Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, bakal menggenjot pendidikan politik setelah mengetahui partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 mengalami penurunan. Hasto menilai penurunan minat pemilih ini didasarkan pada sejumlah aspek, terutama persoalan demokrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Hasto demokrasi memerlukan topangan hukum sebagai mekanisme yang memastikan bekerjanya keadilan. Elite partai banteng ini menganggap perlu kesadaran politik akan hal ini supaya partisipasi pemilih di pilkada selanjutnya dapat meningkat ketimbang tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tentu saja partai akan terus melakukan evaluasi, kami tidak akan pernah berhenti dalam melakukan pendidikan politik. PErlu dan penting penyadaran pendidikan politik ini,” kata Hasto saat konferensi pers di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 1 Desember 2024.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu Eksekutif, Deddy Yevri Sitorus, menilai penurunan partisipatif di pilkada ditengarai karena mayoritas pemilih berasal dari anak-anak muda. Selain itu Deddy menyebut banyak anak muda tidak tertarik dengan pasangan calon yang maju karena alasan rekam jejak.
“Kami menangkap ini sebagai hukuman dari para pemilih terhadap kualitas pilkada dan pasangan calon yang disodorkan kali ini. Kami menangkap juga kalau pasangan calon bukan berdasarkan kehendak publik tapi kehendak para elite,” ujar Deddy di agenda yang sama.
Komisi Pemilihan Umum atau KPU juga mengakui jumlah partisipasi pemilih pada pilkada Jakarta lebih rendah dibandingkan saat pemilihan presiden (pilpres) 2024. "Pantauan sementara, partisipasi pemilih di bawah partisipasi saat pemilihan presiden dan pemilihan legislatif kemarin," ujar Ketua Divisi Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat KPU Jakarta, Astri Megatari, di kantornya pada Kamis, 28 November 2024.
Berdasarkan survei Charta Politika, pilkada Jakarta hanya diikuti oleh 58 persen daftar pemilih tetap. Artinya ada 42 persen pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya atau golput di pilkada kali ini. Angka partisipasi pemilih tersebut menurun dibandingkan pilkada pada 2017 yang diikuti oleh 70 persen pemilih. Adapun berdasarkan pemantauan Lembaga Survei Indonesia, tingkat partisipasi pilkada Jakarta mencapai 69,57 persen.
Alfitria Nefi, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Beda Sikap Soal Pilkada Jakarta 2024 Berlangsung Satu atau Dua Putaran