Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya mempersiapkan materi debat, Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf juga memikirkan bagaimana supaya calon presiden dan calon wakil presiden itu mempunyai chemistry kuat. Wakil Direktur Komunikasi Politik TKN, Meutya Hafid, mengatakan hal itu perlu dilakukan agar keduanya bisa tampil saling melengkapi saat debat capres perdana digelar.
Baca: Kubu Jokowi Tampilkan Citra Umara dan Ulama di Debat Capres
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meutya menilai antara Jokowi dan Ma'ruf sudah ada kecocokan, sehingga tidak diperlukan usaha ekstra. "Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf selama ini kami lihat baik," ujarnya saat ditemui Tempo di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 14 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walaupun sudah ada kecocokan, Meutya bersama timnya tetap melakukan sejumlah usaha agar keduanya semakin cocok. Salah satunya, melalui acara makan siang bersama.
Pada Jumat, 28 Desember 2018, Jokowi bersama politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pramono Anung mengunjungi kediaman Ma'ruf di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta. Mereka makan siang bersama. Menurut Meutya, acara makan siang itu salah satu upaya membangun kedekatan di antara keduanya.
Upaya lain yang dilakukan untuk menyelaraskan Jokowi dan Ma'ruf, yaitu simulasi debat. Meutya mengatakan ada tiga kali simulasi untuk Ma'ruf dan sekali untuk keduanya secara bersama.
Baca: Debat Capres Tiga Hari Lagi, Ini Persoalan Mendesak Ma'ruf Amin
Selain itu, tim pesiapan debat capres di kubu Jokowi juga melakukan penyelarasan dari segi konten. "Ada penajaman, dalam isu-isu apa yang akan dibahas oleh kubu lawan, dan apa yang akan kita angkat sebagai pencapaian," tutur anggota Komisi Pertahanan DPR ini.
Selama masa kampanye, kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kerap menyampaikan kritik terhadap pemerintahan Jokowi. Meutya menduga kemungkinan besar hal itu akan keluar dalam debat nanti.
Saat menjawab pertanyaan atau kritik dari lawan, kata Meutya, Jokowi dan Ma'ruf diharapkan dapat saling melengkapi. Saat menjawab kritik, kata dia, Jokowi yang lebih relevan menjawab. Ma'ruf bertugas melengkapi jawaban Jokowi dari sisi pandangan seorang ulama terkait isu yang ditanyakan.
"Keduanya akan berperan sesuai dengan posisi masing-masing. Pak Jokowi sebagai Presiden, Pak Kiai sebagai seorang ulama," ucap Wakil Ketua Fraksi Golkar ini.