Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JIKA semuanya sesuai dengan rencana, setiap hari sekitar 2.000 ton sampah dari Jakarta bakal diboyong ke Desa Bojong. Ini hanya sebagian saja, karena setiap hari warga Ibu Kota "memproduksi" sekitar 6.000 ton sampah. Di TPST Bojong, 2.000 ton sampah itu dimusnahkan dengan teknologi ballapress.
Awalnya, sampah organik dan nonorganik (seperti plastik, kaleng, atau pecahan kaca) dipisahkan. Lalu, sampah organik akan dipres hingga keluar air lindinya. "Ampas" sampah ini kemudian digulung menggunakan plastik khusus. Adapun sampah nonorganik akan dimusnahkah dengan incinerator, tungku pembakaran. PT Wira Guna Sejahtera sudah menanamkan dana tak kurang dari Rp 85 miliar untuk pembangunan TPST tersebut.
Kendati berteknologi canggih, tetap saja tak ada jaminan sampah itu tak mengusik kesehatan manusia. Menurut pakar lingkungan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi H.B. Henky Sutanto, salah satu dampak pembakaran sampah adalah dioksin, senyawa-senyawa kimia berbahaya seperti PCB (polychlorinated biphenyl atau CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin). Senyawa-senyawa ini jika bocor ke udara dan dihirup manusia akan menyebabkan, antara lain, kanker.
Ada lagi bahaya lain. "Sebelum diproses, sampah itu pasti akan ditumpuk, waktu tunggu ini yang harus diwaspadai. Satu hari saja menumpuk, air lindi sampah akan meresap dan bercampur air tanah," ujar Suryoadiwibowo, Kepala Pusat Peneliti Lingkungan Hidup IPB. Karena curah hujan di Bogor tinggi, air lindi berbau busuk itu tentu akan lebih cepat menyebar ke mana-mana terbawa air hujan. "Air lindi berbahaya karena menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit atau gatal-gatal," kata Suryo.
Satu-satunya jalan untuk menghindarkan penumpukan adalah secara langsung memusnahkan sampah. Tapi, ini tak gampang. Syarat utama, sampah itu harus dipilah dulu antara organik dan nonorganik. Padahal, dari Jakarta, semua tahu, sampah sudah campur aduk tak keruan.
LRB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo