Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sejarah Panjang Pondok Pesantren di Indonesia, Kini Jumlahnya Lebih dari 30 Ribu Ponpes

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memainkan peran penting di Indonesia sejak lama. Ini kisahnya.

18 November 2024 | 06.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pondok pesantren atau ponpes merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memainkan peran penting dalam pengajaran agama Islam di Indonesia. Sejak masa awal masuknya Islam ke Nusantara, pesantren menjadi sarana utama untuk menyampaikan ajaran agama kepada masyarakat. Peran pesantren tidak hanya terbatas pada pengajaran ilmu agama, tetapi juga pembentukan karakter generasi penerus bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai institusi berbasis Islam, ponpes telah menjadi bagian integral dari sejarah pendidikan di Indonesia. Keberadaannya tidak hanya berfungsi sebagai pusat pembelajaran keislaman, tetapi juga sebagai wadah untuk mencetak generasi yang unggul secara spiritual, intelektual, dan sosial. Dengan perkembangan zaman, pesantren terus bertransformasi menjadi sistem pendidikan modern yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana pesantren bermula dan bagaimana evolusinya hingga menjadi pilar pendidikan yang signifikan di era globalisasi? Perjalanan panjang pesantren di Indonesia menjadi cerminan kekuatan pendidikan berbasis agama yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat sepanjang masa.

Sejarah Pondok Pesantren

Sejarah pendidikan di Indonesia berawal dari lembaga-lembaga swasta, terutama pesantren dan padepokan. Pesantren dianggap sebagai hasil adaptasi sistem pendidikan lokal yang sebelumnya berkembang di era Hindu-Buddha di Nusantara. Pada masa itu, lembaga pendidikan lokal berupa padepokan dan dukuh banyak dibangun untuk mendidik para cantrik.

Pesantren, pada dasarnya, terdiri dari tiga elemen penting: santri, kiai (guru), dan asrama atau pondok. Namun, banyak yang memahami pesantren hanya dari segi bangunan fisik, padahal peranannya jauh lebih luas, termasuk dalam penyebaran Islam di Indonesia dan dalam membentuk kehidupan sosial, budaya, keagamaan, serta politik.

Kata "pesantren" berasal dari kata "santri" yang diberi imbuhan "pe-" dan "-an", yang mengacu pada tempat tinggal bagi santri. Secara umum, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang dilengkapi dengan asrama, di mana santri tinggal bersama dan belajar ilmu agama di bawah bimbingan seorang kiai. Awalnya, pondok pesantren didirikan oleh seorang kiai atau ulama yang menetap di suatu daerah, yang kemudian menarik banyak santri dari berbagai tempat untuk menuntut ilmu.

Sebagian besar pesantren pada masa itu didanai secara bersama-sama oleh santri dan masyarakat sekitar untuk memastikan kelangsungan pendidikan dan kehidupan yang terhindar dari gejolak luar. Sejarah awal pondok pesantren di Indonesia diyakini bermula ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim, atau lebih dikenal dengan Sunan Ampel, mendirikan padepokan di Ampel, Surabaya, yang menjadi dasar pendidikan pesantren di Nusantara. Para murid yang belajar di padepokan Sunan Ampel kemudian pulang ke daerah masing-masing dan mendirikan padepokan serupa, menghasilkan banyak ulama besar.

Pada 1899, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, yang menjadi pusat pendidikan dan melahirkan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Di sisi lain, Kiai Ahmad Dahlan, yang pernah belajar di Mekkah, mendirikan Muhammadiyah dengan pendekatan pendidikan yang lebih modern, dengan kurikulum yang sedikit berbeda.

Saat ini, pesantren-pesantren di Indonesia telah berkembang dengan kurikulum dan fasilitas yang lebih modern, tetapi nilai-nilai kesederhanaan dan keikhlasan dalam kehidupan kiai dan santri tetap menjadi teladan yang penting dalam ajaran pesantren.

Dengan lebih dari 30 ribu ponpes yang tersebar di seluruh Indonesia, institusi ini tidak hanya menjadi tempat pendidikan, tetapi juga benteng kokoh dalam menjaga akhlak dan karakter bangsa. Melalui kombinasi antara tradisi dan modernitas, pesantren berhasil menjadi motor penggerak pendidikan Islam yang adaptif terhadap perubahan zaman.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I  M. RIZQI AKBAR

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus