SETELAH dicerca dunia sebagai penular penyakit AIDS, kaum homo digebuk palu godam alias pukulan kedua. Mereka, yang tergabung dalam organisasi homoseksual, Dignity yang bermukim di Amerika Serikat. kini dilarang mengadakan misa khusus bagi kelompok ini. Larangan yang datang dari Uskup Agung Washington, Mgr. James A. Hickey, bulan lalu itu, terutama dialamatkan kepada kaum gay yang berhimpun di-kampus asuhan pastor Yesuit, Universitas Georgetown di Washington. Agaknya, ini merupakan rangkaian sikap Gereja Katolik AS yang melarang gereja di negen itu membenkan pelayanan keagamaan secara khusus kepada pada homowan dan lesbian. Tindakan untuk kaum homo Dignity yang mengadakan misa khusus di kampus itu sejak sepuluh tahun lalu, menurut Mgr. Hickey, diambil setelah ada petunjuk dari Vatikan, Oktober tahun silam. Pedoman Vatikan "Perawatan Pastoral bagi Orangorang Hvmoseksual", yang dikirim kepada para uskup di seluruh dunia, jelas-jelas disebut. "Kegiatan homoseksual merupakan kecenderungan seksual yang tak wajar. Pada dasarnya, itu sekadar pemuasan nafsdiri sendiri. Sejak turun petunjuk dari Roma itu, semua organisasi kaum homo atau pro-homo, seperti Dignity, Quixote Center, dilarang melakukan kegiatan di lingkungan Gereja Katolik. Beberapa keuskupan seperti New York, Brooklyn, Long Island, Minneapolis-St. Paul, dan Richmond memang telah lebih dahulu menyetop kegiatan keagamaan khusus bagi kaum homo atau lesbian itu. Vatikan mengecam organisasi orangorang homo itu. Mereka dicap merongrong ajaran Gereja. Karena, semua kegiatan homoseksual dianggap tak bermoral. Mereka yang memang memiliki sifat homoseksual, agar tetap menjadi orang Katolik yang takwa, dilarang melakukan 'zina ' di kalangan mereka sendiri. Seperti halnya orang yang normal, siapa pun tak dibenarkan mengadakan hubungan seks di luar pernikahan. Karena itu, semua organisasi yang menampung pra homo, lesbian atau yang membantu mereka, harus dibubarkan. Sikap Gereja Katolik, setelah larangan itu: bagi mereka yang mengidap homoseksual atau lesbian, diharap datang dan mengikuti misa bersama umat lain di gereja. Dalam pelayanan keagamaan, Gereja Katolik tak memllah antara yang normal dan yang tak normal itu. "Jadi, tidak perlu mengadakan misa khusus untuk mereka sendiri," kata Uskup Hickey. Kecaman Vatikan yang kemudian diteruskan para uskup itu tentu mengundang reaksi. Termasuk dari kaum homo sendiri. Dignity, sebagai organisasi homo Katolik terbesar di AS, mempunyai anggota tak kurang dari 5.000 orang. Menurut Tom Sena, tokoh dari Digniy pusat, anggota baik yang disebut gay maupun lesbian dapat mengungkapkan problem seksualitasnya dengan cara yang tidak melanggar ajaran Kristiani. Itulah yang telah diperbuat Dignity Washington bersama 300 anggotanya -- menyelenggarakan ibadat khusus. "Karena hal itu memang diperlukan bagi mereka yang punya nilai-nilai sama," begitu kata ketuanya, Albergo. Dengan cara keagamaan yang khusus untuk kaum homo itu, mereka akan lebih leluasa membahas masalah dan keprihatianan mereka. Di samping itu, menurut Albergo, kelompok homoseksual dan lesbian, "mempunyai rasa salah dan membenci diri demikian besar." Justru itu diharapkan bahwa upacara tersebut akan dapat membangkitkan kepercayaan diri karena setiap orang adalah baik di hadapan Tuhan. "Ini sangat penting untuk orang yang sedang down seperti mereka itu," kata Albergo. Tantangan terhadap kecaman Vatikan mengenai homoseksualitas itu bahkan datang dari kalangan pastor. Misalnya Pastor John McNeil dari New York, yang ikut mendirikan Dignity itu. Dalam suatu perdebatan di televisi, dengan tandas ia mengatakan, "Ratusan ribu manusia terlahir dalam keadaan homoseksual. Mereka tak punya pilihan dan kita tidak mungkin mengubah orientasi seksual mereka." Kelompok tersebut, demikian kata McNeil, ingin hidup secara penuh, ingin mengecap kebahagiaan sebagai manusia. Mereka