Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lumajang - Aktivitas kegempaan yang secara umum masih tinggi membayangi pembukaan kembali pendakian Gunung Semeru. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru (PGA) merekam gempa letusan dan embusan. "Gempa tremor harmonik sejak awal Februari 2018 terekam dengan jumlah yang fluktuatif," kata pengamat Pos PGA Semeru, Liswanto, dalam rapat koordinasi pembukaan pendakian Semeru itu, Kamis, 29 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembentukan sumbat lava pada kawah Jonggring Seloka juga berpotensi menghasilkan aliran lava dan atau aliran piroklastik yang dapat meningkatkan risiko bencana letusan Gunung Semeru. Dalam rapat itu, Liswanto menunjukkan data pertumbuhan kubah lava Semeru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Jalur Pendakian Semeru Dibuka, Waspadai...
Gunung Semeru Dibuka, Pendakian Hanya Boleh...
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dari sisi tenggara dengan menggunakan metode bangun kerucut, terpancang dengan panjang lidah lava 1.900 meter dan dengan volume 13,85 juta meter kubik.
Dengan aktivitas kegempaan Semeru yang masih tinggi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan pendakian hanya boleh sampai Kalimati atau satu kilometer sebelum puncak Semeru.
Rekomendasi disampaikan sehubungan dengan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) yang membuka kembali jalur pendakian Gunung Semeru pada Rabu, 4 April 2018.
Baca juga:
Pendakian Gunung Semeru Dibuka Awal April
Mulai 1 Januari 2018, Jalur Pendakian Semeru ...
Rekomendasi itu juga disampaikan lantaran potensi besar jatuhan piroklastik di puncak Mahameru, yang bisa membahayakan keselamatan pendaki yang mengabaikan batas pendakian. Jatuhan piroklastik itu bisa berupa bom vulkanik dengan ukuran material 63,3 milimeter, lapili, dan abu.
Jatuhan piroklastik membahayakan keselamatan pendaki yang mendekat ke kawah Jonggring Seloka. "Orang tak akan bisa lari menghindar dari jatuhan piroklastik itu."