HAMA wereng sekarang bisa dijual. Harganya pun jauh lebih tinggi dari beras. Sekilo wereng hidup, harganya bisa mencapai Rp 5.000, yang mati bernilai Rp 1.000 per kilo. Tak percaya? Anda boleh membawanya ke Fatich Marzuki, peternak walet di Surabaya. Burung walet ternyata menyukai "daging" wereng. Tak mengherankan kalau serangga berukuran sekitar 3 mm itu lantas punya nilai ekonomi tinggi. Wereng disantap walet, lantas walet menghasilkan air liur, dan air liurnya itu bisa dijual dengan harga mahal, Rp 1,5 juta sekilonya. Bisnis wereng itu kini terkerek ke atas, tak lain, lantaran teknik budidaya walet mulai memasyarakat. Fatich, 45 tahun, memiliki 19 kandang tempat membudidayakan walet di Sedayu, Gresik, Jawa Timur. Selain membeli dari luar, untuk memenuhi gizi burung peliharaannya itu, Fatich sering menyuruh pegawainya mencari wereng ke sawah. Keinginan untuk memperoleh wereng dalam jumlah besar mendorongnya untuk menciptakan alat baru yang tepat guna. Alat itu kini telah dibuat oleh Fatich, dan diberinya nama APW (alat pengisap wereng). APW dibuat dari pipa pralon bergaris tengah 17 cm, panjangnya sekitar 60 cm. Di ujung belakang alat itu terpasang baling-baling pengisap. Motor yang menggerakkan blower itu dihubungkan dengan aki 12 volt. Cara kerja APW mirip alat pembersih vaatm cleaner. Pada mulut pipa pralon dipasang kantung dari kasa halus, berangka kawat. Kantung kasa itu mudah dipasang dan dilepas. Ketika baling-baling berputar dan udara tersedot masuk ke dalam pipa, wereng yang terbawa arus udara tertampung dalam kantung. Untuk melengkapi APW-nya itu, Fatich memasang batang aluminium yang menjulur dari mulut pipa. Batang aluminium itu berguna untuk menggoyang rumpun padi, agar wereng yang tengah asyik mengisap cairan tanaman tersentak, dan lepas pegangannya. Pada saat itulah blower pengisap diputar. Bila populasi wereng cukup padat, kata Fatich, "Dengan APW kita bisa menangkap sejuta wereng hidup-hidup." Jumlah itu sekitar 0,5 kg beratnya. Memang, sebaiknya wereng ditangkap dalam keadaan hidup. Sebab, walet tak suka makan wereng mati. Fatich kini siap menjual APW-nya, seharga Rp 75 ribu per unit. Untuk sementara dia baru menerima pesanan 50 unit. Kebanyakan dari petani. APW itu punya manfaat lain, "Kita tak perlu beli obat hama," kata sarjana muda ekonomi dari Unair Surabaya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini