Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah perkembangan era teknologi digital saat ini, budaya membaca buku mengalami perubahan besar. Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Koentjoro mengatakan saat ini terlihat adanya kecenderungan penurunan minat membaca, terutama membaca buku pada generasi muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keberadaan media sosial yang menawarkan beragam konten yang dikemas menarik secara audio dan visual serta up to date lebih banyak digemari sebagai media pencarian informasi dibandingkan buku cetak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Digitalisasi ini sebenarnya bisa kita sikapi untuk back to nature yaitu kembali ke tradisi budaya tutur. Membaca memang bukan kultur masyarakat kita, tetapi budaya tutur. Secara sistem dan di keluarga diajari kembali untuk merenung dan titen (hasil berulang-ulang memepelajari tanda-tanda alam),” ujarnya pada Rabu, 17 Mei 2023 dilansir dari situs UGM.
Koentjoro mengingatkan bahwa buku bukanlah sebagai alat utama pembelajaran masyarakat. Namun, buku menjadi salah satu referensi dalam pencarian informasi maupun memahami persoalan.
“sumber belajar bukan hanya buku. Buku-buku tersebut hanyalah referensi bukan yang utama,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa membaca tulisan maupun buku menghasilkan manusia yang cerdas dan menjadikan berpikir secara rasional. Namun, ia mengingatkan bahwa buku bukanlah alat utama pembelajaran.
Meskipun buku memberikan beragam informasi, kata dia, namun tidak mengajarkan untuk berpikir kritis karena tidak terjadi dialog di dalamnya untuk menjawab berbagai keingintahuan pembacanya.