Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Panitia Seleksi Calon Pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi mengandalkan hasil tes serta penelusuran rekam jejak berbagai lembaga untuk mencegah kandidat bermasalah lolos dalam seleksi. Anggota Panitia Seleksi, Hendardi, mengatakan pihaknya sudah melakukan serangkaian tes hingga terakhir uji psikologi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panitia juga sudah meminta bantuan delapan lembaga untuk menelusuri rekam jejak 40 kandidat yang lolos tes psikologi calon pemimpin KPK, tiga hari lalu. Delapan lembaga itu adalah Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, KPK, Badan Intelijen Negara, Badan Narkotika Nasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, serta Direktorat Jenderal Pajak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan pelibatan sejumlah lembaga dalam menelusuri rekam jejak calon pemimpin KPK saat ini jauh lebih banyak dibanding seleksi terdahulu. Adapun, seleksi calon pemimpin KPK periode terdahulu hanya melibatkan lima lembaga, yakni KPK, Polri, Kejaksaan, BIN, dan PPATK. "Sekarang kami tambah kerja sama dengan BNPT dan BNN," kata Hendardi, kemarin.
Menurut dia, Panitia Seleksi akan merapatkan semua masukan dari delapan lembaga tersebut. Ia memastikan masukan dari mereka akan mempengaruhi hasil seleksi calon pemimpin KPK periode 2019-2023. "Masukan dari mereka berpengaruh terhadap hasil seleksi nanti," ujarnya.
Tiga hari lalu, Panitia Seleksi mengumumkan hasil uji psikologi terhadap 104 kandidat pemimpin KPK. Hasilnya, Panitia memilih 40 orang yang dinyatakan lolos ke tahap berikutnya. Mereka berasal dari berbagai profesi, antara lain polisi, jaksa, dosen, akademikus, pegawai KPK, pegawai negeri, advokat, auditor, dan pegawai bank. Dua Wakil Ketua KPK periode saat ini, Laode Muhammad Syarif dan Alexander Marwata, juga lolos tes psikologi. Sedangkan Basaria Panjaitan, Wakil Ketua KPK lainnya, gagal dalam tahap ini.
Setelah psikotes, seleksi berikutnya adalah tahap profile assessment, yang dijadwalkan hari ini. Tahapan ini beriringan dengan penelusuran rekam jejak setiap kandidat. Permintaan penelusuran rekam jejak itu dimulai awal bulan ini. Panitia akan menerima hasil penelusuran rekam jejak calon pada pekan ketiga Agustus. "Lalu dilanjutkan wawancara dan uji publik," ucap Hendardi.
Menurut Hendardi, pihaknya juga menyilakan masyarakat menyampaikan kepada Panitia Seleksi jika mempunyai data ihwal calon yang diduga bermasalah dan tidak berkomitmen terhadap pemberantasan korupsi. "Tapi, jika mendikte Pansel dengan opini atau asumsi tanpa fakta, mohon maaf, Pansel pantang didikte," tuturnya.
Peneliti dari IndonesiaCorruption Watch, Kurnia Ramadhana, mengatakan hasil tes psikologi calon pemimpin KPK tidak memuaskan ekspektasi publik. "Ini mengartikan bahwa Pansel gagal memberikan kesan optimisme bagi publik untuk menghasilkan calon pemimpin KPK yang benar-benar berintegritas, profesional, dan independen," kata dia.
Ia menduga ada beberapa calon yang memiliki rekam jejak kurang bagus di masa lalu. Namun Kurnia tidak menyebut nama-nama calon pemimpin KPK yang diduga bermasalah tersebut. REZKI ALVIONITASARI
Panitia Seleksi Andalkan Hasil Tes dan Penelusuran Rekam Jejak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo