Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Tim Kampanye Nasional atau TKN Prabowo-Gibran Nusron Wahid membantah pihaknya menggunakan konsultan politik yang sama dengan Presiden Filipina Ferdinand Bongbong Marcos Jr. Gaya kampanye Prabowo disebut mirip dengan putra diktator Filipina Ferdinand Marcos itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bongbong Marcos dilantik menjadi Presiden Filipina setelah berhasil memenangi Pemilu 2022. Tak hanya mengandalkan gimik melalui media sosial, dia juga menggandeng Sara Duterte, putri dari presiden petahana Rodrigo Duterte, sebagai calon wakil presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika ditanya apakah konsultan politik Prabowo sama dengan Bongbong, Nusron mengatakan dia sendiri yang menjadi konsultan politik itu. "Konsultannya saya," ucapnya saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Senin, 11 Desember 2023.
Kendati begitu, dia mengatakan tak masalah gaya kampanye Prabowo mirip dengan siapa pun. Dia mengatakan itu terserah Prabowo. "Orang mau mirip siapa, kan suka-suka dia," ujar politikus Partai Golkar itu.
Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies atau IPS Nyarwi Ahmad mengatakan ada potensi kemiripan pola kampanye Prabowo-Gibran dengan kampanye Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. di Filipina.
Nyarwi mengatakan, ada potensi tim Prabowo menggunakan pola atau bahkan konsultan asing yang mendukung Bongbong. Namun, dia mengatakan kemungkinan itu harus diklarifikasi secara langsung kepada tim di Prabowo-Gibran.
Saat Bongbong memenangi Pemilu Filipina, Nyarwi mengatakan pemilih muda di sana cukup signifikan. Para pemilih muda itu cenderung menyukai hal yang sifatnya bukan high politics, melainkan low politics. "Bukan politik dengan gagasan-gagasan besar, melainkan politik yang isunya receh," ucapnya melalui sambungan telepon, Jumat, 8 Desember 2023.
Prabowo, menurut Nyarwi, tak hanya bermain di high politics melalui retorika kebangsaan, tetapi juga low politics melalui joget-jogetnya. Dia mengatakan cara itu menjangkau kalangan lebih luas daripada isu-isu yang bersifat high politics.
Tak hanya dalam konteks perilaku, Nyarwi mengatakan kemiripan itu terletak pada konteks demografi yang mirip dengan Filipina. Dia mengatakan kemiripan juga terletak pada kesamaan basis pemilih muda. Basis pemilih itu, menurutnya, tidak merasakan era otoriter secara langsung.
Situasi hari ini, menurut Nyarwi, membuka peluang terjadinya filipinisasi politik di Indonesia. "Khususnya dalam konteks pemilu presiden," ujarnya. Dia menjelaskan, ada tren atau pola yang mirip antara Prabowo dengan Bongbong.