KAPTEN Abdulrahman, kini bertambah sering senyum. Setahun yang
lalu perwira asal Bugis berumur 34 tahun itu berada di Timor
Timur kini ia ditugaskan di perbatasan Irian Jaya -- dan
menemukan bahwa medan di sini tak seberat yang diduganya. Dan
itu antara lain juga karena kapten bertubuh kecil liat ini
berhasil melakukan satu hal yang biasa saja: bagaimana meredakan
kecurigaan rakyat setempat.
Kapten Abdulrahman sudah sejak 5 bulan berada di desa Skou, lima
kilometer di barat wilayah Papua Nugini. Bersama 20 anak buahnya
ia masuk ke masyarakat yang terdiri dari 750 jiwa dan
merupakan gabungan 10 suku ini.
Sebelum datang, dalam benak para anggota Yon 724 Hasanuddin ini
terbayang gambaran wilayah yang sulit seperti di Timor Timur.
"Ternyata tidak," kata Kapten Abdulrahman. Yang ditemui adalah
wilayah pantai yang subur dengan penduduk yang tenang tapi tak
peduli.
Pada mulanya anggota kesatuan ini terheran-heran menyaksikan
penduduk desa yang membelakang setiap kali diajak bicara. Juga
mula-mula untuk mendekati pos kesatuan inipun mereka tak mau.
"Mereka memilih jalan berputar-putar dari pada harus melewati
depan pos ini," ungkap Rahman pula.
Tapi keadaan pelan-pelan berubah. Sekarang warga desa sering
duduk-duduk ngobrol dengan anggota Yon. Malahan para remaja
bermain pingpong, volley dan dam, yang sarananya disediakan
kesatuan di dekat pos. Kapten Rahman dan anak buahnya telah
mengajak mereka bergotong-royong membuat lapangan volley.
Sistim kerja ini rupanya baru bagi warga di sini. Sebab, kata
Rahman, jika ada penduduk mendirikan rumah, tak ada yang mau
membantu kalau ia tak memotong babi untuk hidangan. Bahkan untuk
menarik perahu yang baru selesai dari hutan ke laut, tak akan
ada yang menolong jika tanpa diberi makan.
Kebiasaan itu rupanya mulai diterobos oleh anggota-anggota
kesatuan Rahman. Bersama anak buahnya ia langsung membantu warga
desa yang memerlukan tenaga tanpa diminta. Bahkan anggota
kesatuan ini sering membagi-bagi hewan hasil perburuan di hutan
kepada penduduk. Keadaan pelan-pelan berubah. Rasa simpati
tumbuh.
Misalnya ondoafi (kepala suku) sudah memperkenankan tentara
mengambil sayur-sayuran dan buah kelapa untuk lauk makan
sehari-hari. Sebelumnya kesatuan ini sempat didenda kepala suku
karena begitu saja mengambil bahan makanan itu, meskipun
terletak di tengah hutan.
Mengenang liku-liku yang telah ditempuhnya bersama anak buah,
Kapten Abdulrahman, mengungkapkan pengalaman ketika baru 10 hari
tiba di desa ini. "Tiba-tiba ada anak buah saya yang dituduh
memperkosa anak wanita di sini," tuturnya, "dituduh memeras
tenaga penduduk untuk memikul barang, malahan difitnah menembak
ayam mereka."
Berita itu cepat tersiar. Sebagian penduduk lekas
mempercayainya. Ini mengingat pengalaman beberapa waktu
sebelumnya. sebuah kesatuan tentara yang bertugas di desa ini
menembaki dan memusnahkan sebagian besar ternak babi penduduk.
Karena itu beberapa anggota DPRD dari Jayapura segera datang
mengecek kebenaran kabar tentang anak buah Abdulrahman itu.
Ternyata memang tak berdasar.
Kapten Rahman memang dari jauh hari sudah memperingatkan anak
buahnya. "Jangan berbuat macam-macam terhadap rakyat," katanya,
"jangan menyinggung perasaan mereka dan yang pokok jangan
mengganggu anak gadis mereka. Lebih baik kamu pergi ke Jayapura
daripada merusak nama kita." Sampai sekarang tak terjadi
bentrokan berarti di antara anggota kesatuan tentara itu dengan
warga desa setempat.
Tapi suatu kali terjadi insiden. Seorang warga desa mabuk. Uang
hasil kontrakan hutannya habis, di samping untuk membeli
minuman juga karena dihamburkannya di tengah orang banyak ketika
mabuknya mencapai puncak. Terjadi keonaran di antara warga desa
untuk memperebutkan uang itu.
Berfikir dari segi keamanan, Kapten Rahman segera mengikat dan
memukul si mabuk. "Apa boleh buat, ini untuk pelajaran," kata
perwira muda yang taat beragama Islam ini. Dan memang benar,
sejak itu tak ada lagi yang mabuk secara terang-terangan.
Sementara itu, inilah kata seorang penduduk Desa Skou: "Kalau
pemerintah tldak mendatangkan minuman, kami juga tidak akan
minum."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini