Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Setelah Gaga Tak Mampir

Lady Gaga batal berkonser di Jakarta karena merasa tak aman. Big Daddy menyiapkan Madonna.

4 Juni 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada gurat kecewa atau terkejut ketika Michael Rusli mengabarkan soal gawat ini: manajemen Lady Gaga resmi membatalkan konser di Jakarta, 3 Juni. Presiden Direktur Big Daddy Management itu menyampaikannya dengan dingin dan datar kepada pengamat musik Bens Leo, Ahad pagi dua pekan lalu. "Saya justru yang kaget," kata Bens.

Ahad pagi itu sejatinya Michael dan Bens akan menggelar konferensi pers untuk mengumumkan, hanya izin tinggal sementara bagi Lady Gaga dari Dinas Pariwisata yang belum keluar. Rekomendasi untuk mendapat izin menyelenggarakan keramaian dari Kepolisian Daerah Metro Jaya hampir pasti di tangan. Sumber di Big Daddy bahkan optimistis dua izin itu bakal didapat karena semua syarat dan prosedur yang diminta sudah dipenuhi.

Tapi, Big Daddy berencana, Lady Gaga jugalah yang menentukan. Menurut Bens, sebelum konferensi pers, Michael ditelepon manajemen penyanyi berjulukan "Mother Monster" itu. Kabar yang disampaikan: Lady Gaga tak mau tampil karena khawatir terhadap situasi keamanan Jakarta yang tak menentu. Michael mengumumkan pembatalan itu dalam jumpa pers di Nutz Culture Cafe, Senayan City.

Front Pembela Islam dan sejumlah organisasi kemasyarakatan mengancam akan membubarkan konser jika penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta itu tetap manggung di Gelora Bung Karno, Senayan. Mereka menuding penyanyi eksentrik itu penyembah setan dan pendukung lesbian serta gay. Front menyoal lagu Judas, Born This Way, dan Alejandro, yang—menurut mereka—menunjukkan Lady Gaga penyembah Lucifer.

Padahal peralatan konser sudah disiapkan. Ada 70 kontainer yang diangkut satu pesawat sejenis Boeing berisi peralatan konser bertema opera itu. Lady Gaga rencananya bakal menghadirkan kastil megah dan rumit yang belum pernah ada dalam konser-konsernya di negara lain. Menurut Bens Leo, butuh empat hari untuk membangun kastil itu.

Satu sumber Tempo mengatakan ketidakyakinan manajemen Lady Gaga terutama karena penolakan sudah memicu pro-kontra yang diintervensi kekuasaan. Sepanjang dua pekan lalu, Kepala Kepolisian Daerah Jakarta Inspektur Jenderal Untung Rajab banyak menerima telepon dari petinggi negeri ini. "Pak Marzuki Alie, misalnya, meminta konser dibubarkan jika melanggar syarat," kata Untung, menceritakan percakapannya dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Sebaliknya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto meminta polisi mengizinkan konser itu sepanjang kostum Gaga disesuaikan dengan adat lokal. Selain memberi pernyataan pers secara terbuka, Djoko menyurati Markas Kepolisian.

Namun surat yang membuat polisi menolak keras datang dari Sekretariat Negara. Surat itu sebetulnya pengantar surat-surat protes yang dikirim Front Pembela Islam, Majelis Ulama Indonesia, dan organisasi lain. Tapi pengantar itu meminta polisi mencermati protes terhadap pertunjukan yang memicu pro-kontra ini.

Karena itulah polisi masih tarik-ulur mengeluarkan izin. Sudi Silalahi tak bisa dikontak karena sedang di luar negeri. Tapi juru bicara presiden, Julian Pasha, menyangkal ada surat yang mengintervensi polisi. Ia mengakui ada banyak surat penolakan konser dari organisasi Islam. "Tapi langsung kami kirim ke polisi," ujarnya.

Sebelum semua syarat dipenuhi, Gaga keburu membatalkan pertunjukannya. Gaga bersama sekitar seratus awak pendukungnya hanya bertahan di Singapura. Padahal konser Gaga bisa menjadi parameter bagi artis besar lain untuk datang ke Jakarta, karena saat ini dia menjadi artis pop nomor satu di dunia. Michael Rusli mengatakan akan meminta Madonna, ratu pop pendahulu Gaga, menyanyi di Jakarta.

Manajemen U2 secara lisan menyatakan band rock asal Irlandia itu bersedia menggelar konser di Jakarta jika konser Gaga sukses. Begitu Gaga batal tampil, mereka menyatakan pikir-pikir lagi sampai situasi Jakarta bisa menerima konser meriah. "Madonna lebih tidak mungkin lagi," kata Bens Leo.

Kartika Candra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus