Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Seorang guru dari malang meninggal

Gagasan utama guru soepartinah pakasi, memperbaiki mutu pendidikan melalui sd 5 tahun di desa-desa. sebelum cita citanya berhasil, ibu pendidik dan penulis buku berhitung "pakasi" ini keburu meninggal dunia

17 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOEPARTINAH Pakasi adalah contoh betapa seorang yang punya gagasan kuat terpaksa tunduk pada kungkungan birokrasi. Itu dialaminya ketika tahun 1959 sebagai seorang dosen IKIP Malang, dia berusaha untuk memperoleh sebuah sekolah dasar untuk mewujudkan cita-citanya bagi perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar melalui sebuah sekolah percobaan. Sekolah dasar menurut pendapatnya amat penting. "Karena sebagian besar rakyat Indonesia tinggal di desa-desa dengan keadaan ekonomi yang tidak banyak memberi kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan yang tinggi," katanya. Niat baiknya itu kandas karena kalangan pendidikan ketika itu beranggapan sekolah dasar bukan urusan lembaga perguruan tinggi. Gagasan utama dari Nyonya Pakasi adalah pengakuan terhadap kemampuan murid yang berbeda-beda. Murid harus dirangsang untuk maju terus sesuai dengan kemampuan dan prestasi masingmasing. Mereka dibantu dengan beberapa usaha, misalnya dengan pengelompokan yang luwes berdasarkan prestasi dalam kelas. Adanya jam pelajaran bebas dan jam perpustakaan yang sudah dimulai sejak kelas I. Penyediaan alat pembantu pelajaran yang berfungsi untuk memperkuat dan memperkaya pengalaman belajar. Dan dia ingin memperpendek pendidikan di SD hanya sampai lima tahun. Delapan tahun kemudian barulah keinginannya terkabul, ketika kepadanya ditawarkan untuk memimpin taman kanak-kanak yang didirikan oleh isteri para dosen IKLP Malang sendiri. Dia menerima tawaran itu dengan syarat punya kebebasan untuk menerapkan konsepnya untuk pendidikan TK dan SD. Sementara jabatan dosen tetap dia pegang di IKIP. Berhitung Pakasi Setelah setahun dia memimpin TK itu, banyaklah murid-muridnya yang sudah siap masuk SD. Orang-orang tua mereka puas pula dengan jalannya pendidikan tersebut. Kemudian muncullah usul untuk memperluasnya dengan sebuah SD. Tahun 1968 lahirlah sekolah dasar yang sudah lama ditunggu Nyonya Pakasi. Kelas I diisi oleh tamatan TK sedangkan yang kelas II dan III diisi oleh murid yang sengaja didatangkan dari luar untuk mempercepat terselenggaranya sekolah percobaan tersebut. Pada tahun 1970 sekolah itu sudah tumbuh menjadi sebuah SD 5 tahun, sesuai dengan gagasan "cukup lima tahun" untuk SD. Di sekolah ini diciptakan situasi dan kegiatan belajar yang dalam tempo 5 tahun sudah bisa mematangkan murid untuk masuk sekolah lanjutan pertama. Tiga tahun kemudian Pemerintah meresmikan TK dan SD Swasta IKIP Malang itu sebagai Sekolah Pemerintah dengan nama Sekolah Laboratorium Pendidikan Malang. Di sini SD dan SMP digabung menjadi satu dan ditempuh dalam 8 tahun saja, satu tahun lebih pendek dari sistim pendidikan biasa. Pokok pikirannya tidak hanya meliputi perombakan ke dalam sekolah saja, tetapi juga pengikut-sertaan para orang tua murid dalam memberikan nilai rapor. Selain guru, orangtua pun harus memberikan penilaiannya tentang tingkah-laku dan kepribadian anak mereka di rumah. Tetapi orang tua tidak diperbolehkan membantu anak mereka dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Mereka hanya diharapkan mengawasi anak mereka agar membuat pekerjaan-rumah sebagaimana mestinya. Sebagai seorang ibu dengan jabatan ganda, sebagai dosen dan guru sekolah dasar, dia tetap saja sebagai seorang ibu rumahtangga yang selalu ingat kewajiban. Ia tak pernah jauh dari kedua orang puteranya. Betapa pun sibuknya dia masih sempat memperhatikan makanan suaminya. Memasakkan nlakanan yang digemarinya. Dan mengatur kelengkapan rumah agar tetap bersih dan teratur. Kemauan keras menjadi sifatnya. Ia menyelesaikan pendidikan HIK sebagai anak yatim-piatu. abatan guru untuk pertama kali dia peroleh di Sekolah Kartini, Semarang. Sejak itulah dia bergerak di bidang pendidikan melalui berbagai tahap. Dimulai dari guru SD, SMP, SGA sampai dosen dan berpindah-pindah dari Semarang ke Tondano, Tomohon, Jakarta, Yogya dan terakhir Malang. Gelar Master of Arts dan Specialist in Education dia peroleh ketika mengikuti suaminya yang mendapat kesempatan belajar selama dua tahun di Nashville, Amerika Serikat. Sampai di kota itu Soepartinah ikut mendaftarkan diri. Kesempatan itu dia gunakan sebaik-baiknya dan ternyata mereka berdua berhasil. Ford Foundation yang membiayai seluruh ongkos pendidikan suaminya itu, kemudian tahu bahwa dia juga ikut pendidikan dengan ongkos sendiri. Yayasan itu kemudian mengganti seluruh biaya yang dia keluarkan. Kutu Anjing Tahun 1966 dia memperoleh gelar doktor dalam psikologi anak-anak. (Baru dia yang memperoleh gelar seperti itu). Gelar itu diberikan oleh Peaoly College untuk desertasinya tentang suatu program baru untuk pendidikan dasar di Indonesia. Dengan judul A Proposed National Elementary Education Program for Indonesia. Menyertai kemauannya yang kuat untuk memperbaiki mutu pendidikan sekolah dasar dengan memperbaiki kurikulum yang ada, ia juga menulis buku pelajaran. Tahun 1970 ia menyusun buku berhitung yang kemudian disebut orang "Berhitung Pakasi." Ternyata prestasi anak-didiknya cukup tinggi dalam bidang ini. Itulah sebabnya Departemen P & K pernah memutuskan untuk mencetak 3 juta eksemplar buku tersebut. Menurut sementara pejabat di bidang pendidikan "Berhitung Pakasi" merupakan perpaduan antara berhitung konvensionil dengan matematika modern. Tentang keberhasilan metode berhitungnya ini ada juga yang menyangsikan. "Masih dipertanyakan apakah prestasi itu hanya kebetulan, sebab banyak anak dosen IKIP Malang yang bersekolah di situ," kata mereka. Ada pula yang mengatakan bahwa dengan bukunya itu Nyonya Pakasi telah memasukkan unsur matematika. Yang kemudian dia sanggah. Inilah yang kemudian membawa semacam persimpangan jalan antara dia dengan tim kurikulum SD dari Departemen P & K. "Tapi bagaimana pun kami menghargai usaha yang telah dia rintis, meskipun kebenaranya belum teruji," sambung seorang pejabat di lingkungan P & K. Pejabat tersebut menggambarkan wanita kelahiran Salatiga ini sebagai "mudah tersinggung dan cepat sekali marah. Ia sering lepas dari sistim organisasi IKIP Malang. Membuat dia sulit dikontrol. Munkin beliau terlalu maju pikirannya, sehingga kami sukar mengikutinya. Terhadap dirinya sendiri dia cukup keras dalam menempa diri untuk menjadi seorang yang disiplin dengan pekerjaan. Dan yakin bahwa sukses hanya bisa dicapai dengan banting tulang. Dengan duduk bersila di kursi, rambut dikonde kencang-kencang dengan berteman segelas kopi dan kacang, dia sering bekerja sampai fajar baru datang. Istirahat 2 atau tiga jam dia berangkat lagi ke sekolah. Dalam umur yang sudah 64 dia masih bisa berkata: "Saya sudah terlatih bekerja keras sejak kecil. Karena itulah saya akan bekerja terus melgabdikan diri saya kepada dunia pendidikan selama kekuatan masih ada." Kekuatan itu memang masih saja ada, sampai pada tanggal 2 September jam 00.30 dinihari. Siangnya, sekembali dari mengunjungi puteranya, dia menjangkau vitamin dan mereguknya. Malang tangan itu bukannya mengambil makanan yang akan menambah kekuatan, malahan membawa bencana. Dia telah meminum obat kutu anjing. Ibu pendidik ini segera dilarikan ke rumahsakit umum di kota Malang itu. Hampir larut malam dan yang ada hanya seorang perawat. Dia berusaha menolongnya, tetapi dia tak tahu antidonm racun kutu itu. Usahanya gagal dan Soepartinah menemukan ajalnya dengan racun yang tak sempat ditawarkan. Kepergiannya tidak hanya ditangisi para guru, murid dan orangtua di kota Malang, semua yang mendambakan perbaikan pendidikan mengantarkannya dengan haru ke pemakaman di Sukun. "Dengan kepergiannya Indonesia kehilangan seorang tokoh pendidikan yang terkemuka, tangguh dan penuh pengabdian," kata harian Kompas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus