Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kemarau yang terjadi sejak Mei lalu menyebabkan sejumlah daerah mengalami kekeringan. Salah satu daerah yang mengalami kekeringan adalah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat 10 kecamatan di Gunungkidul mengalami kekeringan. Setidaknya 85 ribu orang kesulitan mendapat air bersih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyiapkan pos anggaran untuk mengatasi bencana kekeringan di Gunungkidul. "Anggaran itu pasti ada, tidak mungkin tidak ada," kata Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sultan, selain di level provinsi, pos anggaran kedaruratan yang dapat digunakan untuk mengatasi bencana kekeringan telah disiapkan setiap pemerintah kabupaten atau kota.
Pemerintah Jawa Tengah juga mewaspadai kekeringan tahun ini. Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Ruang Jawa Tengah, Eko Yunianto, mengatakan pihaknya sedang berupaya menjaga debit air puluhan waduk di provinsi tersebut. "Debitnya terus mengalami penurunan saat memasuki musim kemarau," ujarnya.
Sebanyak 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, telah dilanda kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung kini mulai mendistribusikan bantuan air bersih di sejumlah desa. "Air bersih sulit didapat di wilayah tersebut sehingga mulai mendapat bantuan air," kata pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung, Gito Walngadi.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan pengelola bendungan dan irigasi untuk mengantisipasi kekeringan pada musim kemarau tahun ini. "Kami juga sudah memantau kondisi di sejumlah waduk, seperti Cirata dan Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta," ujarnya, kemarin.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Hendi Jatnika, mengatakan setidaknya 8.644 hektare lahan pertanian di Jawa Barat mengalami kekeringan. "Kabupaten Indramayu menjadi yang paling parah karena terdapat 1.456 hektare yang sudah tidak menerima pasokan air," ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkapkan potensi kekeringan di sejumlah daerah. Berdasarkan pantauan curah hujan per 20 Juni 2019, sejumlah daerah ditetapkan berstatus siaga hingga awas.
Status awas diterapkan di daerah yang telah mengalami hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 61 hari. Daerah yang berstatus awas itu adalah Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan Bali.
Adapun status siaga diterapkan pada daerah yang telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 31 hari. Daerah-daerah yang termasuk kategori ini ialah Jakarta Utara, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian besar Jawa Tengah.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, mengatakan 35 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sedangkan 65 persen sisanya masih mengalami musim hujan. Wilayah yang sudah masuk kemarau meliputi pesisir utara dan timur Aceh, Sumatera Utara bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian tenggara, pesisir barat Sulawesi Selatan, pesisir utara Sulawesi Utara, pesisir dalam perairan Sulawesi Tengah, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan.
"Musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksi masih berpeluang mendapat curah hujan," kata Herizal.
Kemarau di Indonesia diperkirakan bakal terjadi hingga Oktober nanti. Kepala Subbidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi, memperkirakan kemarau tahun ini bakal lebih kering dibanding tahun lalu. Tahun lalu, curah hujan selama musim kemarau kurang dari 20 milimeter dalam satu bulan. "Tahun ini bisa lebih rendah," ujarnya. BMKG mengimbau masyarakat waspada terhadap kekeringan yang bisa berdampak pada sejumlah sektor. Di antaranya pertanian, kelangkaan air bersih, dan peningkatan potensi terjadinya kebakaran. BUDIARTI UTAMI PUTRI | ANTARA | AGUNG SEDAYU
Kering hingga Oktober
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo