Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menteri Retno Marsudi Baca Puisi Marsinah di 20 Tahun Reformasi

Menlu Retno LP Marsudi membaca puisi karya Sapardi Djoko Damono dalam acara Panggung Puisi dan Musik di Gedung DPR dalam rangkaian 20 Tahun Reformasi.

8 Mei 2018 | 22.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pembaca puisi dan pimpinan Tempo berfoto bersama dalam acara Panggung Puisi dan Musik di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, 8 Mei 2018. Acara yang diadakan oleh Tempo dan DPR ini untuk memperingati 20 Tahun Reformasi. TEMPO/Rezki Alvionitasari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi membacakan puisi karya Sapardi Djoko Damono dalam acara Panggung Puisi dan Musik di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rangkaian acara 20 Tahun Reformasi.

Puisi Sapardi berjudul Dongeng Marsinah berkisah tentang aktivis buruh yang begitu lantang menyuarakan kepentingan rakyat, Marsinah.

Karya Sapardi ini mengungkap perjuangan Marsinah yang menemui nasib tragis. Marsinah ditemukan tewas pada 8 Mei 1993 di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah hilang selama tiga hari.

Baca: 20 Tahun Reformasi, Ketua DPR dan MPR Duet Baca Puisi WS Rendra


Buruh PT Catur Putera Surya itu hilang setelah berunjuk rasa menuntut kenaikan upah buruh di Tanggulangin, Sidoarjo. Aksi tersebut terkait dengan keluarnya peraturan Gubernur Jawa Timur, yang mengimbau pengusaha menaikkan gaji hingga 20 persen dari gaji pokok.

"Puisi ini dibuat lama sekali, memakan waktu 3 tahun," tutur Retno. Menurut dia, Sapardi membuat puisi ini pada periode 1993-1996.

"Marsinah buruh pabrik arloji, mengurus presisi: merakit jarum, sekrup, dan roda gigi; waktu memang tak pernah kompromi, ia sangat cermat dan pasti," ucapnya membacakan puisi yang panjang ini.

"Marsinah itu arloji sejati,
melingkar di pergelangan
tangan kita ini;
dirabanya denyut nadi kita,
dan diingatkannya
agar belajar memahami
hakikat presisi.
"

Puisi yang dibacakan para pengisi acara untuk 20 Tahun Reformasi ini dipilihkan Tempo. Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli mengatakan, sajak tentang Marsinah adalah catatan penting tentang hak asasi manusia yang belum selesai. Retno, kata dia, mengaku sedih membacakan sajak ini. "Bu Retno memilih baju hitam untuk mengenang Marsinah," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus