PEMILU belum lagi dimulai, tapi siapa calon Presiden RI periode mendatang telah santer terdengar. Suara-suara itu datang dari berbagai daerah, dan dari pelbagai organisasi. Isinya: Mencalonkan kembali Jenderal Soeharto menjadi Presiden RI untuk masa jabatan 1988-1993. Pernyataan mencalonkan kembali Jenderal (pur) Soeharto, itu, misalnya, dikeluarkan oleh PB PGRI, akhir Juli lalu Organisasi beranggotakan 1,2 juta guru itu, dalam Konperensi Pusat yang berlangsung tiga hari di Gedung PHI, Jakarta, menilai Pak Harto telah berhasil membuktikan kepemimpinannya. Dan, menjelang lepas landas pembangunan diperlukan kesinambungan program dan kepemimpinan. Untuk itu, "Bagi kami, tak ada alternatif lain kecuali memilih kembali Pak Harto," ujar H. Basyuni Suriamiharja, Ketua Umum PB PGRI. Sebelumnya, 27 Dewan Pimpinan Wilayah PPP juga mengeluarkan pernyataan kebulatan tekad. Pernyataan itu dibacakan di hadapan Ketua Umum DPP PPP, H.J. Naro, 24 Juli lalu, pada malam penutupan Santiaji Pemilu bagi DPW PPP seluruh Indonesia. Dalam pernyataan itu, DPW mengamanatkan agar Pimpinan Pusat PPP menugasi semua anggota MPR dari PPP kelak, "memperjuangkan untuk mencalonkan dan memilih Bapak Jenderal TNI Purnawirawan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Umum MPR 1988 ... " Tapi mengapa Pak Harto ? "Yang paling menonjol pada beliau, setiap langkahnya selalu berdasarkan konstitusi," kata Ketua DPW PPP DKI Jaya, Djufrie A.S. "Stabilitas terjaga, dan kita tidak bisa menutup mata bahwa pembangunan ini cukup berhasil di bawah kepemimpinan beliau." Para dalang yang tergabung dalam Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia) juga mengeluarkan kebulatan tekad yang sama. "Kami mencalonkan kembali Pak Harto setelah melalui rembukan yang serius," ujar dalang terkemuka Ki Anom Suroto. Adakah pihak tertentu yang mendorong-dorong? "Kami tidak ikut-ikutan. Ini kehendak hati kami, hasil yang murni," tambahnya. Kebulatan tekad memilih kembali Pak Harto itu dirumuskan oleh tim yang diketuai Anom. Karena itu, ia sendiri yang membacakannya di hadapan, antara lain, MenteriKehutanan Soedjarwo, di gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, pekan lalu. Para dalang menilai, "Pemerintahan yang dipimpin Pak Harto selama ini telah memberi pembinaan, dan kehidupan yang sehat, cocok dengan rasa dan pikiran para dalang," kata Anom. Para dalang bangga karena dirangkul pemerintah. "Kami merasa dihargai, dan dibutuhkan dalam pembangunan ini," ujar Anom. Buktinya: Melalui wayang, para dalang dijadikan juru penerang pembangunan. "Kami memang efektif untuk menyampaikan pesan pembangunan. Dan, karena itu, kami merasa telah diuwongke (diorangkan) oleh pemerintah." Dengan mencalonkan Pak Harto sebagai presiden kembali, "Kami hanya berharap tetap dapat mendalang dengan baik dan tenteram." Adalah PDI, agaknya, yang tergolong pertama menyampaikan dukungan, memilih kembali Pak Harto sebagai presiden untuk masa jabatan berikutnya. Dukungan itu disampaikan DPP PDI pada 19 Mei lalu, ketika Ketua Umum DPP PDI Soerjadi memperkenalkan para pengurus baru PDI kepada Presiden Soeharto. Alasannya? "Pak Harto berhasil memimpin negara," kata Soerjadi. "Kami menilai, beliaulah yang paling tepat untuk memimpin negara selanjutnya." Tapi, mengapa calon tunggal ? "Kami tak punya calon lain," katanya pendek. Dari berbagai pernyataan, agaknya, Jenderal (pur) Soeharto kembali akan muncul sebagai calon tunggal. Kecuali itu, ada semacam keinginan untuk saling mendahului, mengeluarkan pernyataan mendukung kembali Pak Harto menjadi presiden kembali. "Saya memang khawatir ketinggalan dengan lainnya," seperti kata Attabik Ali, Ketua DPW DIY. Putra Kiai Ali Ma'sum, bekas Rais Am NU, dan pimpinan pesantren Krapyak, Yogya, ini mengeluarkan dukungan pada Pak Harto -- tanpa melalui rapat DPW PPP. "Tidak perlu semuanya dirapatkan," kata Attabik Ali. Karena itu, sebagian pengurus DPW DIY menilainya, "Seperti mau ambil muka." Memang, Attabik Ali mengeluarkan pernyataan itu, pada 22 Juli, dua hari mendahului pernyataan 27 DPW yang disampaikan kepada Naro. Sidang Umum MPR dengan acara memilih presiden akan berlangsung Maret 1988. Masih lama, memang. Bahkan, anggota MPR hasil pemilu baru akan diambil sumpahnya 1 Oktober 1987. Suasana pencalonan kembali Pak Harto menjadi presiden ini, sesungguhnya, persis sama dengan keadaan pada beberapa pemilu yang lalu. Soeharto, seperti diketahui, lahir di Dukuh Kemusuk, Kelurahan Argomulyo, Yogya, 8 Juni 1921. Ia menjadi Presiden RI sejak 1968. Pencalonan kembali yang kini banyak disuarakan itu adalah untuk kelima kalinya ia menjadi Presiden RI. Artinya, kalau terpilih kembali, Soeharto akan menjadi kepala negara selama 25 tahun (1968-1993). Adapun Soekarno, Presiden RI pertama, menjadi kepala negara selama 23 tahun. Yang belum muncul ke permukaan ialah siapakah calon wakil presiden. Dalam berbagai pernyataan itu, tak satu pun yang menyebut-nyebut ihwal wapres. Pernah, di masa Pemilu 1977, orang ramai mencalonkan kembali Sri Sultan Hamengkubuwono IX, menjadi wapres lagi, sebagai pendamping Pak Harto. Tapi, dengan alasan kesehatan, Sultan kemudian menolak pencalonan itu. Pada Pemilu 1982, meski toh terdengar suara yang mencalonkan kembali Almarhum Adam Malik sebagai wapres, toh Umar Wirahadikusumah, yang menjadi wapres keempat. Tapi, hingga kini, Golkar sendiri belum mengeluarkan suara resmi. "Kami baru membuat statemen politik mengenai pemilu dan Sidang Umum MPR, pada Rapat Pimpinan Golkar bulan Oktober nanti," kata Sarwono Kusumaatmadja, Sekjen Golkar. Pak Harto sendiri ketika menerima para pengurus baru DPP PDI, "menjawab dengan rendah hati," seperti diceritakan Soerjadi. "Yang menentukan nanti hanyalah MPR. Jadi, terserah MPR. Sebagai pejuang, kami kan tunduk pada putusan rakyat," kata Pak Harto, seperti ditirukan Soerjadi. Saur Hutabarat Laporan Musthafa Helmy (Jakarta) & Kastoyo Ramelan (Solo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini