ida Ayu Wahyuni mengatakan Festival Topeng diselenggarakan setiap tahun. Peserta tahun ini lebih banyak dibanding pada 2012, yang hanya 700 peserta. Jika tak dibatasi, peserta mencapai lebih dari 2.000 orang. Hampir semua sekolah di Malang mengajarkan tari tradisional, terutama tari topeng Malangan.

Setelah menari di depan juri, mereka berpawai sepanjang dua kilometer. Pawai berakhir di kantor perpustakaan Malang. Wakil Rektor Universitas Negeri Malang I Wayan Dasna menjelaskan, Festival Topeng juga diharapkan menarik minat wisatawan. "Malang kaya kaya akan seni tradisional," ujarnya.

Eko Widianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus