Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Meresahkan Hidup Patin

Ikan patin yang terdapat di sungai Siak, Kampar & Indra giri mulai langka. Penyebabnya belum jelas & sedang diteliti lembaga penelitian perikanan darat. Diduga karena pertambahan penduduk & pencemaran sungai. (dh)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERIKANAN di Riau tidak cuma menyusut di perairan Selat Malaka -- akibat dipelasah pukat harimau atau pencemaran karena kapal tangki pecah beberapa waktu lalu. Tapi juga di sungai-sungai dengan sebab-sebab yang belum begitu jelas. Ikan patin sebagai ikan paling populer misalnya sudah beberapa kali dilaporkan Dinas Perikanan setempat kepada Direktorat Jendral Perikanan di Jakarta sebagai sudah sangat langka. Dan akibatnya sejak beberapa waktu lalu Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) mengadakan penelitian dan pengamatan terus menerus mengenai perkembangan jenis ikan yang satu ini. Kecuali populer karena gurih rasanya, ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang banyak diburu masyarakat. Ikan ini hidup di sungai-sungai Siak, Kampar dan Indragiri. Dengan harga jual Rp 500 sampai Rp 800 per kilogram, para pemburunya menganggap jenis ikan ini sebagai sumber rezeki yang merangsang. "Bayangkan jika berat seekor ikan tersebut mencapai 10 Kg, berhasil menangkap satu dua ekor saja sudah bisa tenang hidup dalam seminggu," kata seorang penduduk. Tapi justru karena merangsang bagi mata pencaharian itu pula pemburuan ikan tersebut dari waktu ke waktu semakin menjadijadi. Kalau dulu orang menangkapnya hanya dengan lukah atau rawai sebagai alat tradisionil, belakangan menggunakan jaring. Kendati jaring mungkin tidak termasuk modern tapi hasilnya sering lebih banyak. Maka ketika belakangan ikan jenis ini agak sulit didapat, ir Fauzi dari Dinas Perikanan Riau menyebut perubahan alat penangkapan ikan tadi sebagai salah satu penyebabnya. Pengawet Kayu Beberapa kemungkinan penyebab lain ada juga. Pertambahan penduduk yang hidup di sepanjang sungai yang sekaligus menambah jumlah pencari ikan jenis tersebut menyebabkan perkembang-biakan ikan tersebut tidak subur. Buktinya, berat ikan patin yang tertangkap belakangan ini rata-rata tidak lebih dari 5 Kg. Belum lagi jika diperhitungkan adanya erosi dan pendangkalan sungai yang mempersempit ruang hidup ikan-ikan itu sendiri. Juga, penggunaan bahan kimia oleh berbagai perusahaan kayu untuk mengawetkan kayu-kayu mereka di sungai diperkirakan Fauzi "merusak keseimbangan daya hidup ikan." Apapun penyebabnya LPPD beberapa waktu lalu memang telah menyebarkan daftar pertanyaan (questionair) kepada Dinas Perikanan seluruh propinsi di Indonesia, kecuali Timor Timur. Sebagaimana dikatakan Ir Cholik sebagai salah seorang pejabat dari instansi tersebut, maksudnya antara lain agar para pejabat perikanan di daerah itu segera melaporkan enisienis ikan yang sudah langka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus