Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEPUK tangan membahana ketika dua ratus penari katreji, tarian rakyat khas Maluku, menyelesaikan dansa-dansi mereka. Tarian itu adalah pertunjukan pertama yang membuka acara peringatan Hari Keluarga Nasional di Lapangan Merdeka, Ambon, Jumat pagi dua pekan lalu. Di sisi timur lapangan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan belasan menteri baru saja tiba dan langsung duduk di tribun kehormatan.
Seusai menari, dengan berlari kecil, ratusan remaja pelajar sekolah itu meninggalkan lapangan dengan memencar ke empat penjuru. Tanpa disangka, dari sisi utara Lapangan Merdeka, 28 pria berkostum cakalele memanfaatkan momen itu untuk nyelonong masuk ke lokasi acara.
Keberadaan penari liar ini sebenarnya relatif mudah dikenali. Ketimbang penari katreji yang berkebaya dan bersarung warna-warni, kostum mereka lebih bersahaja: bertelanjang dada, bercelana hitam selutut dengan kain merah melilit pinggang. Wajah mereka polos tanpa hiasan, kecuali ikat kepala merah menyala. Apalagi ”para penari” ini masuk bukan dari dua pintu resmi yang disiapkan aparat keamanan, di sisi selatan dan barat lapangan.
”Mereka mengaku sebagai penari yang terlambat datang, sehingga petugas terkecoh,” kata Panglima Kodam Pattimura, Mayor Jenderal TNI Sudarmaidy Subandi, yang bertanggung jawab atas keamanan lokasi. Akibatnya, puluhan penari liar ini berhasil muncul kurang dari 10 meter di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Siapa yang salah? Sudarmaidy mengaku bertanggung jawab. ”Saya kebobolan di ring empat sampai ring dua,” katanya di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Maluku, Rabu pekan lalu. Hari itu, selama empat jam penuh, anggota Dewan ”mengadili” Sudarmaidy dan Kepala Kepolisian Daerah Maluku, Brigadir Jenderal Polisi Guntur Gatot Setiawan. ”Kok, mereka bisa lolos dari penjagaan demikian ketat?” tanya Darul Kutni Tuhepali, anggota DPRD dari Fraksi Persatuan Pembangunan.
Menurut Sudarmaidy, tak ada yang salah dalam persiapan pengamanan. Dua bulan sebelum kedatangan Presiden, rapat koordinasi sudah berkali-kali dilaksanakan. Rencana gelar pasukan dan petunjuk pelaksanaan operasi pengamanan Presiden pun sudah jauh-jauh hari diserahkan ke Komandan Korem Pattimura, Kolonel TNI Syafri Marasin. Pos komando operasi pengamanan ditetapkan di Markas Detasemen Kavaleri Kodam Pattimura.
Tidak kurang dari 2.580 polisi dan serdadu diturunkan menjaga keamanan RI-1. Di luar itu, khusus untuk pengamanan tamu VVIP seperti bupati, gubernur, dan menteri, Kodam Pattimura dan Polda Maluku menurunkan 355 prajurit. Dua satuan setingkat kompi dari Brigade Mobil Polda Maluku juga standby untuk diterjunkan setiap saat. Karena itu, Sudarmaidy yakin rencana operasinya cukup sempurna. ”Dalam setiap rapat koordinasi, setiap kesatuan diberi tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan,” katanya.
Pengamanan Kota Ambon pada Jumat dua pekan lalu memang jauh lebih ketat dari biasanya. Sejak pukul 07.00 pagi, empat jalan protokol di sekeliling Lapangan Merdeka—Jalan Sultan Hairun, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Sam Ratulangi, dan Jalan A.J. Patty—sudah ditutup. Hanya serdadu bersenjata lengkap dan panitia berseragam batik yang boleh lalu-lalang.
Warga yang memasuki lokasi acara diperiksa berkali-kali. Sebuah pintu detektor logam disiapkan pasukan pengamanan presiden di sisi selatan lapangan. Setiap tamu dan undangan digeledah bergiliran, tanpa kecuali. Jika sudah di dalam, meninggalkan lokasi hampir tidak mungkin. Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Pemda Maluku, Lies Ulahayanan, bahkan ditolak masuk karena kartu undangannya tertinggal. ”Saya terpaksa pulang lagi,” katanya.
