Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelompok musik Balikpapan Jazz Lover meramaikan Ngayogjazz 2013. Grup musik dari Kalimantan Timur ini mengisi panggung Wawuh, satu dari lima nama panggung Ngayogjazz. Grup ini merupakan langganan Ngayogjazz sejak 2011.
Balikpapan Jazz Lover berdiri pada 17 Juli 2008. Grup ini membawahkan 12 kelompok. Salah satunya Deni Urban Jazz. Grup ini sering ngejam di Restoran Dandito, Balikpapan.
Setiap pekan ada acara Friday Jazz Night di restoran itu. Meski hanya dibayar Rp 150 ribu sekali tampil, para pemain tetap bersemangat. Maklum saja, tampil di panggung hanyalah sambilan. Anggotanya, yang berjumlah 120 orang, berasal dari berbagai profesi, dari karyawan di sekolah musik Purwacaraka, karyawan hotel, sampai pengusaha. "Kami sama-sama suka jazz," kata pembinanya, Arif Er Rachman.
Mereka biasa berkumpul di Cafe Ruko Bandar, Balikpapan, yang terletak di pinggir pantai. Tak hanya bermain musik, mereka juga kerap berdiskusi tentang sejarah jazz.
Untuk membumikan aliran musik ini, mereka menggelar berbagai kegiatan, dari Balikpapan Jazz Fiesta sampai sekadar bermain di pantai, jalan, mal, dan di Taman Bekapai di tengah Kota Balikpapan. Setiap kali pertunjukan, mereka mengandalkan sponsor. Untuk meramaikan pergelaran, mereka mengundang pemusik kondang, seperti Barry Likumahuwa dan Gugun Blues Shelter.
Kelompok musik itu tidak selalu menampilkan lagu berirama jazz, seperti ketika tampil di Yogya. Dari lima yang dimainkan, dua adalah lagu Melayu, termasuk lagu daerah Ampar-ampar Pisang. "Lagu kami beraliran pop hingga jazzy," kata Arif.
Selain tampil di Balikpapan, grup itu pernah main musik di Java Jazz. Waktu itu mereka membawa sampek, gitar tradisional suku Dayak.
Di panggung yang sama, kelompok musik jazz asal Kyoto, Jepang, D'Aqua, juga tampil. Ada peniup saksofon, penggebuk drum, pembetot bas, pemetik gitar, dan vokalis, yang berasal dari Lombok.
Hagito Masato, sang peniup saksofon, dengan susah payah menyapa penonton, "Sugeng dalu (selamat malam)." Penampil pamungkas di Ngayogjazz ini mendapat sambutan dari penonton muda karena membawakan lagu-lagu berirama reggae dan ska, termasuk milik musikus reggae ternama dari Jamaika, Bob Marley.
Penampilan memikat juga ada di panggung utama Ngayogjazz, Sayuk Rukun. Penonton berjejal di panggung yang berada di halaman rumah joglo itu. Erik Truffaz, peniup trompet terkemuka dari Prancis, membius perhatian penonton. Bersama empat pemusik, ia memainkan lagu-lagu jazz yang agak serius.
Truffaz adalah musikus di bawah generasi peniup trompet Eropa legendaris, seperti Enrico Rava dan Tomasz Stanko. Ia akrab dengan karya musik klasik Mozart dan Ravel. Musikus jazz Amerika Serikat, Miles Davis, mempengaruhi permainan musiknya. Ia juga mengaku terpengaruh grup rock seperti Led Zeppelin.
Musikus kenamaan Candra Darusman mengapresiasi tumbuh suburnya komunitas jazz di berbagai daerah. Menurut dia, musik jazz bisa tumbuh karena terbuka untuk segala pengaruh, dari rock, Melayu, Latin, reggae, hingga pop, atau dangdut sekalipun.
Ngayogjazz, bagi Candra, menjadi pentas musik khas Yogyakarta. Dengan nada bercanda ia mengatakan, akibat sering bertandang ke Yogyakarta, termasuk bermain di Ngayogjazz, ia jadi awet muda. "Pokoknya, Ngayogjazz ini oke dan gila," kata pentolan grup Chaseiro yang terdiri atas mahasiswa Universitas Indonesia dan sempat ngetop pada 1970-an itu.
Sunudyantoro, Shinta Maharani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo