Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mereka yang tergugah

11 Agustus 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PONIRAH Terpidana memenangkan unggulan terbanyak (10), tapi tidak masuk nominasi untuk cerita asli. Kisahnya meramu unsur takdir, sarang WTS, dan perjuangan pahit seorang individu: Ponirah. Penuh liku-liku. Mengapa tema ini yang dipilih Slamet Rahardjo ? "Cuma untuk menjawab pertanyaan ini: seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap pribadi orang. Kalau ditimbang-timbang, semua lingkungan memang bisa baik dan mendidik. Tapi itu teori. Dalam batas-batas kemampuan saya lewat film ini saya ingin mengungkapkan bahwa alangkah suhtnya untuk menJadl balk di lingkungan yang kurang baik." Dengan enam unggulan, Sunan Kalijaga menghadirkan profil penyebar agama Islam yang paling menonjol dari sembilan sunan. Dia diangggap paling berhasil dan paling melekat di benak orang Jawa. Itulah dasar pertimbangan mengapa Sofian Sharna memilih cerita tokoh besar ini. Lagi pula, "Sunan Kalijaga memiliki ilmu seluruh wali, sedangkan wali yang lain belum tentu memiliki ilmu Sunan Kalijaga," tambah Sofian. Kesimpulan itu didapat Sofian sesudah membaca banyak buku serta mempelajari berbagai versi legenda dan berdiskusi. Tapi yang kemudian tergambar di film adalah versinya sendiri. Ia dipujikan sebagai film dakwah yang baik. Ide untuk membuatnya datang dari produser PT Empat Gajah dan PT Tobali Indah Film. Keduanya tergugah sesudah melihat film The Message. Yang tercatat memboyong delapan unggulan, semula lahir dari ide yang timbul di kalangan Gramedia Film, kemudian dikembangkan. Diceritakan seorang pemuda yang tersekap dalam kasih ibunya lalu berontak dan tumbuh menjadi pribadi yang matang berkat tempaan seorang hostes. Mengapa Ami Prijono tertarik dengan tema ini? Jawabnya sederhana, "Karena saya suka. Karena, pertama, enteng, penonton tak perlu mengerutkan jidat, tak perlu menebak-nebak. Kedua, komunikatif. Ketiga, hangat, ada kegembiraan, begitu. Keempat, tentu saja, yang mungkin saya filmkan. Film Indonesia itu sama, kok, dengan pers Indonesia."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus