Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi heran dengan masih banyaknya beredar kabar bohong atau hoax meski tindakan hukum tegas sudah dilakukan terhadap sejumlah kasus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal tersebut diungkap Presiden saat bersilaturahmi dengan santri Pondok Pesantren Al Itqon Semarang, Sabtu, 20 Oktober 2018.
Presiden mengungkapkan sejumlah kasus hoaks yang sudah ditindak tegas secara hukum, seperti Obor Rakyat dan Saracen.
"Ini masih ada ribuan, apa tidak ada hal yang lebih baik," katanya.
Obor Rakyat adalah tabloid yang dibuat dengan konten berisi tuduhan bahwa Jokowi merupakan keturunan Tionghoa dan kaki tangan asing. Tim Jokowi kemudian melaporkan kasus ini.
Dua petinggi Obor Rakyat yaitu Setyardi dan Darmawan Sepriyosa dihukum 8 bulan penjara karena divonis bersalah telah melakukan fitnah pada Jokowi.
Adapun Saracen adalah sindikat yang digulung polisi karena menyebarkan ujaran kebencian berkonten SARA lewat media sosial.
Menurut Presiden Jokowi, di setiap pilkada atau pemilihan presiden, akan muncul hoax dan fitnah, terutama di media sosial. "Itu bukan tata krama Indonesia, bukan etika Indonesia, bukan etika Islami kita," katanya.
Serangan hoax dan fitnah terhadap dirinya tidak hanya terjadi kali ini saja, namun hal itu juga dialami pada Pemilu 2014.
Meski demikian, Kepala Negara menanggapinya sebagai hal yang biasa saja. "Saya biasa saja, tapi apa itu pendidikan yang baik," kata Presiden.
Oleh karena itu, Jokowi menitipkan kepada para santri untuk menjaga kerukunan dan persatuan.
Sementara itu, Ketua Yayasan Al Wathoniyah Pondok Pesantren Al Itqon, K.H.Ubaidillah Shodaqoh menyatakan kebanggaannya kepada Presiden Jokowi atas sikapnya dalam menghadapi fitnah dan kabar bohong tersebut.
"Kami bangga karena beliau tetap sabar dan lembut kasih sayangnya kepada rakyat," katanya.