Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kepolisian Daerah Papua menetapkan 13 orang sebagai tersangka kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Papua. Dari 13 tersangka tersebut, 10 orang telah ditahan, sedangkan sisanya masih dalam pengejaran aparat kepolisian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, mengatakan 10 tersangka yang ditahan adalah pelaku kerusuhan di lapangan. Adapun tiga orang yang saat ini masih dalam pengejaran kepolisian adalah provokator kerusuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ketiganya dikategorikan sebagai provokator dan diduga terlibat dalam organisasi KNPB (Komisi Nasional Papua Barat) dan ULMWP (United Liberation Movement for West Papua)," ujar Mustofa, kemarin.
Berdasarkan catatan kepolisian, dari 10 tersangka yang telah ditahan, dua di antaranya masih berusia 16 tahun, yaitu AU dan RA. Adapun delapan tersangka lain berusia 18 tahun ke atas. Mereka adalah RW (18), DM (19), AK (19), YP (22), ES (27), NT (27), DC (32), dan SK (40).
Para tersangka dijerat dengan Pasal 160, 170, dan 187 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Pasal 160 KUHP adalah pasal tentang tindak pidana penghasutan, pasal 170 tentang tindak pidana kekerasan terhadap orang lain secara bersama-sama. Adapun pasal 187 adalah pasal tentang pidana tindak kejahatan yang membahayakan keamanan umum.
Juru bicara KNPB, Vic Yeimo, membantah kelompoknya terlibat dalam kerusuhan di Wamena. "Kami sama sekali tidak terlibat dalam kerusuhan di Wamena," ujar Vic saat dihubungi Tempo, kemarin.
Menurut Vic Yeimo, 13 orang yang ditetapkan sebagai tersangka pelaku kerusuhan di Wamena bukan anggota kelompoknya. "Tidak benar para tersangka itu anggota KNPB," ucap dia. Selain membantah terlibat dalam kerusuhan di Wamena, Vic Yeimo membantah keterlibatan KNPB dalam sejumlah kerusuhan lain di Papua dan Papua Barat.
Kerusuhan pecah di Wamena pada 23 September lalu. Sekelompok orang tiba-tiba menyerang warga serta membakar rumah warga hingga gedung pemerintah. Peristiwa ini menyebabkan 33 orang meninggal dan puluhan orang lainnya terluka. Ribuan orang lainnya mengungsi ke Jayawijaya, Sentani, hingga memilih meninggalkan Papua.
Pemerintah menyatakan kerusuhan di Wamena bukanlah konflik antar-kelompok etnis. Para pelaku kerusuhan juga bukan warga biasa, melainkan kelompok bersenjata yang turun dari gunung dan menyamar sebagai warga setempat sehingga seolah-olah kerusuhan itu adalah konflik antar-kelompok etnis. Apalagi pada saat kerusuhan beredar kabar bohong tentang guru sekolah menengah di Wamena yang melontarkan ujaran rasial kepada siswanya.
Kemarin, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto berkunjung ke Wamena untuk berdialog dengan warga dan pengungsi. Wiranto datang bersama Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menteri BUMN Rini Soemarno, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, dan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak seluruh masyarakat Papua dan Papua Barat memulihkan kedamaian di bumi Papua. "Sebagai hamba Tuhan, kita kubur kebencian itu. Kita bangun kembali persaudaraan itu. Kita kumpul di sini untuk mengajak. Mari kita merajut kebersamaan, persaudaraan kita, membangun kerukunan," ujar dia.Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Paulus Waterpaw, mengatakan kondisi keamanan di Wamena sudah berangsur-angsur pulih. Situasi kondusif itu dipastikan Paulus setelah ia berkeliling meninjau langsung kondisi masyarakat. Ia mengunjungi beberapa sekolah, tempat pengungsian, dan pasar di Ilagma, Wamena.
"Sekolah sudah beberapa yang melayani namun belum maksimal muridnya," kata Paulus.
Kondisi perekonomian juga sudah kembali berjalan normal. "Di pasar para pedagang sudah mulai menjajakan dagangannya," ujar dia.
Adapun Kepala Bagian Penerangan Umum Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Komisaris Besar Asep Adi Saputra, mengatakan ribuan personel gabungan kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia telah bersiaga menjaga keamanan di Papua. "Ada 6.000 personel yang bertugas mengamankan di sana," ujar dia.
ANDITA RAHMA | ANTARA | AGUNG SEDAYU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo