DI sepanjang punggung perbukitan yang membujur dari Teluk
Sampolawa di selatan sampai di Teluk Lawele di Pulau Buton
(Sulawesi Tenggara) diperkirakan tersimpan sekitar 28 juta ton
aspal alam. Di sekitarnya masih ada lagi sekitar 20 juta ton.
Begitu pula di kawasan lain, seperti Winto dan Wariti.
Penambangan aspal alam yang dilakukan PAN (Perusahaan Aspal
Negara) di pulau itu sangat sederhana. Tanah setebal 1-2 meter
dikelupas dengan buldozer, lalu muncul batu-batuan coklat
kehitaman. Beberapa pekerja menggalinya sampai kedalaman 1,5
meter dengan bor khusus. "Sebab dengan bor biasa sering patah,"
cerita seorang pekerja.
Di lubang yang telah dibuat oleh mata bor, kemudian dimasukkan
batangan dinamit. Bongkahan aspal yang berantakan karena ledakan
dinamit segera dibuldoer lagi hingga menjadi bongkah lebih
kecil. Lalu diayak, hingga menghasilkan butir-butir aspal alam
12 mm. Sampai di sini beberapa truk siap mengangkutnya ke
pelabuhan.
Aspal Buton juga disebut butas (Buton asphalt) atau asbuton
(aspal batu Buton). Jenis ini berbeda dengan aspal murni yang
dibikin dari residu minyak, produksi Pertamina atau hasil impor.
Asbuton mengandung pasir dan batu dengan kadar aspal murni
antara 17-40%. "Kadar itu lebih tinggi dari kadar aspal alam
Prancis yang hanya 7-8%," kata Ir. Abdul Madjid Sarah, Dirut PAN
kepada Surasono dari TEMPO yang pekan lalu mengunjungi pulau
aspal itu.
Dan harganya jauh lebih murah. Harga asbuton (halus) di Jakarta
misalnya Rp 34. 940/ton, berbanding dengan Rp 180.000/ton harga
aspal minyak.
Harga asbuton sekian itu sebenarnya sudah terhitung amat mahal.
Sebab di Buton sendiri harga asbuton (halus) hanya Rp
11.440/ton. Tapi ongkos angkutnya sampai di Jakarta ternyata
lebih mahal. vaitu Rp 23.500/ton.
Februari 1980, Dirjen Bina Marga Ir. Suryatin menginstruksikan
kepalakepala PN agar menggunakan asbuton dalam pembangunan
jalan-jalan di Lampung, Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan dan Tenggara sampai Indonesia bagian timur. Ia tidak
mewajibkan hal itu untuk kawasan di luar daerah-daerah yang
disebut, "sebab ongkos angkutnya sangat mahal."
Untuk 1983-84 nanti, PAN menargetkan produksi asbuton sebanyak
500. 000 ton. Selama ini sekitar 90% produksi PAN disetor kepada
Ditjen Bina Marga. Selebihnya dipesan pemda-pemda.
Tapi di Buton sendiri ternyata 60% dari 400 km jalan yang ada di
pulau itu belum dijamah aspal. Yang sudah tampak licin diaspal
antara lain dari Bau-bau (ibukota kabupaten) ke pelabuhan
Banabungi di Teluk Pasarwajo sepanjang 54 km. "Tanpa bantuan
PAN, tak mungkin bisa membikin jalan sepanjang itu," kata Bupati
Buton Kol. H. Zaenal Arifin Sugianto.
Itu saja yang baru bisa dinikmati oleh 435. 000 jiwa penduduk
Buton. Mereka hanya mendiami 4% dari luas pulau yang 5.700 km
persegi sebab sebagian besar kawasan Buton memang berupa bukit
kapur atau jurang -- sebagian lagi tertutup hutan lebat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini