Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Para Gubernur: Yang Mundur & Yang Muncul

Abdul Madjid Ibrahim, 52, sarjana FEUI, bekas rektor Universitas Syah Kuala menjadi Gubernur Aceh, menggantikan muzakkir Walad. Sasaran utamanya sebagai gubernur adalah bidang prasarana. (dh)

17 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIA orang sipil. Dan Prof. Abdul Madjid Ibrahim, ekonom yang akhir tahun ini akan berusia 52, waktu mahasiswa pernah duduk sebagai Pengurus Besar HMI. O, ya. Ia juga punya riwayat pendek sebagai penyair -- untuk majalah pelajar Api Merdeka waktu ia di SMA di Yogya. Tapi bukan kebetulan jika teknokrat Deputy Ketua Bappenas ini, yang semasa perang kemerdekaan anggota TRIP (Tentara Pelajar) di Blitar, sekarang dapat kepercayaan pemerintah untuk jadi Gubernur propinsi Aceh, menggantikan Muzakkir Walad. Ia orang Aceh, yang sejak zaman Jepang merantau ke Jawa untuk mencari SMA. Hasilnya bukan cuma ijazah sekolah menengah itu, tapi kemudian juga gelar doktorandus dari Fakultas Ekonomi UI -- tempat ia berkuliah dan berteman antara lain dengan Ali Wardhana, yang kini Menteri Keuangan. Dan jika ia kini menyatakan sudah siap dengan rencana pembangunan Aceh itu tentu tak mengherankan. Bekas Rektor Universitas Syah Kuala ini juga dulu tokoh dari Badan Pembangunan Aceh yang terkenal: salah seorang teknokrat di dekat gubernur yang lama. Tapi meskipun ia tak mau mengungkapkan rencananya secara lengkap, ia menilai sasaran utamanya di bidang prasarana. "Sekarang," katanya kepada TEMPO pekan lalu, "jalan selain kurang, juga banyak yang rusak, sehingga hasil-hasil pertanian rakyat mengalami hambatan pemasaran." Madjid punya pengalaman pribadi bagaimana sulitnya jadi anak Aceh yang ingin maju dulu. Ia menyelesaikan SMA-nya di 3 kota. Kelas 1 di Yogya, kelas 2 di Malang dan kelas terakhir di Jakarta. Merantau jauh untuk bersekolah ini rupanya berkat dorongan ayahnya juga, Tengku Haji Ibrahim (almarhum) yang dikenal sebagai pendiri pesantren di Seulimeun, Kabupaten Aceh Besar 45 km dari Banda Aceh arah ke Medan. Pesantren itu sekarang dilanjutkan kakaknya, Tengku Haji Abdul Jalil. Kini seperti banyak pejabat di pusat, putera tokoh pesantren ini suka main golf, sementara isterinya yang juga asal Aceh, Rochani, bermain tenis. Sabtu lalu ia diajak kelompok masyarakat Aceh di Jakarta untuk bermain golf di Ancol sebagai perpisahan. "Orang Aceh banyak juga yang senang golf," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus