Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pak Guru Sebagai Kunci

13 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK hanya di luar kelas. Di dalam kelas, buku pelajaran Pendidikan Moral Pancasila juga cukup ramai. Misalnya, di sebuah kelas, SMA Kanisius, akarta. Seorang murid mengacungkan tangan, bertanya kepada gurunya: "Kalau setiap keputusan berlandaskan Pancasila, karena itu mesti berlandaskan perikemanusiaan, mengapa harga BBM dinaikkan, hingga menyusahkan rakyat banyak?" Pak Guru, M.P. Purwanto, 39 tahun, menjawab dengan sabar. Diceritakannya bagaimana pemerintah terpaksa mensubsidi harga jual BBM, dan karenanya sebenarnya orang kaya yang leblh untung. Tak berhenti di situ. Bertubi-tubi pertanyaan para siswa datang, tentang DPR, korupsi dan lain-lain. "Pertanyaan itu memang karena daya kritis mereka," tutur Purwanto kemudian pada TEMPO. Tapi apa komentar guru itu tentang buku PMP? "Anak muda sekarang tak bisa diberikan nasihat saja. Harus diberikan tantangan," katanya. Maksudnya, bila hanya mengambil apa adanya dari buku PMP yang diwajibkan Dep P & K, ia tak akan bisa mengajar apa-apa. "Harus dikembangkan sendiri." Sesuai dengan saran P-7 kepada Presiden, Purwanto juga menilai, buku PMP untuk SLA kurang menyajikan "beberapa peristiwa yang menjelaskan Pancasila sampai tertuang dalam Ketetapan MPR." Yang terlebih menarik, komentarnya ini: "Buku PMP sebetulnya terlalu bertele-tele. Kalau diringkas, tiga jilid untuk SLA itu bisa menjadi 20 halaman saja." Masalah bagi guru itu, "bagaimana menjadikan pelajaran ini menarik." soafnya, ia tahu persis, bahwa muridnya hanyamempelajarinya kalau mau ulangan. "ara begini tentu tak melahirkan orang yang memahami dan mcnghayati Pancasila," lanjut Purwanto . Tidak Bingung Tentang hal yang menyangkut agama, sekolah Katolik ini tak menemukan masalah gawat. "Ada beberapa anak yang Islam, tapi mereka tidak fanatik, kata Purwanto. Di SMPN I Cikini, murid-murid ternyata juga kritis. Kosasih Zein, 26 tahun, guru PMP kelas II sekolah tersebut, bercerita bagaimana komentar mereka. Ada siswa yang mempersoalkan tebalnya seiangat nasionalisme kita kini, ada yang mempertanyakan soal pengangkatan aDggota DPR. Yang menyangkut agama? "Terus terang kalau sampai soal itu saya membatasi diri, untuk tidak memperuncing masalahnya," kata Kosasih. Biasanya ia lantas menyuruh muridnya membuat karangan saja, bagaimana pendapat mereka tentang soal itu. "Hebat," komentar guru itu. "Anak-anak cukup kritis. Misalnya, mereka tak percava akal-pikiran manusia bisa memahami zat Tuhan." Ada sekitar 600 muridnya, sebagian besar beragama Islam. Kosasih mengaku, dia perlu banyak melontarkan masalah yang sedang hangat agar anakanak tertarik pada PMP. Di sekolah yang memang bermerk Islam, mungkin ada sedikit masalah. Di SD Muhammadiyah III, misalnya, Sukirno, 27 tahun, guru PMP di kelas VI berkata, "Jika ada yang tak sesuai dengan ajaran agama Islam, kami sisihkan." Lho? Apakah anak-anak tak bisa membacanya sendiri? "Kami beritahukan kepada mereka, itu hanya sebagai pengetahuan saja," lanjutnya, "supaya anak-anak tidak bingung." Soal yang ditinggalkan itu, misalnya, hal "semua agama yang sama sucinya," juga soal "aliran kepercayaan." Walhasil, guru-guru yang langsung mengajarkan PMP itu yang sebetulnya menjadi kunci. Tergantung pada guru membuat anak didik memahami Pancasila, atau agar siswa tak menjadi bingung karena ada "yang bertentangan dengan keyakinan agamanya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus