Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Tangan Tuhan dan Keputusan itu

Akhirnya Susilo Bambang Yudhoyono mundur dari kabinet. Betulkah akan merekatkan kekuatan anti-Megawati?

15 Maret 2004 | 00.00 WIB

Tangan Tuhan dan Keputusan itu
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Senyap menyelimuti rumah dinas Susilo Bambang Yudhoyono di Jalan Widya Chandra V/2, Jakarta, Kamis pekan lalu. Jam menunjukkan pukul 11.00 siang. Sejumlah kawan sang menteri menarik napas panjang. "Kapan (pengunduran diri) diumumkan, Pak?" kata Usamah Hisyam, bekas staf Wakil Presiden dan pimpinan majalah Demokrat, media yang dikenal dekat dengan Yudhoyono. SBY, begitu Bambang Yudhoyono biasa disapa, tak menjawab. Ia memanggil Deputi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Bidang Komunikasi dan Informasi, Alex Bambang Riatmodjo, dan menyampaikan perintah singkat: segera kumpulkan wartawan di kantor kementerian ini pukul 14.00 siang. Adapun Kolonel Dicky, Koordinator Staf Pribadi SBY, pukul 12.30 diutus menyampaikan surat pengunduran diri SBY sebagai menteri kepada Presiden.

Siang itu, tiga jam sebelum meminta izin mengundurkan diri kepada Presiden, SBY mengumpulkan kawan dekatnya. Turut hadir dalam pertemuan itu Joyo Winoto, Direktur Eksekutif Brighten Institute—lembaga yang disebut-sebut sebagai think tank tim sukses SBY—sejumlah jenderal purnawirawan seperti Mayjen (Purn.) Syamsuddin, juga bekas pengurus Golkar Rachmat Witoelar. Beberapa di antara mereka sebetulnya tidak srek dengan pengunduran diri Yudhoyono. Di mata mereka, posisi SBY sebagai menteri menguntungkan bagi persiapannya menjadi presiden. Tapi SBY mengambil keputusan lain: ia meminta mundur.

Maka, untuk sementara, rampunglah babak perseteruan Yudhoyono dengan Presiden Megawati. Sebelumnya, Presiden berkali-kali menyindir SBY sebagai orang yang berniat mencalonkan diri sebagai presiden tapi tak mau mundur dari jabatan pembantu presiden. Adalah Taufiq Kiemas, suami Megawati, yang "meledakkan" perseteruan itu. Ia menyindir SBY kekanak-kanakan karena protes akibat tak dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting menyangkut soal politik dan keamanan.

Perihal pengunduran dirinya itu tampaknya dirahasiakan betul oleh Yudhoyono. Dalam pertemuan di rumah pribadi Yudhoyono di Puri Cikeas Indah, Cibubur, rencana itu tak disampaikan bekas Menteri Pertambangan itu kepada "tim sukses"-nya. Hadir dalam pertemuan yang berakhir pukul 3.00 dini hari itu Ketua Umum Partai Demokrat Subur Budhisantoso, istri SBY Kristiani Herrawatie, bekas Gubernur Nusa Tenggara Timur Herman Musakabe, serta beberapa orang lainnya.

Bahkan hingga pukul 2.00 dini hari, SBY masih menyatakan akan menemui Megawati. Karena itu, ia berniat menelepon ajudan Presiden lagi pada Kamis pukul 07.30. Dalam pertemuan di perpustakaan yang mengoleksi 11.000 buku itu memang sempat dibicarakan komentar Sekretaris Negara Bambang Kesowo yang menyebut SBY melankolis. Dalam pertemuan dengan pengurus Partai Demokrat sebelumnya, SBY juga tak menyinggung-nyinggung soal pengunduran dirinya. "Kami hanya membicarakan jadwal kampanye SBY pada akhir minggu," ujar Ketua Partai Demokrat, Sys N.S.

Yudhoyono tampaknya ekstrahati-hati dalam mengambil sikap. Pada 9 Maret ia mengirim surat meminta bertemu Presiden untuk mengklarifikasi pemangkasan wewenangnya sebagai menteri koordinator. Adalah Kolonel Dicky yang disuruh mengantar surat dalam amplop cokelat ke kediaman Presiden, Jalan Teuku Umar. "Jangan lupa baca Al-Fatihah," kata SBY, seperti ditirukan seorang sumber.

Sampai di tangan ajudan Presiden, Kolonel (Laut) Susanto, surat diserahkan ke Megawati saat memimpin rapat Partai di Markas PDI Perjuangan di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa siang. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Denny J.A., SBY sengaja tak mengirimnya lewat saluran birokrasi. "Agar tak ada distorsi dan dijamin diterima Presiden," kata Deny.

Tapi tak ada jawaban dari Presiden. "Belum dijadwalkan," begitu jawaban staf Presiden setiap kali SBY meminta kepastian bertemu. Itulah sebabnya SBY lalu mengajak "tim sukses"-nya berembuk. Tapi, "Kepastian mundur baru muncul Kamis pagi seusai salat subuh," kata Usamah Hisyam. Siangnya, Yudhoyono tak mengikuti rapat kabinet terbatas. Lalu, pukul 14.35, permohonan mundur itu dibacakan Yudhoyono. Seperti mendapat berita gembira, Jumat malam lalu, Presiden mengangkat Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno sebagai menteri koordinator ad interim.

Yang bersorak dengan mundurnya SBY ini adalah Partai Demokrat. Sudah lama SBY diharapkan all out membesarkan Partai. Maklum, partai yang didirikan pada September 2001 ini belum banyak dikenal orang. Figur SBY dianggap mampu mendongkrak perolehan suara. Kabarnya, dukungan kepada Partai Demokrat juga langsung bertambah. Kata Wakil Sekretaris Jenderal Max Sopacua, di Jawa Barat pengurus partai sampai minta tambahan 1 juta lembar kartu anggota. "Ibarat koran, oplah kami naik drastis," ujarnya.

SBY juga tak malu-malu lagi mengumumkan tim suksesnya. Tim yang dipimpin Letnan Jenderal (Purn.) Muhammad Ma'roef, bekas kompanyon SBY di militer, membawahkan lima bidang: riset dan strategi, komunikasi dan media massa, monitoring, evaluasi, dan mesin politik. Joyo Winoto membawahkan riset, politik akan ditangani Budhisantoso, media massa kabarnya akan dipercayakan kepada Usamah. Akhir pekan lalu SBY bahkan sudah berkampanye di Banyuwangi dan Bali.

Menurut Yon Hotman, salah seorang anggota tim SBY, bekas Gubernur Sulawesi Utara E.E. Mangindaan dipercaya menggalang pendukung di wilayahnya. SBY bahkan siap memimpin koalisi melawan Megawati di ajang pemilu presiden. "SBY tanpa beban protokoler bisa bertemu musuh-musuh Mega," kata Yon.

Koalisi? Meski tak mudah, tanda-tanda bukan tak ada. Sehari setelah pengunduran dirinya, SBY langsung bertemu bekas presiden dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa, Abdurrahman Wahid, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Tak jelas adakah janji kerja sama sudah diumbar dalam pertemuan itu. Tapi, kata kerabat Abdurrahman yang hadir dalam pertemuan itu, "Tangan Tuhan sedang bekerja. Pengunduran diri SBY adalah pertanda baik".

Apalagi Yenny Zannuba Wahid, putri Abdurrahman yang menemani ayahnya bertemu SBY, menyebut Yudhoyono sebagai saudara jauh keluarga Wahid dari trah Pacitan. Yudhoyono memang asli Pacitan, Jawa Timur. "Enggak bener kalau ada yang bilang SBY bukan orang Nahdlatul Ulama," kata Yenny. Sebelumnya nama Yudhoyono memang pernah muncul dalam Musyawarah Kerja Nasional PKB tahun lalu sebagai salah satu calon presiden partai itu. "Gus Dur tetap calon presiden PKB. Saya melihat SBY adalah figur yang bersih," kata Ketua PKB, A.S. Hikam.

Bukan hanya PKB, Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra, juga "merapat" ke arah Yudhoyono. Sepekan sebelum pengunduran dirinya, SBY sempat bertemu Yusril. Tapi, "Belum ada pembicaraan serius tentang posisi calon presiden atau wakil presiden," kata Sekretaris Jenderal PBB, M.S. Ka'ban. Sembilan partai lainnya, di antaranya Partai Keadilan Sejahtera, disebut-sebut juga siap "bekerja sama" dengan Yudhoyono.

Bahkan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung juga ikut-ikutan meramaikan seremoni lamar-melamar itu. "Boleh saja kalau SBY mau bertemu dengan saya atau pengurus Golkar lainnya. Kita tak akan menolak," kata Akbar di Malang, Jawa Timur.

Bagaimana reaksi kubu Megawati? Kubu banteng bermoncong putih itu mengaku tak gentar. "Bagi kami, SBY bukan siapa-siapa. Masih banyak yang perlu diurus," kata Tjahjo Kumolo, pengurus Partai yang juga orang kepercayaan Taufiq Kiemas.

Tak ada yang patut bikin gentar memang. Pertarungan belum dimulai dan semua masih bisa berubah. Sebelum pemilu legislatif nanti, persekutuan politik masih seperti air: encer dan bisa bergerak ke sana-sini.

Jobpie Sugiharto, Abdi Purmono (Malang), Made Mustika (Bali)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus