Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Risiko Punya Palapa

Sistem telekomunikasi di Indonesia disamping SKSD Palapa, juga sistem terestrial & High Frequensi(HF) dengan adanya kelemahan sistem SKSD Palapa, Perumtel meneruskan membangun terestrial sebagai cadangan.(nas)

7 September 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SKSD Palapa ternyata bukanlah merupakan sistem telekomunikasi Indonesia yang terbesar. Dengan kapasitas 1.200 saluran, SKSD Palapa masih jauh di bawah sistem terestrial (menggunakan selubung mikro), yang memiliki 8.560 saluran. Tapi, ia masih jauh lebih besar ketimbang sistem high frequency (HF - semacam radio CB), yang tak sampai 300 saluran. Ketiga sistem telekomunikasi di atas merupakan tulang punggung Perumtel dalam melaksanakan tugasnya. Hanya saja, SKSD Palapa tampaknya jauh lebih dikenal masyarakat daripada dua sistem yang lain. Mungkin karena jangkauannya lebih luas. Kelemahan dari sistem terestrial dibanding SKSD Palapa terutama karena sistem terestrial memerlukan stasiun pancar ulang setiap 60 km. Akibatnya, untuk membangun jaringan yang dapat meliput Indonesia dibutuhkan waktu yang lama. Biayanya pun besar. Maklum, jarak Sabang sampai Merauke saja lebih dari 5.000 km dan Indonesia terdiri dari 13 ribu pulau lebih. Toh sistem terestrial ini lebih baik daripada sistem HF, yang sangat bergantung pada waktu serta keadaan cuaca. Apalagi sistem ini tak mampu menyalurkan siarafl TV. Humas Postel, Syamsudiri Tanuatmadja, mengibaratkan saluran HF seperti gang kecil yang becek kalau hujan, dan mengibaratkan sistem SKSD Palapa seperti jalan bebas hambatan. Kehebatan sistem satelit memang dari cakupannya yang meliputi seluruh wilayah Indonesia dan sebagian negara tetangga. Untuk menghubungkan Sabang dan Merauke, misalnya, cukup dengan membangun dua stasiun bumi saja. Tak perlu ratusan stasiun pancar ulang, seperti dalam sistem terestrial, dan kualitas hubungan pun tak bergantung pada cuaca seperti pada sistem HF. Walaupun begitu, sistem SKSD tak dapat berdiri sendiri. Akibat Palapa bergeser sedikit saja, sekitar 400 stasiun bumi yang sudah ada tiba-tiba menjadi bangunan tak berguna. Agaknya, hal ini menjadi salah satu alasan Perumtel untuk tetap meneruskan pembangunan sistem terestrialnya. Sistem ini terdiri dari tiga jaringan utama. Jaringan microwave Jawa-Bali diresmikan 10 Maret 1973, yang dipelopori dengan jaringan Jakarta-Bandung enam tahun sebelumnya. Berikutnya giliran jaringan trans-Sumatera diresmikan 7 Agustus 1975 dan jaringan eastern microwave, tiga tahun kemudian. Yang terakhir ini menyatukan pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat, selain menghubungkan juga Ujungpandang dan Soroako. Berkat ketiga jaringan terestrial inilah hubungan telekomunikasi wilayah-wilayah itu tak terputus ketika Palapa tak berfungsi pekan lalu. Hubungan SLJJ, sekalipun sulit, tetap jalan. Demikian pula halnya dengan siaran TVRl dari Jakarta, tetap dapat berjalan seperti biasa melalui jaringan microwave ini. Ujungpandang dapat menikmati jaringan terestrial dari eastern microwave walaupun terpisah dengan laut yang cukup lebar. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya pulau kecil di laut itu. Artinya, stasiun pancar ulang dapat dibangun di atasnya. Keadaan ini tidak terjadi di antara Kalimantan dan Pulau Jawa. Akibatnya, hubungan terestrial harus dilakukan melalui kabel laut, yang rencananya akan dibangun dari Surabaya ke Banjarmasin. Mungkin karena hubungan radio troposcater (sistem komunikasi paling kuno) antara Jakarta dan Banjarmasin, yang masih dipakai sampai kini, dianggap tak memadai lagi. Sebab, seperti sistem HF, hubungan ini bergantung pada cuaca dan waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus