Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga memenuhi pedestrian sepanjang Jalan Delanggu-Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, untuk memeriahkan gelaran kirab budaya, Kamis, 28 Juli 2022. Semua elemen masyarakat, baik instansi pendidikan hingga warga dari 18 desa, turut berpartisipasi. Kirab budaya ini diselenggarakan Pemerintah Kecamatan Polanharjo dalam rangka perayaan puncak HUT ke-218 Kabupaten Klaten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dalam rangka memeringati dan memeriahkan HUT ke-218 Kabupaten Klaten, untuk pertama kalinya kami buat kirab budaya. Tiap desa di Kecamatan Polanharjo mengirim perwakilan untuk menampilkan potensi kebudayaan dan kesenian yang dimilikinya,” kata Camat Polanharjo, Joko Handoyo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Joko mengatakan, kegiatan kirab budaya ini sekaligus bertujuan mendorong geliat ekonomi masyarakat setelah dua tahun menghadapi pandemi Covid-19. Tak ayal, sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Kecamatan Polanharjo turut memadati sepanjang jalan kirab. Para warga yang menonton, kata dia, diharapkan dapat melarisi produk-produk UMKM yang tersedia.
“Adanya kirab budaya ini, tentu berdampak positif pada ekonomi masyarakat. Hal ini selaras dengan tema yang diusung, ‘Nyawiji Hanggowo Mukti’. Maknanya, untuk mencapai kebahagiaan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang melandai membuat masyarakat harus tetap bangkit, terutama pada aspek ekonomi,” ujar Joko.
Dalam acara kirab budaya ini, ada sekitar 39 perwakilan peserta kirab dengan masing-masing berjumlah 10-60 orang. Setiap rombongan menampilkan potensi kesenian dan budaya sesuai identitasnya. Ada yang membawa hasil bumi pertanian, peragaan kostum, ada pula yang menampilkan gamelan beserta kesenian reog.
Ketua Umum Panitia HUT ke-218 Kabupaten Klaten, Gunawan Budi Utomo, menjelaskan, titik pemberangkatan kirab dimulai pukul 14.00 WIB dari Lapangan Karanglo dengan rute dari Jalan Delanggu-Polanharjo dan berakhir di Lapangan Polan. Selama perjalanan, tiap rombongan berhenti di dua pos. “Kirab ini dilombakan sehingga harus berhenti di pos 1 dan pos 2 untuk diberi penilaian oleh juri,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, acara kirab yang digelar hingga sore hari itu berlangsung meriah, tertib, dan lancar. Meski demikian, Gunawan mencatat masih ada beberapa hal yang perlu dievaluasi. “Jika dibilang sukses juga belum maksimal karena ada sejumlah komunitas yang tidak mengikuti kirab, namun ini menjadi nilai positif bagi panitia untuk lebih baik lagi di tahun depan,” katanya.
HARIS SETYAWAN