TERNYATA, lebih banyak orang Israel yang mati di Jalan raya, ketimbang mati di medan perang atau menjadi korban gerilyawan. Ini memang aneh. Menurut data yang ada, sejak negara Yahudi itu berdiri tahun 1948, tercatat 15.000 orang Israel mati konyol di jalan raya, sementara 14.000 jiwa melayang di medan perang atau jatuh sebagai korban pengeboman. Cara utama untuk mengurangi korban ialah dengan mengontrol para sopir yang mengemudikan kendaraannya seperti tank di medan perang itu. Pemerintah juga mempersiapkan suatu kebijaksanaan yang mengharuskan pemasangan AC bagi semua kendaraan. Ini dimaksudkan untuk mendinginkan kepala pengemudi. Tapi banyak pengamat meragukan langkah itu. Menurut mereka, satu-satunya jalan untuk menekan korban lalu lintas adalah memperbaiki kondisi jalanan yang bobrok, mengajari para sopir supaya lebih sopan, mengurangi pajak suku cadang sehingga tak banyak kendaraan rusak yang lalu lalang. "Masa, anggaran untuk perbaikan jalan hanya US$ 15 per kapita, sementara anggaran untuk perang sebesar US$ 1.000 per kapita/tahun," kata seorang peneliti keamanan lalu lintas, Moshe Becker. "Kalau nggak ada menteri yang mengalami kecelakaan, jalanan tetap saja dibiarkan bobrok." Tapi seorang menteri sempat jadi korban. Ketika kunjungan bersejarah mendiang Presiden Mesir Anwar Sadat ke Israel 1977, Menteri Pertahanan Israel -- waktu itu -- Ezer Weizman terpaksa menyambutnya dengan langkah terseok-seok, karena baru saja mengalami kecelakaan di jalan raya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini