SEORANG murid dengan inteligensi normal mengalami keterlambatan
dalam mengikuti pelajaran. Bekas luka pada otaknya karena suatu
kecelakaan belum hilang. Luka inilah yang membuat dia kurang
kuat menghadapi tugas sebagai murid. Mau dimasukkan ke sekolah
luar biasa tak tepat. karena sekolah seperti itu hanya
disediakan mtuk mereka yang ù:acad mental dengan kadar
inteligensl di bawah normal.
Tidak jelas berapa banyak murid di sini mengalami
keluhan-keluhan serupa. Tapi yang terang di Jakarta, akhir tahun
ini, sudah akan dibuka sekolah lanjutan remaja khusus, untuk
menampung para murid yang mundur pelajarannya karena organ
fisik mereka terganggu atau karena tekanan mental. Sekolah ini
akan diselenggarakan oleh yayasan Santikara sebuah yayasan yang
sudah agak lama menyelenggarakan kursus kesehatan mental dan
biro-biro konsultasi untuk psikologi dan Child Guidance Centre
atau pusat pendidikan anak-anak.
Untuk tahap pertama sekolah khusus yang menempati sebuah gedung
sumbangan gubernur (waktu itu) Ali Sadikin di Jalan Surabaya
Timur 51, Jakarta, akan menerima 10 sampai 12 orang murid. Calon
muridnya nampaknya sudah tersedia, berkat pilihan beberapa orang
guru yang tempo hari sudah digodok dalarn sebuah penataran.
"Mereka ini tentu sudah tahu apa yang dihadapi oleh para
muridnya," kata dr Soeharto Heerdjan, ahli penyakit jiwa yang
akan memimpin sekolah khusus ini.
Tak Bisa Massal
Di sekolah ini para murid akan dididik secara khusus. Itulah
sebabnya mengapa murid yang diterima baru dalam jumlah belasan
saja. Sistim pendidikan massal seperti ergambar pada bangku
sekolah biasa, tak mungkin dilaksanakan di sini. "Mereka akan
dididik secara individuil sekali dengan segala pera watan yang
dibutuhkan. Seperti perawatan psikiatris, orthopedagogis dan
traumaorganis cerebral," urai Soeharto Heerdjan.
Dalam rencana, sekolah ini tidak mengenal kelas. Pun tidak
memakai jenjang pendidikan seperti 3 tahun untuk SLP dan SLA.
Pelajaran yang diperoleh para murid di SLP atau SLA biasa, juga
akan mereka dapatkan. Tetapi disesuaikan dengan kemampuan murid.
Waktu belajar direncanakan mulai dari 07.30 dan baru pulang jam
16.00 Menurut kepala sekolah yang baru itu, hal ini untuk
membuat para murid merasa seperti berada di rumah masing-masing.
Jika sampai waktunya untuk berangkat ke rumahsakit untuk
memperoleh perawatan medis, semuanya akan berangkat berbarengan
dari sekolah.
Bagi orang tua murid yang menyangka keterlambatan anaknya dalam
mengikuti pelajaran mungkin disebabkan oleh sesuatu kecelakaan,
boleh saja melamar langsung ke sekolah khusus ini. Diterima atau
tidak tergantung pada konsultasi yang dilakukan oleh beberapa
orang ahli yang memang sudah sejak lama bekerja untuk Santikara
Tetapi berapa uang sekolahnya. si kepala sekolah sendiri belum
bisa mengucapkannya. "Tergantung dari sumbangan yang masuk. Juga
dari subsidi pemerintah," jawab Soeharto Heerdjan. Dia juga
mengutarakan kekhawatirannya kalau-kalau murid tak mampu tak
bisa dibantu jika dana yang terkumpulkan tak memadai. "Maklum
sekolah seperti ini baru yang pertama di Indonesia," katanya.
Untuk sekolah ini sejak beberapa waktu yang lalu kabarnya secara
intensip sudah dilaksanakan latihan-latihan untuk tenaga
pengajar dan perawat. Seorang ahli orthopedagogi dari Negeri
Belanda. E. Goldberg ikut pula dalam tim pengajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini