Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Putar Balik Fraksi Beringin

Setya Novanto menyingkirkan orang dekat Ade Komarudin dari jabatan strategis di Dewan Perwakilan Rakyat. Bakal ada perlawanan balik.

11 Januari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan Setya Novanto soal perombakan Fraksi Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat bertolak belakang dengan langkah politiknya. Ia mengatakan belum akan mengubah susunan fraksi setelah ditunjuk memimpin fraksi tersebut. "Biar semua berjalan seperti biasa," kata dia, Rabu pekan lalu.

Faktanya, dua hari sebelumnya, Setya bersurat ke pimpinan Dewan. Isinya, mengatasnamakan ketua fraksi, ia menggeser Bambang Soesatyo dan Ahmadi Noor Supit, yang acap diidentikkan sebagai "orang Ade Komarudin", ketua fraksi sebelumnya. Posisi bendahara fraksi tetap dipegang Robert Joppy Kardinal, kawan dekat Setya. "Kami mengharapkan pengukuhan melalui surat keputusan DPR," tulis Setya, yang juga memimpin fraksi pada periode 2009-2014, dalam suratnya.

Politikus Golkar Aziz Syamsudin membenarkan adanya perombakan kepengurusan fraksi yang kembali dipimpin Setya. Aziz diplot sebagai sekretaris menggantikan Bambang Soesatyo. Ahmadi Noor Supit digantikan Kahar Muzakir. Menurut Aziz, keputusan ini diambil pada Senin pekan lalu saat Rapat Koordinasi Nasional Golkar di Denpasar.

Perombakan fraksi di bawah kendali Setya ini kembali memanaskan dinamika internal partai berlambang beringin itu. Selain digoyang oleh kubu Agung Laksono yang juga mengajukan nama calon Ketua DPR, kini internal kubu Aburizal Bakrie pun bergejolak. Aziz menyatakan perubahan ini bukan upaya menyingkirkan orang-orang Ade. "Ini rotasi biasa," kata Aziz.

Bambang mengetahui kebenaran desas-desus ini dari seorang pemimpin Partai Golkar ketika sedang berlibur akhir tahun di Los Angeles, Amerika Serikat. Mereka bertemu makan siang di Beverly Hills. "Dia menyinggung sekilas," kata Bambang. Ade menolak berkomentar tentang perubahan ini. "Nanti saja," katanya.

Gejolak di Golkar ini bermula tatkala Setya mengundurkan diri sebagai Ketua DPR akibat tersandung kasus "Papa Minta Saham". Setya dituding mencatut nama Presiden Joko Widodo dalam upaya perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia. Pada 16 Desember lalu, Setya memilih mundur sebelum dijatuhi sanksi oleh Mahkamah Kehormatan Dewan.

Sehari setelah itu, Aburizal mengumpulkan pengurus teras Golkar di ruang kerjanya lantai 46 Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta. Ahmadi Noor Supit, yang hadir dalam pertemuan itu, mengatakan bahwa agenda malam itu sebenarnya hanya membahas pengganti Setya. Meski nama Titiek Soeharto, Fadel Muhammad, hingga Rambe Kamarulzaman sempat mencuat, Aburizal lebih memilih Ade. Rupanya, Aburizal menyelipkan satu keputusan penting: menunjuk Setya Novanto menjadi ketua fraksi. "Kami sudah putuskan Ade. Mudah-mudahan diterima oleh fraksi lain sebagai Ketua DPR," tutur Aburizal ketika itu. Meskipun hal itu mengejutkan, menurut Supit, peserta rapat tak sempat mendebat keputusan sang bos.

Lukir posisi ini memanaskan kembali rivalitas Setya dan Ade. Ketidakcocokan keduanya sudah lumrah terdengar di kalangan internal partai tersebut. Meskipun pernah berduet sebagai ketua dan sekretaris fraksi DPR 2009-2014, hubungan mereka tak akur-akur amat. Mereka pernah berebut kursi calon Ketua DPR pada Oktober 2014. Ketika itu Aburizal lebih memilih Setya karena aktif menggalang kekuatan di Koalisi Merah Putih. Ade pun naik jabatan menjadi ketua fraksi.