Tapi penyusup RMS lebih lihai. Kehadiran mereka sama sekali tidak diantisipasi aparat keamanan. Padahal, satu jam sebelum menerobos, keberadaan mereka sudah diketahui polisi. Gatot Setiawan, Kapolda Maluku, mengaku anak buahnya sempat melihat puluhan pria berganti kostum cakalele di halaman depan kantor Sinode Gereja Protestan Maluku di Jalan Pattimura, tak jauh dari Lapangan Merdeka. Tak hanya memergoki, seorang polisi, Komisaris Besar Rahmat Hudail, sempat menegur satu penari, ”Mau apa?” ”Mau menari,” kata mereka.
Seorang penari diketahui memiliki kartu identitas resmi sebagai pengisi acara. Dengan menunjukkan kartu itu, semua penjagaan dilalui dengan mudah. Mereka hanya sempat dihalangi ketika mencoba masuk dari sisi timur, namun lolos ketika memutar ke sisi utara lapangan.
Tapi tak satu panitia pun bertanya mengapa dari puluhan penari hanya satu yang memiliki kartu identitas dari Korem setempat. Lebih buruk lagi: petugas keamanan juga tidak dibekali susunan acara. ”Informasi soal acara tidak sampai ke bawah,” kata Letnan Jenderal TNI Agustadi Sasongko, Sekretaris Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, yang memimpin penyelidikan atas insiden ini.
Wahyu Dhyatmika, Raden Rachmadi, Mochtar Touwe (Ambon)
Jebolnya Ring Dua Presiden
Untung saja, 28 simpatisan RMS yang menyamar menjadi penari cakalele hanya membawa tombak dan parang dari kayu. Urusan bisa panjang jika mereka bersenjata sungguhan. Bagaimanapun, lolosnya para penyusup ini mengirim sinyal waspada: sistem pengamanan Presiden harus dievaluasi.
Lingkaran Satu Lokasi: Di sekitar RI-1 Pelaksana pengamanan: Pasukan Pengamanan Presiden
Lingkaran Dua Lokasi: Sepanjang rute perjalanan Presiden Pelaksana pengamanan: Polda Maluku
Lingkaran Tiga Lokasi: Lapangan Merdeka, tempat acara berlangsung Pelaksana pengamanan: TNI Kodam XVI Pattimura
Lingkaran Empat Lokasi: Radius 500 meter dari lokasi acara (termasuk jalan-jalan protokol Kota Ambon) Pelaksana pengamanan: TNI Kodam XVI Pattimura
Jalan Tol Penari Cakalele Penari bersiap di kantor Sinode Gereja Protestan Maluku, di Jalan Pattimura, sebelah barat lapangan Merdeka. Lalu bergerak menyusuri Jalan Pattimura menuju parkir timur lapangan Merdeka. Gagal masuk dari situ, mereka memutar ke sisi utara. Setelah tarian pembukaan usai, penari cakalele liar masuk dari sisi utara Lapangan Merdeka, atau sisi kanan belakang tribun kehormatan tempat Presiden SBY duduk. untuk masuk Lapangan Merdeka hanya dibuka di sisi barat dan selatan lapangan, alias sebelah kiri depan dan kanan depan Presiden.
Jumlah pasukan:
Detik-detik Memalukan Itu
7.00 WIT TNI dan polisi menggelar pasukan di lokasi VVIP
7.30 WIT Tamu dan undangan peringatan Hari Keluarga Nasional hadir di tempat acara. Para penari cakalele satu per satu muncul di halaman kantor Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) di Jalan Pattimura, Ambon.
8.30 WIT Kepala Satuan Brigade Mobil Polda Maluku Komisaris Besar Polisi Rahmat Hudail, Direktur Samapta Polda Maluku Komisaris Besar Polisi Rajim Asianto, dan Direktur Lalu Lintas Polda Maluku Komisaris Besar Polisi Razimi, melihat kerumunan penari cakalele di depan Sinode Gereja Protestan Maluku.
9.30 WIT Penari cakalele bergerak ke Lapangan Merdeka. Seorang polisi yang berjaga di pos depan Kantor Pelni--sekitar 50 meter dari Sinode-- melaporkan pergerakan ini. Karena dianggap mengganggu lalu lintas, seorang polisi berinisial AP membawa mereka ke lokasi parkir Lapangan Merdeka.
9.45 WIT Penari Cakalele masuk ke Lapangan Merdeka, memanfaatkan arus keluar rombongan penari sebelumnya. Menjelang akhir pidato selamat datang Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, mereka menari masuk lapangan hingga ke depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sumber: Mochtar Touwe (Ambon)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo