Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Si Mas Sudah Pergi

Mas Isman, meninggal dunia pada tgl 4 desember '82 karena serangan jantung. Ia pendiri kosgoro dan tiga kali setahun melantik kader-kader kosgoro. (nas)

18 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA pun akan memanggilnya Mas. Sebab memang begitulah namanya: Mas Isman. Ketua Umum Kosgoro dan anggota Dewan Pembina DPP Golkar yang suka bicara blak-blakan itu kini sudah tiada. Ia menghembuskan napasnya yang terakhir di RS dr. Soetomo Surabaya-- kota pusat perjuangannya semasa menjadi Komandan TRIP sekitar tahun 1945 --pukul 2.15 hari Minggu lalu. Menjelang tengah malam, Mas Is panggilan akrabnya, masih duduk santai bersama adik dan seorang teman dekat di bar hotel miliknya, "Elmi", Jalan Jenderal Sudirman setelah menghadiri resepsi di rumah temannya di daerah Kalisosok. Tiba-tiba ia terbatuk. Sutrisno, teman akrabnya langsung menduga batuk Mas Isman bukan sembarang batuk. Ada kaitannya dengan sakit jantung yang diidapnya. "Akh, nggak apaapa. Sudahlah, kau diam saja," ujar Mas Isman ketika Sutrisno menawarkan pergi ke dokter. Dugaan Sutrisno tidak meleset. Napas Mas Isman semakin sesak. Ia meminta oksigen dan mengambil obat di kamar hotel, yang selalu dibawanya ke mana saja ia pergi. Sayang, Sutrisno tidak menemukan tablet Tilenol yang sering dimakan Mas Isman untuk mengurangi rasa sakit bila jantungnya kambuh, dan oksigen itu. Ia cepat memanggil dokter. Setelah dokter memeriksanya, memang diketahui jantung Mas Isman dalam keadaan gawat. Segera ia dilarikan ke Ruang Perawatan Jantung Intensif (ICCU) rumah sakit. Tapi jiwanya tidak tertolong. Minggu pagi, jenasah Mas Isman dibaringkan di dalam peti kayu berukir dengan alas bunga mawar-melati dan ditaburi anggrek merah--diterbangkan ke Jakarta. Selama dua hari disemayamkan di rumahnya, Jalan Cik Ditiro, banyak teman dan anak buahnya berdatangan. Presiden dan Nyonya Tien Soeharto, para menteri dan pejabat tinggi tampak melayat. Juga Elsye, bekas istrinya yang langsung terbang dari Manado. Setelah disemayamkan sejenak di gedung DPR/MPR Selasa lalu, anggota parlemen sejak 1977 itu diberangkatkan ke tempat istirahat terakhir, Pemakaman Tanah Kusir. Lahir di Bondowoso Jawa Timur 1 Januari 1924, ia adalah putra Mas Darmowasito, seorang petani yang kemudian menjadi kepala kantor pajak bumi di Cirebon. Dalam perjuangan bersenjata, pada usia 21 tahun ia menjadi Komandan TRIP--tentara pelajar yang oleh serdadu Belanda dijuluki 'pasukan tuyul' karena pintar menyusup ke daerah musuh. Karirnya semakin menanjak di bidang militer sampai pangkat mayor jenderal. Sering ditugaskaryakan seperti Dubes Rl di Rangoon (1960), Bangkok (1961) dan Cairo (1967). Sederet bintang dan tanda jasa disandangnya. Bersama bekas tenura pelajar, ia mendirikan Kosgoro pada 1957. Mulamula sebagai Koperasi Simpan Pinjam Gotong Royong, "dari, oleh dan untuk rakyat". Dan nama itu pula kemudian melekat pada gedung megah bertingkat, terbalut kaca mengkilap di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Bisnis Kosgoro memang semakin mekar. Ia mendirikan klub malam Elcici Koca di silang Monas dan Hotel Elmi--singkaun nama Elsye, istinya yang dicerai 1973, dan Mas Isman. Janda dan duda ini sebelum berpisah mempunyai empat putra dan dua putri. Kesehatan Mas Isman memang menghambat semangatnya untuk berjuang bersama teman-temannya dan mendidik kader politik lewat Kosgoro. Jantungnya rewel. Tahun 1979 ia menjalani pembedahan jantung di RS Houston. Amerika Serikat yang tersohor itu. Dan kesehatannya segera pulih setelah dengan tekun melakukan olah raga ringan. Sedikitnya tiga kali setahun ia melantik "kader-kader" Kosgoro: tokohtokoh muda yang mampu diorbitkan lewat berbagai wadah. "Dia adalah komunikator yang baik, dalam arti tidak ngibul," kata Sarwono Kusumaatmadja. Sekretaris FKP, tokoh muda yang dekat dengan Mas Isman. "Tapi dalam hal gagasan politik, bukan Mas Isman orangnya," tambahnya. Ia, misalnya, tidak ukut-takut mengkritik Golkar atau pemerintah. Tapi ia juga tidak menghindari kritikan termasuk dari anak buahnya. Dalam suatu pertemuan intern Kosgoro, Mas Isman pernah dikecam karena one man show dalam organisasi itu. Tapi Mas Isman menangkis: "Saya menjadi one man show karena kalian menginginkannya. Saya selalu memberi kebebasan berkreasi. Tapi dasar bebek, kebebasan itu tidak berguna." Bahkan Mas Isman sempat mengingatkan pejabat teras Kosgoro: "Kalau Kosgoro ini berantakan setelah saya meninggal, itu juga karena kalian semua adalah bebek."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus