Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pesan Puitis Sultan HB X untuk Slanker di Hari Lahir Pancasila

Berpesan untuk Slank di Hari Lahir Pancasila, Sultan HB X mengatakan Ibu Pertiwi menangis karena anak-anaknya larut dalam debat tak sehat.

2 Juni 2018 | 11.02 WIB

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X  dan Sri Paduka Paku Alam X usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, 10 Oktober 2017. ANTARA FOTO
Perbesar
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam X usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, 10 Oktober 2017. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan pesan tentang Pancasila dan kebangsaan untuk Slanker, pengagum grup band Slank, di Lapangan Pancasila UGM, Jumat, 1 Juni 2018. Berorasi di konser #PancasilaRumahKita pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Sultan menyadur lirik lagu Franky Sahilatua yang berjudul “Untuk Cinta Sesama”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pancasila, kata Sultan, adalah rumah kita. Rumah untuk berbagi gagasan, membangun asa, guna merajut masa depan. “Tapi kini, Rumah Kita lagi diterjang petaka dari manca, paham yang tak kita kenal. Terus digoyang, agar lima tiang utamanya roboh menimpa kita semua,” kata Sultan kepada lebih dari 10 ribu Slanker yang antusias menikmati lagu-lagu Slank hingga waktu berbuka puasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sultan mengatakan tepat 1 Juni 1945, 73 tahun lalu Bung Karno membidani “Lahirnja Pantja Sila”, ketika bangsa ini dalam proses “Menjadi Indonesia”. Pada 18 Agustus 1945, Pancasila menjadi Rumah Kita, sejak dikukuhkan dalam UUD 1945 sebagai Dasar Negara.

Sayang, kata Sultan, kini harmoni kehidupan, bak warna-warninya bunga di tamansari dunia, diinjak-semena demi selfie bagi egoisme diri. Sungguh, awal sebuah kesedihan menuju perpecahan. “Ia menggores jiwa, meretakkan sayap-sayap Garuda Pancasila.” Rakyat bertanya, mengapa bumi nusantara ini terus diusik oleh mereka yang mendua hati. Kenapa Pancasila selalu disulut ancaman radikalisasi dan intoleransi?

“Bukankah kita dambakan harmoni, bukan antipati? Damai, bukannya bertikai? Andaikan sejarah cermin rujukan, bukankah setiap kita, satu hati bagi NKRI?” Sultan bertanya.

Kini, kata Sultan, Ibu Pertiwi tercenung, merana dan menangis seraya berdoa karena anak-anaknya larut dalam debat tak sehat. Terjebak pada greget-saut, bukan suluk Ki Dalang yang menenteramkan hati dan menyejukkan nurani.

“Benar kata Bung Karno, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Dan, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah bangsa.”  Maka, untuk menguatkan pengikat sejarah perjuangan bangsa, Sultan mengajak semua yang hadir malam itu untuk mengangkat satu tangan dengan lima jari. Slanker bersama-sama menirukan ucapan Ngarso Dalem itu.

Sultan juga menasehati Slanker agar tidak salah menggunakan Pancasila. “Pancasila janganlah kau puja layaknya azimat keramat. Tapi jadikanlah ia khidmat yang manfaat.”

Baca: Hari Lahir Pancasila, Cak Imin: Jadikan ...

Seperti membaca puisi, Sultan meminta agar Pancasila tidak disimpan bagai
monumen di keranda mati. Tapi, menggunakannya sebagai momentum menggugah aksi. “Pancasila janganlah kau teriakkan dengan bahasa basa basi. Tapi gemakan suara bak genta revolusi satukan negeri.”

Kepada Slanker, Sultan mengucapkan selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018. “Semoga hari ini menandai awal kebangkitan baru dari Yogya untuk Indonesia,” kata Sultan HB X menutup orasi.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus