SEBAGIAN pejabat teras Hankam, termasuk pucuk pimpinannya,
Jenderal M. Jusuf sedang di Istana Negara ketika perlangsung
suatu upacara penyerahan bagian penting di aula Hankam. Di hari
sama, akhir pekan lalu, memang sedang berlangsung upacara
pelantikan KSAL, KSAU dan Kapolri oleh Presiden Soeharto di
Istana. Dan Sabtu siang itu aula, dalam suatu upacara yang lebih
sederhana Kas Kopkamtib Jenderal Wiojo Soejono, 54 tahun, telah
menyerahkan tugas dan jabatannya kepada atasannya, Pangkopkamtib
Laksamana Sudomo. Hari itu pula, Jenderal Widjoakan memasuki
masa pensiun, bunyi rapat keputusan yang dibacakan Sudomo. Hadir
antara lain Jaksa Agung Ismail leh, beberapa perwira tinggi
Hankam, seperti Marsekal Ashadi Tjahjadi dan Jenderal Pol.
Awaludin Djarnin--bekas KSAU dan Kapolri. Disaksikan oleh banyak
mata, dengan tenang, tapi pasti, Jenderal Widjojo Soejono
menandatangani surat serah terima jabatan, lalu menyodorkannya
kembali kepada atasannya itu. Jabatan Kepala Staf Kopkamtib
harus ditinggalkannya, setelah turun surat keputusan dari
Presiden 27 November lalu.
Ada saatnya kita datang, dan ada saatnya kita harus pergi,
demikian sambutan Laksamana Sudomo sesaat setelah menerima
penyerahan jabatan itu. Pesannya kepada Widjojo: Sebagai
pejuang, tak ada akhir perjalanan. Dalam satu napas,
Pangkopkamtib Sudomo mengutip sebuah pepatah asing tua: Old
soldier never dies".
Dan Willy, demikian nama akrab Jenderal Widjojo, membalas
sambutan itu dengan berkata: Saya dapat memperkirakan, akhir
tugas saya bersama Kopkamtib ini, dapat saja setiap waktu
disusul oleh pernyataan pimpinan, bahwa tugas saya di lingkungan
TNI juga berakhir. Dan saya tak pernah akan menyesal apabila
terjadi demikian.
Ia melanjutkan, Saya beranya pada diri sendiri dan saya tidak
merasa malu. Yang langsung - diterjemahkannya dalam bahasa
Inggris, I ask myself and I feel no shame." Tak dijelaskan apa
yang ia maksudkan. Namun, dalam sambutan perpisahan yang
berlangsung singkat itu, Willy Soejono, merasa, sekarang saya
dapat lebih mencurahkan perhatian pada keluarga, yang selama ini
kurang bisa dilakukan.
Ke mana Willy? Sampai sekarang, laki-laki yang berkulit hitam
dan berbadan tegap itu, masih menjadi pelindung perkumpulan bela
diri karate. Willy adalah orang Indonesia pertama pemegang Dan
II karate aliran Kyokushinkai. Ia juga menjadi pengurus
perkumpulan tenis dan Perbakin.
Jenderal Widjojo asal Tulungagung, menjabat Kas Kopkamtib sejak
27 Desember 1980, setelah menjadi Pangkowilhan II. Jabatan itu
diraihnya setelah ia dianggap berhasil memimpin Operasi
Sapujagat, satuan tugas untuk mencegah dan menanggulangi
kejahatan dan subversi di wilayah Jakarta, Ja-Bar dan Sum-Sel.
Ini bisa menjadi konduite baginya untuk naik atau tidak,
demikian Sudomo berkelakar ketika memperkenalkan Pangkowilhan 11
saat itu, sebelum Operasi Sapujagat dilancarkan September 1980.
Jabatan teras Kopkamtib itu sudah beberapa kali berpindah
tangan. Pertama kali dipegang Jenderal Soemitro pada 1966
sebagai kepala staf harian, sedang panglimanya waktu itu
dipegang langsung oleh Jenderal Soeharto yang ketika itu
menjabat Men-Hankam/Pangab. Ketika Soemitro naik pangkat
menjadi Pangkopkamtib pada 1969, adalah Sudomo yang kemudian
tampil sebagai Orang No. 2, menjabat Wa-Pang Kopkamtib
(1973-1974).
Ketika Soemitro mundur pada awal 1974, sesaat setelah peristiwa
15 Januari, Sudomo tetap menjadi orang No.2 sebagai Kas
Kopkamtib, sampai ia resmi diangkat sebagai Pangkopkamtib pada
1978. Sejak Soemitro berhenti sampai dipilihnya Sudomo, adalah
Presiden Soeharto sendiri yang menjabat sebagai Pangkopkamtib.
Di bawah Pangkopkamtib Sudomo, jabatan Kas Kopkamtib berpindah
tangan sampai tiga kali: Jenderal Daryatmo (hanya beberapa
bulan, karena kemudian ia dipilih menjadi Ketua DPR/MPR),
Jenderal Yoga Sugomo (1978-1980), dan terakhir Willy Soejono.
Siapa penggati Willy sampai awal minggu ini belum dikemukakan.
Maka, seperti biasa, timbul macam-macam spekulasi. Ketika
ditanya, Sudomo hanya menjawab, jabatan itu diserahkan kepada
panglima, ya saya terima. Itu diucapkannya selesai melapor
kepada Presiden di Bina Graha, Senin kemarin. Ia, yang biasanya
suka bicara blak-blakan kali ini mengelak. Ya sudah, kok
repot-repot amat, kata Sudomo kepada pers.
Barangkali, agar tidak repot, jabatan Kas itu dibiarkan tak
terisi, dan dirangkap, untuk sementara, oleh Sudomo sendiri.
Setidaknya sampai dengan Maret tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini