JIKA harimau mati meninggalkan belang, lengsernya Wiranto ternyata mewariskan sejumlah persoalan, setidaknya di jajaran pimpinan TNI yang sejak bulan lalu berkeinginan mengubah susunan personelnya agar sehaluan dengan visi Presiden Abdurrahman Wahid. Buntut pencopotan Jenderal Wiranto sebagai Menko Polkam? Bisa jadi. Sebab, ''Kebanyakan pejabat di Wanjakti (Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi) itu orangnya Wiranto," kata pengamat militer M.T. Arifin.
Perihal terhambatnya proses pergantian itu terungkap ketika Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Letjen Suaidi Marasabessy, menyebut ada 44 perwira TNI yang akan dimutasikan, tapi belum bisa dilaksanakan segera. ''Pihak AD belum memberi kepastian siapa yang definitif," kata jenderal bintang tiga asal Maluku itu kepada wartawan di Kuala Lumpur, Kamis pekan silam.
Pernyataan ini segera saja memicu dugaan bahwa meski sudah dilengserkan, pengaruh Wiranto di TNI belum pudar. ''Mekanisme penataan dikuasai oleh orangnya Wiranto, lewat Kasum," kata M.T. Arifin. Pengamat militer itu tentu saja tidak asal sebut. Seretnya proses tersebut bisa menjadi salah satu bukti.
Berbagai sumber berbeda yang dihubungi TEMPO memang menyebut sedang terjadi persaingan sengit antara pendukung Gus Dur dan pengikut Jenderal Wiranto. Menurut mereka, Kepala Staf TNI-AD Jenderal Tyasno, yang saat ini didukung para perwira reformis, mengajukan perubahan di lima jabatan strategis TNI, yaitu penghapusan posisi Wakil Panglima dan penggantian personel Kepala Staf Umum, Panglima Komando Strategis Angkatan Darat, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, dan Panglima Daerah Militer Jakarta Raya.
Pada awalnya, calon pejabat baru yang diajukan adalah Mayjen Agus Wirahadikusumah sebagai Kepala Staf Umum, Mayor Jenderal Ryamizard Ryacudu pada posisi Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Amirul Isnaeni untuk kedudukan Komandan Jenderal Kopassus, dan Mayor Jenderal Bibit Waluyo sebagai Panglima Komando Militer Jakarta Raya. Paket usulan ini rupanya mendapat tantangan keras dalam rapat-rapat Wanjakti, terutama menyangkut Mayor Jenderal Agus Wirahadikusumah.
Maklum, Pangdam Wirabuana itu secara terbuka pernah menyarankan agar Menteri Koordinator Politik dan Keamanan lengser sesuai dengan saran Presiden Abdurrahman Wahid. Saran terbuka ini membuat Jenderal Wiranto serta para pengikutnya menolak keras naiknya Agus Wirahadikusumah dengan alasan telah melanggar etika perwira. Akibatnya, keluarlah nama Letnan Jenderal Endriarto Sutarto sebagai alternatif kompromi. Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI serta bekas Komandan Pasukan Pengaman Presiden itu dianggap netral dan tidak terlibat dalam perseteruan dua kubu tersebut
Selain itu, upaya menggeser posisi Letnan Jenderal Djaja Suparman sebagai Panglima Kostrad juga dikabarkan mendapat perlawanan Wanjakti. Namun, tekanan untuk mengganti tokoh yang dikenal dekat dengan Wiranto ini rupanya terlalu kuat. Maka, perbincangan pun bergeser pada posisi Djaja Suparman selanjutnya.
Ada beberapa versi yang beredar. Maklum, bekas Panglima Daerah Militer Jawa Timur ini juga membina hubungan dekat dengan Gus Dur. Sehingga, tidak jelas apakah ia akan ''diparkir" atau justru dipromosikan. Sumber TEMPO di Departemen Pertahanan menyebut, mantan Pangdam Jaya itu akan menempati pos Wakil KSAD yang saat ini ditempati Letjen Jhony Lumintang. Namun, sumber berbeda mengatakan ia akan di-''Kodiklat"-kan menjadi Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI.
Lantas, ke mana Letjen Suaidi Marasabessy akan diposisikan? Ada dua versi. Sumber di Dephan menyebut ia dicalonkan menjadi Gubernur Lemhanas. Versi lain mengatakan, ia akan menduduki kursi Sekretaris Jenderal Dephan, menggantikan Letjen Soegiono.
Adapun mengenai posisi strategis TNI lainnya, Kepala Staf Teritorial, kabarnya juga masih jadi bahan perdebatkan di tingkat Wanjakti, diganti atau tidak. Jabatan yang kini disandang Letjen Agus Widjojo itu dianggap masih terlalu pagi untuk dirombak. Apalagi, pengganti Letjen Susilo Bambang Yudhoyono itu, meski dikenal dekat dengan Wiranto, pendapatnya dianggap tidak mewakili kelompok atau kubu tertentu.
Memang, belum ada kepastian siapa akan mengganti siapa. Namun, dari keterangan Kasum, pekan silam, sudah ada gambaran pos mana saja yang akan dirotasi, paling tidak untuk beberapa jabatan. Misalnya, pergantian Mayjen Bibit Waluyo, Panglima Daerah Militer IV/Diponegoro, Brigjen Zainuri Hasyim, Panglima Daerah Militer VI/ Tanjungpura, Brigjen Max Tamaela, Panglima Daerah Militer XVI/Pattimura, dan Mayjen Sang Nyoman Suwisma, Kepala Staf Kostrad. Selain itu, disebut Wakil Kepala Staf Angkatan Udara juga akan diganti karena akan memasuki masa pensiun.
Kabarnya, draft keseluruhan proses penggodokan reshuffle itu kini masih berada di meja Panglima TNI. Setelah disetujui, baru diajukan ke presiden. Di meja terakhir itulah segala analisis dan kemungkinan bisa dijungkirbalikkan Gus Dur, sang Panglima Tertinggi TNI.
Johan Budi S.P. , Arief A. Kuswardono, Wenseslaus Manggut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini