NAMA membawa bakat, kata orang. Itu sebabnya, mungkin, ketika seorang ayah berusia 30 tahun menamai anaknya: Setan, sebuah rumah sakit lokal di Tokyo jadi ragu mencatatnya. Mulanya, pengurus rumah sakit tersebut siap membuatkan akta kelahiran si bayi, tapi mereka berubah pikiran setelah berkonsultasi dengan pihak kementerian kehakiman. Sebab, menurut sumber di kementerian itu, nama Setan sungguh tidak genah. Kasihan sekali jika kelak si anak menjadi bahan olok- olok dan terkucil. Di Negeri Sakura terdapat sejumlah aturan tentang batasan nama yang layak, dan hanya beberapa dari ideogram Cina yang boleh digunakan. Sedangkan rakitan Kanji dengan karakter buruk dan hantu -- yang melahirkan kata akuma alias syaitan (setan) - memang resmi diharamkan. Meski jelas sudah ada aturan tertulis, toh si ayah yang tak disebutkan namanya itu belum mati akal. Maklum, dia, dikabarkan, bangga setengah mati memberi anaknya nama Setan, yang lahir akhir tahun silam, hingga membuat orang seantero Jepang kemekmek atau gagap terperangah. Dan ketika dihadang dengan tekanan untuk mengganti nama si bayi, ia lalu membawa urusan ini ke Tokyo Family Court, sebuah pengadilan keluarga di Tokyo. Laporan kantor berita Reuters itu tidak merinci apa pertimbangan hakim, tapi disebut bahwa pengadilan meluluskan nama Setan sesuai dengan kemauan si ayah tadi menamai anaknya yang pertama ini, sekaligus memerintahkan pihak rumah sakit mengeluarkan sertifikatnya. "Nama Akuma merupakan pelecehan terhadap seseorang. Tapi, sekali nama itu diterima, perlu prosedur legal untuk mengesahkannya," kata juru bicara pengadilan tersebut tanpa menjelaskan rujukan pasal hukumnya. Tentu saja si ayah aneh tadi sukacita bukan main. Menurut media setempat, dalam happynya, ayah Setan itu bilang sudah menyiapkan nama untuk anaknya yang kedua kelak, yakni Teio -- nama salah satu kaisar Jepang. Berita kecil itu tak mengutip apa komentar ibunda Setan. Tapi yang jelas, mengenai sahnya kelahiran Setan di Jepang, Menteri Kehakiman Akira Mikazuki menolak berkomentar terhadap keputusan pengadilan tadi. Sang menteri boleh jadi kehabisan kata berpapasan dengan urusan yang top bikin bingung ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini