KETIKA Nuraimi berkunjung ke kantor Perkreditan Rakyat (BPR) Sumber Nilaiarta, ia merasa terkejut. Ia berkunjung karena mendengar dari temannya bahwa bank ini dikelola oleh orang NU. Ternyata, di antara 15 karyawannya terdapat orang-orang Cina. Di samping itu, ibu berusia 50 tahun ini melihat tidak satu pun di antara karyawan bank itu yang berpeci atau yang berjilbab. Semuanya persis seperti yang terlihat pada bank biasa. Tidak ada yang memberikan ciri bahwa BPR di Krian, Jawa Timur, ini adalah milik NU Hanya seberkas tulisan kecil yang bertulisan Nahdlatul Ulama dengan lambangnya terletak di pintu masuk bagian dalam. Senin pagi pekan ini, Nuraimi, istri pedagang sepatu di Mojokerto, tengah berkumpul dengan 19 nasabah lainnya yang berasal dari daerah Krian, Sidoarjo, dan Mojokerto -- ingin minta kredit. "Sebagian besal dari mereka adalah pengambil kredit harian dan bulanan," kata seorang staf wanita BPR Sumber Nilaiarta. Bank ini ternyata memiliki perkembangan yang baik. Sejak diresmikan pada 25 Februari yang lalu bank ini telah berhasil menjaring 3.000 orang nasabah, yang sebagian adalah pengambil kredit usaha harian: mulai dari Rp 100 ribu sampai kredit usaha bulanan Rp 500 ribu. Dengan bunga kredit 2,25% per bulan memang banyak pedagang atau petani kecil merasa terbantu. Misalnya, Nyonya Suti-lah, 35 tahun, pedagang kecil di pasar Mojokerto. Ia mula-mula hanya berani meminta kredit Rp 100 ribu dengan masa pengembalian 55 hari. Setiap harinya ia harus menyetor Rp 2.250 ke BPR ini. Tapi karena ingin meningkatkan usaha dagang daging ayam, ia bersama suaminya berani meminta kredit Rp 500 ribu. Berbeda dengan Nyonya Sutilah, Nyonya Nuraimi mengajukan KMKP sebesar Rp 5 juta, dengan agunan sertifikat tanahnya. Uang itu akan digunakannya untuk tambahan modal usaha sepatu milik suaminya. Dan harap dicatat. Meskipun bank ini patungan bersama NU, tidak memberikan keringanan bunga untuk pengambilan kredit bagi anggota NU. "Kami cuma memberikan layanan lebih cepat bagi warga NU yang akan mengambil kredit untuk membangun sekolah," kata Sundoro Sasongko, Presiden Direktur BPR. Jadi, BPR ini, menurut Sundoro, tidak ada bedanya dengan BPR lainnya. la tetap mengeruk keuntungan. Dan dengan suntikan dana dari Bank Exim, BPR ini sanggup melayani kredit usaha kecil (KUK) sebesar Rp 25 juta sampai Rp 200 juta, dengan suku bunga 17% per tahun. Sementara itu, di Kecamatan Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur, sejak 18 Mei yang lalu sudah berdiri pula BPR Artha Amanah, usaha patungan antara NU, Sugiartun, dan Abdul Fatah. Pada mulanya kedua orang ini bersama teman-temannya pengusaha real estate ingin mendirikan BPR. Tetapi karena permohonan izin terlalu lama, di samping itu ada ajakan dari NU untuk mendirikan maka berdirilah BPR Artha Amanah. Ketika pertama kali dibuka, BPR ini berhasil menyedot dana secara spontanitas dari pengunjung sebesar Rp 65 juta. Jum- lah itu terdiri dari tabungan deposito dan tabungan biasa. Dalam kurun waktu dua minggu, BPR ini telah berhasil menyedot dana sebesar Rp 150 juta. Sedangkan dana yang tersalur pada rentangan waktu yang sama sebesar Rp 132 juta. Hal ini menunjukkan bahwa bank mendapat sambutan luas dan masyarakat. Karyawan BPR yang berjumlah empat orang itu ternyata kewalahan melayani para nasabahnya. Sambutan ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh NU dengan tokohnya Ab- durrahman Wahid. Ini diakui Sugiartun. Julizar Kasiri, Jalil Hakim, Zed Abidien
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini