Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Siapa Suruh Teror Jakarta

Hampir saban hari Ibukota dipusingkan ulah penelepon iseng yang mengancam teror bom. Sasarannya gedung bertingkat, keramaian bahkan rumah ibadah.

19 April 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jakarta ramai diguncang teror. Biasa, datangnya dari penelepon gelap, yang mengancam akan meledakkan bom di sejumlah lokasi publik. Sabtu malam pekan lalu, misalnya, operator pertokoan Sarinah di Jalan Thamrin menerima suara sangar: bangunan berlantai tujuh itu akan dirontokkan. Siapa orangnya yang tak ketakukan mendengar gertakan ini? Simak saja angka berikut. Selama kuartal pertama tahun ini saja setidaknya tercatat 72 ancaman berkumandang dari balik telepon. Frekuensinya, menurut data dari Polda Metro Jaya, bahkan meninggi di siang hari bolong. Kebanyakan sasaran tertuju pada gedung pemerintah dan kantor swasta, disusul tempat belanja, rumah sakit, hotel, bank, bahkan tempat ibadah. Pendek kata, di mana saja, kapan saja. Teror agaknya tak mengenal lokasi. Juga waktu. Yang nyata-nyata meledak dan paling menggegerkan terjadi di lantai dasar perkantoran Masjid Istiqlal, Senin sore pekan lalu. Bangunan masjid itu tak ada yang rontok, memang. Bom menghancurkan batu pualam, dan dinding beton di sudut samping sebelah barat jebol berdiameter 30 cm. Akibatnya, 36 ruangan rusak. Yang paling parah di kamar 26, dihuni Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI). Kerugian fisik ditaksir mencapai Rp 3 miliar. Serentetan ledakan juga terjadi di pelbagai tempat (lihat tabel). Peristiwa aksi teror ini tentunya bikin sibuk para petugas dari tim Gegana Brimob, satuan khusus di kepolisian yang memang piawai dalam urusan menjinakkan sang peledak. Dalam menangani isu Sarinah-Thamrin itu, tim antibom ini khusus menelisik dengan peralatan lengkap, di seluruh bagian bangunan. Mereka bekerja menangkal ulah peneror, sampai larut malam. Tak peduli meski nyatanya berulang kali cuma dikerjain. Mending siaga ketimbang meledak tak keruan. Aparat keamanan selain tim Gegana akhirnya sibuk bikin barikade agar dampak ledakan Istiqlal tak merembet kemana-mana. Di Jakarta, sehari setelah peledakan, beberapa orang sempat mengerubungi Katedral yang tak jauh dari Masjid negara itu. Seorang penelepon bersuara perempuan mengirim gertak akan meledakan gereja. Sebaliknya, dari sekretariat Gerakan Pemuda Islam (GPI) di kawasan Menteng, terpetik kabar: seorang pria yang mengaku aktivis gerakan kelompok Kristen radikal, akan memberikan pukulan yang lebih dahsyat. Tapi ternyata, lagi-lagi, cuma isu. Jadi, tak perlu membakar emosi untuk ulah murahan begini. Sabar sajalah. Toh masih banyak persoalan penting yang harus dilakukan menjelang pesta demokrasi.

Ancaman dan Ledakan Bom di Jakarta Sepanjang 1998-1999

  • 19 Januari 1998, Rumah susun, no. 510 Tanahtinggi
  • 29 Januari 1999, Rumah Korcam PDI di Bintaro, Sebuah bom molotov dilemparkan dan meledak
  • 1 Februari 1998, Bandara Soekarno Hatta (Segumpal anah yang berisi bahan sejenis logam ditemukan dalam pesawat Garuda Airbus GA 782)
  • 16 Februari 1998, Wisma Dharmala, Jalan Jenderal Sudirman
  • 20 Februari 1998, Gedung Standard Chartered Bank, JalanJenderal Sudirman
  • 4 Agustus 1998, Rumah Dinas Gubernur DKI, Jalan Suropati, Menteng (Satu bom molotov dilempar dan meledak)
  • 22 Agustus 1998, Gedung Menara Bank BNI Pusat, Jalan Jenderal Sudirman
  • 27 Agustus 1998, Restoran Planet Hollywood, Jalan Gatot Subroto, Ancaman bom
  • 11 Desember 1998, Galeri ATM Atrium Senen
  • 2 Januari 1999, Pertokoan Ramayana Department Store, Jalan H. Agus Salim
  • 3 Januari 1999, Hotel Indonesia, Jalan. M.H. Thamrin
  • 6 Januari 1999, Hero Pondokgede
  • 6 Januari 1999, Toserba Ramayana, Tebet Barat
  • 1 Februari 1999, Rumah Sakit Cipto, Jalan Diponegoro
  • 5 Februari 1999, Kantor Kejaksaan Agung
  • 8 Februari 1999, BDN Pasarbaru, Jalan Samanhudi
  • 10 Februari 1999, Taman Toserba Kelapa Gading, Jalan Boulevard, Kelapa Gading
  • 11 Februari 1999, Gedung Satelindo, Jalan Daan Mogot
  • 25 Februari 1999, Gedung Starpage, Jalan Salemba Tengah
  • 15 April 1999, Plaza Hayam Wuruk
  • 19 April 1999, Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat
  • 20 April 1999, Gereja Katedral, Jakarta Pusat
  • 20 April 1999, Toko Buku Gramedia, Jalan Matraman Raya
  • 21 April 1999, Jembatan penyeberangan depan Bank Indonesia, Jalan M.H. Thamrin (Ditemukan sebuah plastik kantong, diduga berisi bom)
  • 22 April 1999, Wisma 77, Jalan S. Parman
  • 22 April 1999, Gedung LP3I, Jalan Matraman
  • 22 April 1999, Bandara Soekarno-Hatta
  • 23 April 1999, RS Pelni, Jalan K.S. Tubun, Petamburan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus