Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena perburuan harta karun digital melalui aplikasi Koin Jagat yang kini viral di media sosial TikTok, menjadi salah satu tren yang menarik perhatian masyarakat Indonesia, terutama anak muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan menggunakan aplikasi Jagat, pemain dapat melacak lokasi koin yang tersebar di berbagai tempat umum di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun menawarkan hadiah menarik berupa uang tunai, permainan ini ternyata menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan pada fasilitas umum yang seharusnya dijaga dan dilestarikan untuk kepentingan publik.
Perburuan koin ini melibatkan banyak orang yang datang berbondong-bondong ke taman kota, alun-alun, dan tempat umum lainnya untuk mencari koin yang dapat ditukar dengan hadiah uang.
Misalnya, di Jakarta, kawasan Gelora Bung Karno (GBK) menjadi salah satu lokasi yang ramai dengan peserta berburu koin. Di Bandung, taman-taman kota seperti Taman Tegalega juga menjadi tempat favorit untuk berburu koin.
Sayangnya, kegiatan ini menimbulkan kerusakan serius pada fasilitas publik. Di beberapa tempat, lantai taman yang dihias dengan keramik dicungkil, tanaman-tanaman diinjak, bahkan tanah di taman digali oleh peserta untuk mencari koin yang terkubur.
Fenomena ini bukan hanya menimbulkan kerugian fisik pada fasilitas publik, tetapi juga merusak keindahan dan kenyamanan ruang publik yang seharusnya dinikmati oleh semua orang. Kerusakan yang terjadi membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk diperbaiki, mengingat taman-taman kota tersebut telah dirawat dan dipelihara dengan susah payah.
Tanggapan Pj Gubernur Jakarta
Pj Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, menanggapi masalah ini dengan serius. Ia mengungkapkan bahwa Pemprov Jakarta telah berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk menjaga fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos-fasum) yang berpotensi dijadikan lokasi berburu koin.
"Satpol PP sudah menjaga fasos-fasum yang kemungkinan akan dijadikan lokasi berburu koin. Kami juga meminta Wali Kota beserta jajaran untuk memastikan hal yang sama dilakukan di seluruh area publik," ujar Teguh pada Senin, 13 Januari 2025, dikutip dari Antara.
Teguh juga mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan menjaga fasilitas umum agar tidak rusak hanya karena tren perburuan koin ini. Ia menekankan pentingnya menjaga ruang publik sebagai hak bersama, yang harus dipelihara demi kenyamanan semua pihak.
"Ayo jaga fasos-fasum kita. Jangan sampai tegel-tegel keramik dicungkil untuk mencari sesuatu yang tidak pasti," kata dia.
Tanggapan Pj Wali Kota Bandung
Tanggapan serupa datang dari Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara. Ia menilai bahwa aplikasi Koin Jagat telah menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum di beberapa taman kota di Bandung.
"Kalau memang merusak fasilitas umum, ya harus dihentikan. Silakan berkreasi membuat aplikasi, tapi jangan sampai merusak fasilitas publik. Kalau taman dirusak, susah memperbaikinya," ujar Koswara pada Ahad, 12 Januari 2025.
Koswara juga menyoroti kenyataan bahwa pengembang aplikasi Jagat tidak meminta izin kepada Pemkot Bandung sebelum melaksanakan aktivitas berburu koin tersebut.
"Kami tidak pernah menerima permohonan izin. Jadi, nanti akan ditindaklanjuti oleh Kadiskominfo. Kalau memang tidak boleh, ya akan dilarang," ujarnya.
Untuk mengatasi kerusakan yang sudah terjadi, Koswara menyarankan agar kegiatan berburu koin diarahkan ke lokasi yang lebih sesuai dan tidak merusak fasilitas publik, seperti lapangan terbuka atau tempat tertutup lainnya.
"Kalau ingin membuat aplikasi berbasis poin, sebaiknya dikaitkan dengan kegiatan positif, seperti membersihkan sampah atau menabung botol plastik di bank sampah. Itu lebih mendidik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat," kata Koswara.
Kerugian yang Dirasakan dan Upaya Perbaikan
Kerusakan fasilitas publik di Bandung, khususnya di taman-taman kota seperti Taman Tegalega, Taman Sukajadi, dan Taman Balai Kota, telah menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Kepala Bidang Pertamanan dan Dekorasi Kota DPKP Bandung, Yuli Eka Dianti, melaporkan bahwa tanaman di taman diinjak-injak dan lantai taman yang terbuat dari keramik diangkat. DPKP Bandung pun telah berupaya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, meskipun prosesnya tidak mudah dan memerlukan waktu serta anggaran yang cukup besar.
"Padahal kami sudah susah payah merawat taman-taman ini," kata Yuli.
Pengembang aplikasi Jagat akhirnya merespons keluhan ini dengan berjanji akan mengimbau para pengguna untuk tidak merusak fasilitas publik saat berburu koin. Meskipun pengembang mulai merespons, Pemkot Bandung berencana untuk menindaklanjuti masalah ini dengan lebih serius untuk mencegah kerusakan yang lebih parah di masa depan.