Ade sedikit lebih senior di parlemen dibanding Setya. Dia menjadi anggota parlemen sejak 1997, sedangkan Setya baru terpilih dua tahun kemudian. Politikus kelahiran Purwakarta, Jawa Barat, ini juga menduduki jabatan strategis lain, Ketua Umum Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia, salah satu organisasi pendiri Golkar. Saat menjadi pemimpin fraksi, Ade menempatkan orang dekatnya di posisi kunci. Misalnya, Bambang Soesatyo dia tunjuk menjadi sekretaris.

Ade tetap memberikan beberapa posisi penting kepada orang dekat Setya. Komposisi ini berubah ketika Setya kembali memimpin fraksi, setelah mundur dari Ketua Dewan atas desakan masyarakat akibat terungkapnya skandal "Papa Minta Saham". Sejumlah politikus Golkar menuturkan, Setya mengajak sejumlah nama di antaranya Aziz Syamsudin dan Kahar Muzakir mengotak-atik susunan fraksi. Supit mengatakan kubu Setya memang tak langsung mengganti seluruh pimpinan alat kelengkapan. "Tetapi mengunci jabatan strategis dan menguntungkan seperti Ketua Badan Anggaran," kata dia.

Supit menilai pencopotannya karena ia pernah menolak ajakan Setya. Beberapa bulan lalu Setya meminta dukungan untuk menjadi calon Ketua Umum Golkar. Permintaan ini ditampik Supit, yang menilai koleganya itu tak pantas memimpin Golkar. "Pemimpin mesti memiliki citra baik agar tak mudah digoyang," kata Supit. Dia menduga inilah penyebab Setya mencopotnya dari kursi pemimpin Badan Anggaran.

Pengganti Supit, Kahar Muzakir, bukan nama baru bagi Setya Novanto. Keduanya pernah terseret kasus penyusunan anggaran Pekan Olahraga Nasional Riau XVIII 2012. Kahar dituding menerima duit dalam penambahan anggaran acara olah raga ini. Kedekatan Kahar dengan Setya juga terekam pada saat penyusunan alat kelengkapan Dewan pada Oktober 2014. Setya meminta Kahar duduk di Komisi X, yang membidangi masalah olahraga, pendidikan, dan kebudayaan. Kahar ditempatkan di Komisi Olahraga karena paham seluk-beluk penganggaran.

Ade, yang baru ditunjuk sebagai ketua fraksi, memindahkan Kahar ke Komisi II, yang membidangi masalah pemerintahan. Setya mengakui ada konflik mengenai penempatan Kahar. Penempatan seseorang di alat kelengkapan, kata Setya, seharusnya dibicarakan dengan pengurus pusat partai. Adapun Kahar hanya berujar singkat, "Itu urusan orang atas."

Saat sidang kasus "Papa Minta Saham" di Mahkamah Kehormatan Dewan, Kahar jugalah yang getol membela Setya. Dia selalu melaporkan perkembangan sidang kepada koleganya tersebut. Setya bahkan sempat di atas angin ketika Mahkamah bersedia memeriksa Setya secara tertutup. Meskipun direkomendasikan bersalah secara etik, Mahkamah memilih tak memberikan sanksi karena Setya keburu mengundurkan diri.

Perombakan fraksi ini memunculkan perlawanan dari kubu Ade. Sebelum disahkan pimpinan DPR, kata Bambang Soesatyo, ketua fraksi tetap dijabat Ade. Bambang menilai langkah Setya tak elok di mata publik. "Tampak betul kurang sabar," kata Bambang. Supit memprediksi bakal ada resistansi anggota karena penunjukan Setya berpengaruh pada citra partai. "Nanti kami bilang ke ketua umum," kata Supit.

Wayan Agus Purnomo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus