Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Perginya Willy Pergantian Jabatan

Kaskopkamtib widjojo soejono, mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada pangkopkamtib sudomo. (nas)

11 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGIAN pejabat teras Hankam, termasuk pucuk pimpinannya, Jenderal M. Jusuf sedang di Istana Negara ketika perlangsung suatu upacara penyerahan bagian penting di aula Hankam. Di hari sama, akhir pekan lalu, memang sedang berlangsung upacara pelantikan KSAL, KSAU dan Kapolri oleh Presiden Soeharto di Istana. Dan Sabtu siang itu aula, dalam suatu upacara yang lebih sederhana Kas Kopkamtib Jenderal Wiojo Soejono, 54 tahun, telah menyerahkan tugas dan jabatannya kepada atasannya, Pangkopkamtib Laksamana Sudomo. Hari itu pula, Jenderal Widjoakan memasuki masa pensiun, bunyi rapat keputusan yang dibacakan Sudomo. Hadir antara lain Jaksa Agung Ismail leh, beberapa perwira tinggi Hankam, seperti Marsekal Ashadi Tjahjadi dan Jenderal Pol. Awaludin Djarnin--bekas KSAU dan Kapolri. Disaksikan oleh banyak mata, dengan tenang, tapi pasti, Jenderal Widjojo Soejono menandatangani surat serah terima jabatan, lalu menyodorkannya kembali kepada atasannya itu. Jabatan Kepala Staf Kopkamtib harus ditinggalkannya, setelah turun surat keputusan dari Presiden 27 November lalu. Ada saatnya kita datang, dan ada saatnya kita harus pergi, demikian sambutan Laksamana Sudomo sesaat setelah menerima penyerahan jabatan itu. Pesannya kepada Widjojo: Sebagai pejuang, tak ada akhir perjalanan. Dalam satu napas, Pangkopkamtib Sudomo mengutip sebuah pepatah asing tua: Old soldier never dies". Dan Willy, demikian nama akrab Jenderal Widjojo, membalas sambutan itu dengan berkata: Saya dapat memperkirakan, akhir tugas saya bersama Kopkamtib ini, dapat saja setiap waktu disusul oleh pernyataan pimpinan, bahwa tugas saya di lingkungan TNI juga berakhir. Dan saya tak pernah akan menyesal apabila terjadi demikian. Ia melanjutkan, Saya beranya pada diri sendiri dan saya tidak merasa malu. Yang langsung - diterjemahkannya dalam bahasa Inggris, I ask myself and I feel no shame." Tak dijelaskan apa yang ia maksudkan. Namun, dalam sambutan perpisahan yang berlangsung singkat itu, Willy Soejono, merasa, sekarang saya dapat lebih mencurahkan perhatian pada keluarga, yang selama ini kurang bisa dilakukan. Ke mana Willy? Sampai sekarang, laki-laki yang berkulit hitam dan berbadan tegap itu, masih menjadi pelindung perkumpulan bela diri karate. Willy adalah orang Indonesia pertama pemegang Dan II karate aliran Kyokushinkai. Ia juga menjadi pengurus perkumpulan tenis dan Perbakin. Jenderal Widjojo asal Tulungagung, menjabat Kas Kopkamtib sejak 27 Desember 1980, setelah menjadi Pangkowilhan II. Jabatan itu diraihnya setelah ia dianggap berhasil memimpin Operasi Sapujagat, satuan tugas untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan dan subversi di wilayah Jakarta, Ja-Bar dan Sum-Sel. Ini bisa menjadi konduite baginya untuk naik atau tidak, demikian Sudomo berkelakar ketika memperkenalkan Pangkowilhan 11 saat itu, sebelum Operasi Sapujagat dilancarkan September 1980. Jabatan teras Kopkamtib itu sudah beberapa kali berpindah tangan. Pertama kali dipegang Jenderal Soemitro pada 1966 sebagai kepala staf harian, sedang panglimanya waktu itu dipegang langsung oleh Jenderal Soeharto yang ketika itu menjabat Men-Hankam/Pangab. Ketika Soemitro naik pangkat menjadi Pangkopkamtib pada 1969, adalah Sudomo yang kemudian tampil sebagai Orang No. 2, menjabat Wa-Pang Kopkamtib (1973-1974). Ketika Soemitro mundur pada awal 1974, sesaat setelah peristiwa 15 Januari, Sudomo tetap menjadi orang No.2 sebagai Kas Kopkamtib, sampai ia resmi diangkat sebagai Pangkopkamtib pada 1978. Sejak Soemitro berhenti sampai dipilihnya Sudomo, adalah Presiden Soeharto sendiri yang menjabat sebagai Pangkopkamtib. Di bawah Pangkopkamtib Sudomo, jabatan Kas Kopkamtib berpindah tangan sampai tiga kali: Jenderal Daryatmo (hanya beberapa bulan, karena kemudian ia dipilih menjadi Ketua DPR/MPR), Jenderal Yoga Sugomo (1978-1980), dan terakhir Willy Soejono. Siapa penggati Willy sampai awal minggu ini belum dikemukakan. Maka, seperti biasa, timbul macam-macam spekulasi. Ketika ditanya, Sudomo hanya menjawab, jabatan itu diserahkan kepada panglima, ya saya terima. Itu diucapkannya selesai melapor kepada Presiden di Bina Graha, Senin kemarin. Ia, yang biasanya suka bicara blak-blakan kali ini mengelak. Ya sudah, kok repot-repot amat, kata Sudomo kepada pers. Barangkali, agar tidak repot, jabatan Kas itu dibiarkan tak terisi, dan dirangkap, untuk sementara, oleh Sudomo sendiri. Setidaknya sampai dengan Maret tahun depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus