Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Untuk yang kena kecelakaan

Di jakarta akan dibangun sekolah khusus remaja cacat organ fisik atau tekanan mental diselenggarakan yayasan santikara. yang pertama di indonesia siswa dididik secara individual, tidak bisa massal.

17 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG murid dengan inteligensi normal mengalami keterlambatan dalam mengikuti pelajaran. Bekas luka pada otaknya karena suatu kecelakaan belum hilang. Luka inilah yang membuat dia kurang kuat menghadapi tugas sebagai murid. Mau dimasukkan ke sekolah luar biasa tak tepat. karena sekolah seperti itu hanya disediakan mtuk mereka yang ù:acad mental dengan kadar inteligensl di bawah normal. Tidak jelas berapa banyak murid di sini mengalami keluhan-keluhan serupa. Tapi yang terang di Jakarta, akhir tahun ini, sudah akan dibuka sekolah lanjutan remaja khusus, untuk menampung para murid yang mundur pelajarannya karena organ fisik mereka terganggu atau karena tekanan mental. Sekolah ini akan diselenggarakan oleh yayasan Santikara sebuah yayasan yang sudah agak lama menyelenggarakan kursus kesehatan mental dan biro-biro konsultasi untuk psikologi dan Child Guidance Centre atau pusat pendidikan anak-anak. Untuk tahap pertama sekolah khusus yang menempati sebuah gedung sumbangan gubernur (waktu itu) Ali Sadikin di Jalan Surabaya Timur 51, Jakarta, akan menerima 10 sampai 12 orang murid. Calon muridnya nampaknya sudah tersedia, berkat pilihan beberapa orang guru yang tempo hari sudah digodok dalarn sebuah penataran. "Mereka ini tentu sudah tahu apa yang dihadapi oleh para muridnya," kata dr Soeharto Heerdjan, ahli penyakit jiwa yang akan memimpin sekolah khusus ini. Tak Bisa Massal Di sekolah ini para murid akan dididik secara khusus. Itulah sebabnya mengapa murid yang diterima baru dalam jumlah belasan saja. Sistim pendidikan massal seperti ergambar pada bangku sekolah biasa, tak mungkin dilaksanakan di sini. "Mereka akan dididik secara individuil sekali dengan segala pera watan yang dibutuhkan. Seperti perawatan psikiatris, orthopedagogis dan traumaorganis cerebral," urai Soeharto Heerdjan. Dalam rencana, sekolah ini tidak mengenal kelas. Pun tidak memakai jenjang pendidikan seperti 3 tahun untuk SLP dan SLA. Pelajaran yang diperoleh para murid di SLP atau SLA biasa, juga akan mereka dapatkan. Tetapi disesuaikan dengan kemampuan murid. Waktu belajar direncanakan mulai dari 07.30 dan baru pulang jam 16.00 Menurut kepala sekolah yang baru itu, hal ini untuk membuat para murid merasa seperti berada di rumah masing-masing. Jika sampai waktunya untuk berangkat ke rumahsakit untuk memperoleh perawatan medis, semuanya akan berangkat berbarengan dari sekolah. Bagi orang tua murid yang menyangka keterlambatan anaknya dalam mengikuti pelajaran mungkin disebabkan oleh sesuatu kecelakaan, boleh saja melamar langsung ke sekolah khusus ini. Diterima atau tidak tergantung pada konsultasi yang dilakukan oleh beberapa orang ahli yang memang sudah sejak lama bekerja untuk Santikara Tetapi berapa uang sekolahnya. si kepala sekolah sendiri belum bisa mengucapkannya. "Tergantung dari sumbangan yang masuk. Juga dari subsidi pemerintah," jawab Soeharto Heerdjan. Dia juga mengutarakan kekhawatirannya kalau-kalau murid tak mampu tak bisa dibantu jika dana yang terkumpulkan tak memadai. "Maklum sekolah seperti ini baru yang pertama di Indonesia," katanya. Untuk sekolah ini sejak beberapa waktu yang lalu kabarnya secara intensip sudah dilaksanakan latihan-latihan untuk tenaga pengajar dan perawat. Seorang ahli orthopedagogi dari Negeri Belanda. E. Goldberg ikut pula dalam tim pengajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus