~K~~REMLIN seperti mendapatkan cahaya ketuhanan. Dari jantung kekuasaan komunis ini, pemerintah Soviet mengizinkan Gereja Ortodoks memperingati 1.000 tahun kehadirannya di Tanah Rus. Perayaan itu berlangsung sebelas hari dimulai Ahad pekan silam - mustahil terlaksana di masa lalu, sebelum Mikhail Gorbachev menggelar glasnost dan perestroika. Acara pembukaannya berupa pelayanan komune di Katedral Epiphany Moskow. Pesta peringatan lainnya di Kiev, arah timur laut Moskow. Kota di Ukraina ini tempat kedatangan Kristen Timur yang pertama ke Rusia. Yaitu ketika Pangeran Vladimir, yang bersama rakyatnya semula menyembah.berhala, pada 988 akhirnya menyatakan memeluk Kristen yang berkibkat ke Konstantinopel. Bukan Roma. Waktu itu, pembaptisan masal berlangsung di Sungai Dnieper. Arkian, fokus acara dimarakkan di Zagorsk, 80 km di utara Moskow. Di pusat kegiatan rohani Kristen Timur Rusia itu, Senin sampai Kamis pekan lampau, untuk pertama kalinya (terhitung sejak berdirinya Uni Soviet 1917) dilangsungkan sinode, sidang para pejabat gereja. Konon, pembicaraan di sidang tak sekadar mengenai memilih lembaga kefrateran baru. Ada lagi: menyangkut gereja dan umatnya minta lebih dihargai di negeri komunis itu. Melihat perkembangan terakhir, pihak gereja boleh yakin akan mendapat angin. Beberapa gereja dan biara, yang sempat dijadikan museum oleh rezim-rezim sebelum Gorbachev, kini dihalalkan kembali sebagai pusat kegiatan agama. Seperti dituturkan Metropolitan (setingkat uskup agung) Filaret di Kiev, tahun ini pemerintah juga bakal menyerahkan Biara Caves di Kiev ke pihak gereja. Bagian dari kawasan 30 hektar berupa kompleks gereja, menara lonceng, dan sel-sel bawah tanah ini merupakan pemnggalan tertua dan tersuci bagi Gereja Ortodoks Rusia (GOR). Bahkan bulan lalu, Gorbachev sendiri nmengadakan pertemuan dengan Patriarhat ~Frater) Pimen, pemimpin tertinggi GOR, yang didampingi para uskup agung. Puncak upaya pendekatan pemerintah kepada gereja ini memang tak lepas dari kehendak rezim Gorbachev, agar GOR mengadakan dialog dengan pesaingnya. Yaitu Gereja Katolik Ukrainia, yang berkiblat ke Katolik Roma. Dan rencana perundingan antara kedua gereja ini berlangsung bulan depan, di sebuah biara di Finlandia, kawasan netral. Bahwa pemerintah Soviet ingin memberi kesempatan pada gereja-gereja, terutama GOR, untuk mengambil napas lega setelah selama 40 tahun lebih ditindih semangat ateisme - aba-abanya tampak dalam tiga tahun ini. Paling tidak, 29 pusat peribadatan GOR telah dibuka kembali. Ditambah 18 gereja lagi dalam rencana 1988 ini. Para pcjabat gereja, yang selama ini dibungkam, mulai dihargai suaranya dan boleh disiarkan media cetak dan televisi. Sepanjang 1987, ada 168 tawanan yang ditangkap aklbat agamanya, tetapi dilepaskan oleh pemerintahan Gorbachev. Cuma, masih ada 200 lebih aktivis gereja yang tetap disekap. Mereka kebanyakan para tokoh pasif atau yang menolak mendaftarkan aktivitas gerejanya ke pemerintah. Belum lagi sejumlah pemeluk lain yang tetap dalam perawatan rumah sakit Jiwa. Maka, bila lewat sinode di Zagorsk itu GOR berkehendak untuk mendapatkan penghargaan lebih dari yang dititahkan penguasa, agaknya masih hanya berupa keyakinan, karena tak bermuara pada kenyataan. Bahkan dalam beberapa hal, ini bergantung pada bagaimana cara pejabat terutama dari kalangan kader dengan semangat antipembaruan - menafsirkan Pasal 52 Konstitusi yang menyangkut kebebasan beragama dan leluasa mempropagandakan ateisme. Atau, menunggu angin bertiup, seperti pada Perang Dunia II? Ketika itu Stalin berbaik hati sejenak, karena memerlukan dukungan para pendeta menggerakkan patriotisme. Sesudah itu - juga di masa Nikita Khrushchev ketika 10.000 gereja ditutup, dan di bawah rezim Leonid Brezhnev malahan semua kegiatan gereja diawasi ketat. Sampai lilin persembahyangan pun harus diketahui jumlahnya oleh aparat pemerintah. Jika jumlah lilinnya terlalu banyak, pendetanya dicopot. Kesumat terhadap ke kaisaran, yang dibawa oleh Revolusi 1917 seperti belum kehilangan akar. Kaum Bol shevik menggempur Gereja Ortodoks, karena dipercayai sebagai bagian tak terpisahkan dari kekuasaan Tsar. Itulah soalnya. Harapan GOR untuk bangkit meman~ harus bertumpu pada kaki sendiri. Karena lebih punya dasar. Kendati jumlah pendeta kurang dari 10 ribu, yang melayani sekitar 7.500 gereja, sebagian anak muda dalan tahun-tahun terakhir ini mulai menoleh ke gereja. Walau risiko akan sulit mendapat posisi bagus dalam pekerjaannya, nanti mereka makin rajin mengikuti misa. Jumlah siswa Seminari Odessa, satu dar tiga yang masih tersisa (lainnya di Leningra~ dan Zagorsk), belakangan berlipat dua menjadi 240 orang. Di Zagorsk, terdafta 900 siswa. Mereka menelan 25 subyek pelajaran, keagamaan dan umum, seperti d pendidikan tinggi lainnya di Soviet. Dan Bibel tak lagi dijauhkan dari medi corong pemerintah, seperti Pravda dan Izvestia. Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini