Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BISAKAH Badan Kehormatan DPR diandalkan untuk menuntaskan kasus suap Bank Indonesia ke parlemen? Tampaknya tidak. Sejak semula lembaga ini kelihatan memang tak serius. Selain itu, belum-belum, badan tersebut juga terbelah dalam menyikapi persoalan ini.
Sejak Badan Kehormatan mulai bekerja pada awal November lalu, misalnya, belum satu pun anggota dan bekas anggota Dewan dipanggil untuk dimintai keterangan. Yang bolak-balik diminta datang justru Koalisi Penegak Citra DPR, lembaga yang membuka masalah ini. Alasan pemanggilan Koalisi, ”Nama anggota atau mantan anggota Dewan yang dikirim cuma sepotong-sepotong,” kata Tiurlan Basaria Hutagaol, Wakil Ketua Badan Kehormatan.
Pandangan berbeda datang dari Gayus Lumbuun, Wakil Ketua Badan Kehormatan sekaligus orang yang bertanggung jawab atas bidang pengusutan di lembaga itu. Menurut dia, laporan Koalisi sudah cukup untuk bisa ditindaklanjuti. Keterlibatan Antony Zeidra Abidin, Ketua Sub-Komisi Bidang Perbankan DPR 1999-2004, yang disebut dalam laporan Koalisi, menurut Gayus, adalah pintu masuk bagi Badan Kehormatan untuk menelusuri kasus ini.
Dalam hal pemanggilan saksi-saksi pun anggota Badan pecah dua. Dua pekan lalu, misalnya, Badan Kehormatan memanggil Usiono dan Wagianto, Kepala Bagian Sekretariat Komisi Keuangan dan Kepala Sub-Bagian DPR periode lalu. Keduanya dimintai keterangan perihal rapat-rapat Komisi Keuangan dengan Bank Indonesia. Menurut sumber Tempo, soal pemberian uang dari Bank Indonesia kepada anggota komisi, ”Mereka jawab tidak tahu.”
Alih-alih bersemangat menggali info dari keduanya, anggota Badan Kehormatan malah sewot. Imam Syuja, anggota Badan Kehormatan dari Fraksi Partai Amanat Nasional, misalnya, mempersoalkan pemanggilan itu. Ia mengaku, sebagian anggota Badan merasa belum pernah diajak membahas pemeriksaan itu.
Ketika Badan Kehormatan mengunjungi Komisi Pemberantasan Korupsi pada awal pekan lalu, ketidakkompakan itu juga terlihat jelas. Ketua Badan Kehormatan Irsyad Sudiro, misalnya, tak tampak. Padahal Ketua KPK Taufiequrrachman Ruki sendiri yang menyambut para tamu.
Menurut Gayus, yang memimpin rombongan Badan Kehormatan ke KPK, mereka datang karena diundang KPK. Namun, menurut Sudiro, ia tidak pernah melihat undangan itu. ”Di sekretariat juga tidak ada,” katanya.
Sumber Tempo di Fraksi Beringin mencurigai semangat Gayus mengusut kasus ini. ”Arahnya seakan-akan ke Golkar,” kata sumber itu. ”Ketika rapat Gayus juga sempat manyatakan mosi tidak percaya kepada Ketua Badan Kehormatan.” Namun, menurut orang dekat Gayus, sikap itu muncul karena Gayus ingin membersihkan Dewan dari korupsi. ”Kalau ini diteruskan, banyak kok kader PDIP yang terlibat,” kata dia.
Sumber Tempo lainnya di Fraksi Beringin mengatakan, ada permintaan perlindungan dari beberapa mantan anggota Komisi Keuangan dari Golkar. Fraksi, lanjut dia, akan mencoba mengakomodasi agar kasus ini tidak menjadi bola liar dan jadi pemberitaan media massa. ”Kan sudah dekat pemilihan umum, jadi agak riskan,” kata dia. Ditanya soal ini, Sudiro mengaku tak tahu. ”Mereka tidak akan berani. Saya ini dijuluki ’kiai’ di Golkar,” katanya.
Budi Riza
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo