INILAH, barangkali, upacara peringatan hari Sumpah Pemuda yang paling meriah sepanjang masa. Lebih dari 80.000 peserta, sebagian besar pelajar dan pemuda DKI, tumplek di Stadion Utama Senayan, Jakarta, Ahad lalu. Ada Presiden Soeharto yang berbaju batik cokelat muda, juga Ibu Tien, didampingi Menpora Akbar Tandjung. Inilah acara puncak rangkaian kegiatan memperingati "harinya pemuda" yang ke-62 dan makan waktu dua bulan, yang konon menelan lebih dari Rp 1 milyar. Atraksi yang disuguhkan pun semarak. Ada 1.800 remaja kirab, 1.200 penari berpakaian warna-warni, dan 1.200 pesilat dari berbagai perguruan. Lalu 6.000 pelajar SLA menampilkan konfigurasi huruf, ganti-berganti membentuk tulisan "selamat datang" dan "pantang mundur". Dan hadirin kagum melihat 45 atlet penerjun satu per satu mendarat mulus di tengah lapangan Stadion Utama Senayan, dan seorang penerjun berayun-ayun di udara membawa bendera merah putih berukuran besar. Sebelum acara terjun payung, ada defile yang didahului oleh drumband Taruna Akabri. Di antara peserta defile, nampak 800-an pemuda-pemudi dengan seragam kaus putih dengan setrip merah serta celana panjang putih. Di punggung kaus mereka tertulis Kirab Remaja Nasional (KRN) '90. Mereka berasal dari 27 provinsi. Puncaknya, seusai membacakan laporan kegiatan KRN '90, Siti Hardiyanti Rukmana, penanggung jawab KRN '90, menyerahkan bendera merah putih kepada Presiden Soeharto dan seikat bunga kepada Ibu Tien. Sebelumnya, ia secara berapi-api membacakan sebuah puisi panjang karyanya sendiri berjudul "Jayalah Indonesiaku". KRN -- yang bernaung di bawah bendera Yayasan Tiara pimpinan Siti Hardiyanti memang baru kali ini tampil dalam acara memperingati Sumpah Pemuda. Sekalipun begitu, mungkin banyak yang tak tahu bahwa kegiatan KRN sebenarnya sudah berjalan sejak tiga tahun yang silam. Kirab -- berjalan kaki mengelilingi sebuah wilayah -- semula dimaksudkan untuk memeriahkan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Pada tahun 1987, kirab dilakukan dengan menempuh jarak Jakarta-Surabaya. Tahun berikutnya, kirab justru berawal di Surabaya dan berakhir di Jakarta. Baru pada 1989, kirab diselenggarakan dengan mengikutsertakan semua provinsi di Jawa. Ketika itu, kegiatan KRN sudah melibatkan sejumlah pemuda dari provinsi yang dilewati dengan puncak acara di Yogyakarta. "Hasilnya bagus. Makanya, tahun ini kita bikin kirab yang melibatkan pemuda dari 27 provinsi," kata Tutut, panggilan akrab Siti Hardiyanti. Maka, tepat pada 17 Agustus lalu kegiatan kirab dimulai di berbagai daerah, yang sekaligus bermaksud memperingati HUT RI, HUT ABRI, dan Sumpah Pemuda. Kirab, yang biasanya dimulai dari ibukota provinsi kemudian menuju kabupaten, dilakukan oleh 17 anggota pasukan utama KRN, yang didampingi oleh 45 pasukan inti. Peserta yang termasuk pasukan utama adalah yang melakukan kirab dari satu etape ke etape lain tanpa berhenti. Sedangkan pasukan inti adalah peserta kirab yang hanya melakukan perjalanan untuk satu etape. Sepanjang perjalanan, di daerah yang mereka lewati, peserta kirab melakukan berbagai kegiatan, seperti pertunjukan kesenian sambil kerja bakti. Senangkah mereka? "Saya berterima kasih kepada Mbak Tutut yang bisa mempertemukan saya dengan remaja dari daerah lain di Jakarta," kata Eri Syamsuddin. Remaja putri asal Bengkulu ini sempat menangis ketika menempuh etape I sejauh 35 km. Peserta KRN dari Sulawesi Selatan misalnya, yang menempuh jarak 974 km, antara lain melakukan kegiatan perbaikan masjid, penghijauan, dan perbaikan jalan di Kabupaten Sinjai, yang menghabiskan dana lebih dari Rp 120 juta. Dana tersebut sebagian besar berasal dari swadaya masyarakat. Yayasan Tiara menyumbang Rp 17,5 juta. Ini baru untuk satu kabupaten. Rata-rata, untuk kegiatan bakti sosial di tiap provinsi, Yayasan Tiara menyediakan dana Rp 60 juta. Anggota Pasukan Utama inilah yang kemudian didatangkan ke Jakarta. Setiap provinsi mengirimkan 20 utusan ke Jakarta yang terdiri dari 17 orang pasukan utama KRN plus tiga orang pendamping. Sejak kedatangan mereka di Jakarta 20 Oktober lalu sampai 1 November ini, ke-500 remaja tadi ditanggung oleh panitia dan ditampung di Graha Wisata Remaja dan Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Beberapa perusahaan besar ikut menyumbang dana. Tak heran jika di lengan kiri seragam para peserta KRN terdapat tulisan warna biru: Barito Pacific Timber atau Humpuss. Nama pengusaha beken Prajogo Pangestu bos kelompok Barito Pacific Timber dan Hutomo Mandala Putera dari Grup Humpuss juga tercantum dalam susunan Panitia Kirab tahun ini. Juga nama Bambang Trihatmojo, Siti Hediati Prabowo, dan Ibrahim Risjad. Selama dua bulan lebih, setiap peserta diberi uang saku Rp 15.000/hari. Belum lagi tiga setel pakaian dan sepatu, serta asuransi kecelakaan Rp 3,5 juta untuk setiap peserta selama setahun. Bagi peserta yang datang ke Jakarta, selain transportasi dan penginapan gratis, mereka juga mendapat uang saku Rp 200.000. Apa komentar Menteri Pemuda dan Olahraga Akbar Tandjung? "Kegiatan ini mempunyai fungsi sosial, yakni meningkatkan pembinaan pemuda dan menciptakan kesetiakawanan sosial," katanya. Tutut pun, yang hari itu mengenakan seragam KRN dengan kerudung merah, berniat meneruskan KRN tahun mendatang dengan komposisi yang berbeda. Kelak, pasukan utama KRN di setiap provinsi, terdiri dari 28 orang yang berasal dari 26 provinsi yang berbeda dan dua orang dari provinsi itu sendiri. "Dengan demikian, pemuda-pemuda dari provinsi yang berbeda punya pengetahuan tentang provinsi yang lain," katanya. Rustam F. Mandayun (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini