Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan membentuk Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana atau PRCPB untuk membantu penanggulangan bencana alam di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan, pasukan reaksi cepat itu akan dibentuk di tiap-tiap Komando Daerah Militer atau Kodam. Nantinya ada batalion yang ditugaskan untuk bersiaga dalam tugas penanggulangan bencana alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apabila wilayah terjadi bencana, pasukan itu yang akan bergerak cepat," kata Agus di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Senin, 11 November 2024.
PRCPB ini telah diimplementasikan di beberapa wilayah Tanah Air. Misalnya di Komando Militer 163/Wira Satya, yang ketika itu dibentuk untuk membantu pemerintah daerah dalam menanggulangi bencana alam gempa bumi dan tsunami di wilayah Bali pada 2023.
Dalam beberapa waktu ke belakang, beberapa wilayah Indonesia sedang dilanda bencana alam. Terbaru yakni bencana alam erupsi yang disebabkan karena letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada pekan pertama November 2024.
Dari pantauan Badan Geologi, sejak kemarin hingga Senin, 11 November 2024 pagi, Gunung Lewotobi Laki-Laki masih erupsi. Selain itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan status terkini tiga gunung api di Indonesia.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, dalam keterangan tertulisnya Senin, 11 November 2024, mengatakan Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Nusa Tenggara Timur, dan Gunung Lokon, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, mengalami kenaikan level.
Gunung Rokatenda, terhitung sejak tanggal 10 November 2024 pukul 21.00 WITA, statusnya dinaikan menjadi level II (waspada) dari sebelumnya level I (normal). Sedangkan Gunung Lokon statusnya di level siaga, yang sebelumnya waspada.
M. Faiz Zaki berkontribusi dalam penulisan artikel ini.