dapat melakukannya bila bisa menerima cinta itu sendiri dan menggabungkannya dengan cinta Kristus. Karena itulah, kenapa Dignity didirikan? Ya, untuk membantu kaum homo itu mewujudkan keinginannya. Pastor McNeil Sendiri, kecuali menentang petunjuk Roma yang menyangkut bab homo dimaksud, selama ini di AS ia dikenal pula sebagai pembela kaum menyimpang ini. Tetapi karena pembangkangannya itu, pastor yang belakangan juga disebut-sebut termasuk homo ini - dan tetap "mengurusi" para homois - beberapa bulan lalu dipecat dari Ordo Yesuit, organisasi para pastor tempat dia bekerja. Alasan McNeil membela kepentingan Bung Homo yang mempunyai kelainan seks itu adalah, apa yang dianggap buruk secara psikologis belum tentu buruk secara teologis. Lalu ia menunjuk ke Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama: tidak baik bagi seseorang untuk hidup sendirian. Tiap manusia membutuhkan teman hidup. Tuhan sendiri menciptakan berbagai sifat manusia termasuk mereka yang homoseksual itu. Lalu McNeil beralasan lagi. Satu-satunya teman hidup yang dinginkan golongan ini adalah teman sejenis. Tuhan, katanya, akan menjadi sangat saditis dan kejam kalau Dia menciptakan orang-orang yang homo itu dan kemudian tak memperbolehkan mereka mengadakan hubungan intim. Dalam debat televisi di AS, pada acara "Phil Donahue Show", Maret lalu itu pihak Gercja Katolik menampilkan Mgr William Smith. Guru besar teologi morai dan dekan Seminari St. Joseph di New York itu menangkis "alasan" teologis McNeil yang tadi. "Homoseks bukan suatu dorongan yang wajar. Seperti halnya pemabuk," kata Smith. Homoseksualitas merupakan penyalahgunaan hubungan seksual. Satu-satunya hubungan seks yang direstui Tuhan adalah antara lelaki dan perempuan, yang menikah. Lalu ia menunjuk ayat lain, dalam Kitab Kejadian juga, dan ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Injil. Seorang pria katanya, meninggalkan pelukan ibu-bapaknya dan berpindah ke pelukan istrinya. Keduanya menjadi satu tubuh. Hubungan seks di luar nikah sama sekali tidak dibenarkan. Salah satu kisah Kitab Suci yang menggambarkan kemurkaan Tuhan atas kebejatan manusia adalah runtuhnya Sodom dan Gomorah. Dalam kitab Perjanjian Lama itu digambarkan bahwa dosa manusia yang paling menjijikkan yaitu hubungan seksual antarmanusia sejenis: baik homoseksual maupun lesbian. Bila ada sepuluh orang saja yang tak bejat, mungkin Tuhan akan menunda menghukum kedua kota itu. Namun, penafsiran atas Kitab Suci itu agaknya masih beragam. Organisasi keagamaan semacam Dignity di kalangan Gereja Katolik AS juga ada di Gereja Kristen lainnya. Golongan gay dan lesbian yang beragama Episkopal, masih di AS. membentuk organisasi Integrity, organisasi yang didirikan pada 1975 dan berpusat di Washington itu mengaku punya 1 700 anggota. Gereja Lutherans, misalnya, juga punya organisasi Lutherans Concerned/North America, beranggota 1.000 orang. Yang terbesar adalah Universal Fellowship of Metropolitan Churches yang berpusat di Los Angeles, dan mengklaim punya 27.000 orang homo dan lesbi. Arkian, ada pula Joseph Dauce. Pendeta Gereja Baptis di Paris ini memberikan pelayanan kepada sekitar 1.700 homo dari organisasi Pusat Kristus Pembebas. Selain menikahkan beberapa pasangan gay, Pak Pendeta ini juga membantu mereka yang ingin operasi ganti kelamin, atau yang mengidap AIDS. Dalam pada itu, Gereja Episkopal di New York dan San Francisco tak pula ragu mengangkat si homo jadi pendeta. memang, Dewan Gereja Dunia -- Protestan, Anglikan dan Katolik Ortodoks -- yang membawahkan gereja-gereja di 107 negara, belum mempermasalahn dan mengkaji masalah homoseksual di kalangan pemuka agama masing-masing. Tetapi Gereja Katolik lebih tegas. Siapa pun di kalangan rohaniawan-rohaniwati yang ketahuan melakukan hubungan seks tidak sah itu, akan dipecat. A. Margana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini