Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Menyerbu PP Lewat Bimbingan Test

Menjelang tes pp (proyek perintis), tempat bimbingan tes kebanjiran peminat. tiap tahun jumlahnya meningkat, ada pula yang berkembang menjadi semacam sekolahan biasa. (pdk)

7 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIMBINGAN tes ternyata berkembang menjadi bisnis yang menakjubkan. Menjelang tes Proyek Perintis (PP) untuk masuk perguruan tinggi negeri, akhir Mei nanti, sejak April lalu, bimbingan-bimbingan tes kebanjiran peminat. Tak hanya mereka yang masih duduk di kelas III SMA, tapi juga mereka yang gagal tes PP tahun lalu atau yang sudah duduk di perguruan tinggi swasta, menyerbu tempat-tempat bimbingan tes itu. Bimbingan tes KSM (Kelompok Studi Mahasiswa) di Jakarta misalnya, hingga akhir April lalu telah mencatat 360 siswa baru. Sedang Omega College, yang pada 1979 memiliki siswa sekitar 200, tahun 1981 meningkat menjadi 300. Dan tahun berikutnya tercatat 580. Kini, telah terdaftar 896 siswa yang mendaftar untuk menyiapkan diri menempuh tes PP. Sementara itu di kota seperti Medan, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang, siswa SMA yang masuk bimbingan tes menunjukan jumlah yang meningkat setiap tahunnya. Gejala serupa itu sudah pasti mendatangkan keuntungan bagi tempat-tempat bimbingan tes, dan bagi para pengajarnya. Menurut Maringan Sitorus, 27 tahun, mahasiswa FIS-UI yang mendirikan KSM tahun 1979, pengajarnya tiap bulan mendapat honor Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. Itu diambil dari uang kursus yang berkisar antara Rp 35 ribu sampai Rp 65 ribu per siswa. Bahkan di Omega College yang kini memiliki 23 tenaga pengajar yang semuanya bertitel sarjana, menurut Maru Sirait, direktur umumnya, seorang pengajar per bulannya ada yang mendapat hampir Rp 1 juta. Bimbingan tes IPIEMS (Institut Pendidikan Ilmu Eksakta Menengah Surabaya) di Surabaya, yang memiliki 75 pengajar, rata-rata membayar Rp 100 ribu kepada seorang pengajar per bulannya. Artinya, penghasilan mereka relatif lebih tinggi daripada guru-guru SMA negeri. Namun selain soal honor itu, menjamurnya bimbingan tes ternyata tidak cuma untuk keperluan masuk ke perguruan tinggi negeri. Banyak di antaranya bahkan berkembang menjadi semacam sekolahan biasa. Di KSM yang punya sembilan tenaga pengajar itu, misalnya, sejak 2 tahun lalu telah membuka pula bimbingan bagi siswa kelas I SMA untuk menempuh penjurusan. Terutama menyiapkan pesertanya untuk masuk jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang memang jadi favorit anak-anak SMA saat ini. Bahkan Omega College membuka pula bimbingan tes bagi siswa kelas III SMP. Tujuannya, mempersiapkan mereka masuk SMA, sudah tentu. Pun bimbingan tes itu membuka pula program yang disebut "pemahaman pelajaran kelas I dan II SMA" meski pesertanya tak sebanyak peserta yang menyiapkan diri masuk perguruan tinggi. Tentu saja tempat-tempat bimbingan tes itu mengaku sebagian besar siswanya bisa diterima di perguruan tinggi negeri. IPIEMS Surabaya, misalnya, mengaku rata-rata 80% siswanya lulus tes proyek perintis. IPIEMS yang didirikan pada 1969 ini tampaknya memang bonafide. Kini punya kampus sendiri dan menetapkan jam belajar mirip sekolah biasa. Pagi dari pukul 06.45 sampai 12.30. Sore, 15.00 hingga 19.15. Mata pelajaran mirip sekolahan minus pelajaran seperti olah raga, kesenian, agama Pendidikan Moral Pancasila. Jumlah siswa seluruhnya yang mengikuti program dari yang hanya sebulan hingga 10 bulan itu kini berjumlah 2 ribu. Dan IPIEMS kini punya cabang di berbagai kota, antara lain Jakarta, Solo, Semarang, Bandung, Malang, Yogyakarta. Adakah semua itu menunjukkan para peserta bimbingan tes tak lagi percaya kepada sekolah? "Belajar di IPIEMS lebih terarah, dan akrab," tutur Agung, 19 tahun, seorang siswa SMAN V, Surabaya. Menurut Agung lagi, bila di sekolah ada rasa kaku bergaul dengan guru, di IPIEMS pergaulan guru dan siswa seperti adik dan kakak. "Di luar jam belajar pun para pengajar mau membimbing kita," tambahnya. "Boleh terlambat asal tak terlalu lama, dan di kelas boleh merokok, pakaian boleh seenaknya asal sopan." Memang tak semua tempat bimbingan tes sebebas itu. Di tempat Siky Mulyono Jakarta, misalnya, disiplin diterapkan nyaris lebih keras daripada di sekolah biasa. Siky, yang minta siswanya memanggil dia "bos" selalu siap dengan rotan untuk mengganjar pukulan bagi yang terlambat. Pun bila siswa alpa mengerjakan pekerjaan rumah, tak diizinkan mengikuti pelajaran. Tapi itu memang kisah sejumlah bimbingan tes yang telah populer dan dianggap bermutu. Di Yogyakarta, yang kini mempunyai sekitar 25 bimbingan tes, ada pula yang benar-benar hanya punya motif cari uang. Tri Hadi yang masuk sebuah bimbingan tes di Yogyakarta atas desakan kakaknya, menilai pelajaran kimia di bimbingan tes ternyata kurang bermutu dibanding pelajaran kimia di sekolah. Lantas Diana, yang mendaftar di sebuah bimbingan tes yang lain, keluar sebelum habis programnya. "Brengsek," katanya, "banyak jam pelajaran kosong, jadwalnya kacau." Tapi itu memang ekses. Disebabkan, tentu, berbondongnya siswa mencari bimbingan tes. Budiana, 25 tahun, mahasiswa tingkat IV Jurusan Inggris Fakultas Sastra dan Budaya UGM yang menjadi pengajar di bimbingan tes Pra-Gama, Yogyakarta, punya cerita. Di Pra-Gama banyak siswa yang menurut penilaiannya tak perlu ikut bimbingan tes. "Tapi mereka dan orangtua mereka rupanya tak yakin bisa lulus dari tes proyek perintis hanya dengan pelajaran di sekolah," tutur Budiana. Dan nampaknya, alasan yang terakhir ini turut menyuburkan tempat-tempat bimbingan tes di mana-mana. Sekalipun lulus atau tidak dalam tes proyek perintis ditentukan oleh siswa masing-masing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus