Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ujian Negara Muncul Lagi, Bocor Lagi

Beberapa soal mata pelajaran yang diujikan secara nasional (ebtanas), bocor di beberapa tempat (jakarta, sumatra utara, palembang), hanya di wilayah tempat kebocoran ujian perlu diulang. (pdk)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA namanya masih ujian negara (berlaku hingga 1971), lalu ketika nama itu diubah menjadi ujian sekolah atau resmi disebut EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) sejak 1972, kebocoran soalsoal ujian selalu terjadi. Tahun ini mata pelajaran yang diujikan secara nasional (Ebtanas), dari yang tadinya hanya Pendidikan Moral Pancasila (PMP), ditambah dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi dan Geografi. Dan mudah diduga, mata pelajaran yang diebtanaskan itulah, terutama. yang kini menjadi sasaran kebocoran. Paling tidak hingga akhir pekan lalu, hari terakhir ujian SMTA seluruh Indonesia, diketahui untuk mata pelajaran PMP bocor di wilayah Jakarta. Lalu PMP dan Bahasa Indonesia bocor di wilayah Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dan menurut harian Sinar Harapan, 15 April, di Palembang ada petunjuk kuat ke lima mata pelajaran yang diebtanaskan itu bocor semua. "Saya mengakui adanya kebocoran-kebocoran," kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (PDM) Prof. Dardji Darmodiharjo kepada Ferhat Aziz dari TEMPO. Tapi berbeda dengan kebocoran ujian negara sebelum 1971, kebocoran Ebtanas kini tak perlu dilakukan pengulangan ke seluruh Indonesia. Pagi-pagi pihak Ditjen PDM telah menyiapkan sistem penanggulangan. Caranya, soal ujian tak hanya disiapkan satu paket, tapi banyak. Tentu saja tingkat kemudahan dan kesulitan soal tiap paket, sama. Paket itu kemudian dikirimkan ke seluruh Kanwil P&K. Kanwil memperbanyak soal lalu membagikannya ke tiap wilayah. Dan untuk wilayah satu dengan lainnya, soal berbeda. "Tak satu sekolah pun yang tahu paket yang mana yang akan diujikan sekolahnya," tambah Dardji pula. Sistem itu memang kemudian menghemat biaya bila terjadi kebocoran. Hanya di wilayah tempat kebocoran itulah ujian perlu diulang. Misalnya di Jakarta, Ebtanas PMP hanya akan diulang di Jakarta Selatan dan Pusat, 22 April - karena kebocoran hanya terjadi di wilayah itu. Bahkan kebocoran di Kabupaten Karo, Sumatera Utara ujian ulangan tak perlu diadakan. Kebocoran yang telah diketahui beberapa hari sebelum Ebtanas dimulai itu, memberi kesempatan Panitia Ujian setempat untuk segera mengganti soal ujian, tutur Supeno, Kakanwil P&K Sumatera Utara. Toh, tak peduli ada sistem baru atau tidak, para siswa agaknya tetap merasa ditantang untuk mencari soal-soal bocoran. Seorang siswa SMA Marsudi Luhur, Yogyakarta misalnya, beberapa hari sebelum ujian tiba-tiba rajin lari pagi. Dan ia selalu lewat di depan rumah salah seorang gurunya, hanya untuk mengorek sampah di sekitar rumah itu. Bahkan menurut pengakuannya sendiri kepada TEMPO, ia pun menjanjikan hadiah buat pembantu rumah tangga gurunya tersebut, bila berhasil membuang sampah yang ada soal-soal Ebtanya. Para siswa itu pun tak peduli kemungkinan adanya soal Ebtanas palsu yang diperolehnya. Seperti di Bandung misalnya, sejumlah siswa SMA medapat bocoran soal PMP. Beberapa siswa mengaku membeli soal tersebut dari seseorang dengan harga Rp 10 ribu. Lantas ada seorang siswa yang juga memperoleh bocoran soal itu, tapi kemudian menemui Walikota Bandung, Husen Wangsaatmadja, dan menyerahkannya. Pak Wali tentu saja kaget, dan lantas menelepon Kakanwil P8K Jawa Barat. Itu berlangsung Minggu sore, 10 April, sehari sebelum Ebtanas dimulai. Suppena Mustarim, Kakanwil itu, bertindak sigap. Bersama stafnya ia lantas meneliti bocoran soal itu. Maka diketahuilah kop dan huruf lembaran soal yang bocor itu ternyata berbeda dengan lembaran soal asli yang diketahui Kakanwil. Kemudian diketahui pula bahwa soal-soal PMP yang bocor itu persis sama dengan soal PMP Ebtanas tahun lalu. Kesimpulannya, lembaran soal PMP itu palsu. Adapun kebocoran di Jakarta, menurut Drs. Padidi, kepala SMAN I yang menjadi ketua panitia EBTA Rayon I Jakarta Pusat, ditemukan oleh guru pengawas. Senin pagi, sewaktu Ebtanas PMP berlangsung, guruguru pengawas di SMPP I, Jakarta, menemukan fotokopi soal PMP. Ternyata fotokopi itu persis seperti soal yang hari itu digarap para siswa: Diam-diam para guru lantas melapor kepada Padidi, dan yang belakangan itu lantas meneruskan laporan kepada Kakanwil P8K DKI Jakarta. Hari itu juga Padidi menerima laporan serupa dari SMAN 41, sekolah yang termasuk dalam rayonnya juga. "Menurut dugaan saya fotokopi itu diperoleh bukan dari rayon saya," tutur Padidi kepadaJames R. Lapian dari TEMPO. "Kami baru terima paket soal dari Kanwil, Minggu 10 April pukul 14.00. Pemeriksaan paket baru selesai pukul 20.00. Setelah itu baru kami menandatangani Berita Acara Serah Terima paket soal." Sementara itu menurut Padidi, warung fotokopi di daerah Sumur Batu, dekat lokasi SMAN 41, Minggu pagi itu sibuk melayani permintaan fotokopi soal-soal Ebtanas. Adapun paket soal yang diterima Padidi baru didistribusikan ke 35 sekolah dalam wilayah Rayon I, Senin pagi-pagi. "Soal itu diambil sendiri oleh para ketua penyelenggara ujian," kata ketua Rayon I Jakarta Pusat ini. Sebenarnya pihak Kanwil P&K DKI telah mengusahakan pengamanan cukup rapi dan ketat. "Kami hanya melibatkan sedikit mungkin orang dalam mengurus paket soal," kata Ending Karmadi, kepala Sub Penerangan Kanwil DKI. "Juga kami usahakan jarak waktu penyampaian soal ke sekolah sesempit munkin. Dan sewaktu diperbanyak di percetakan, kami langsung mengawasinya sendiri." Jadi, di mana adanya lubang sistem ini? Seorang staf di Kanwil P&K DKI menilai, panjangnya perjalanan paket soal dari pusat di Jakarta ke daerah masih merupakan peluang untuk bocor. Paket soal itu datang dari Ditjen PDM ke seluruh Kanwil, dari Kanwil ke Kantor Dinas P&K di kabupaten, baru kemudian ke wilayah-wilayah atau rayon sebelum sampai ke sekolah. Maka, kata sumber itu, meski disediakan beberapa paket cadangan, "tinggal spekulasi saja bagi yang mengharap bocoran, mendapat paket yang tepat atau tidak." Lepas dari setuju atau tidak Ebtanas, bagi guru-guru yang dihubungi TEMPO dari berbagai kota, rata-rata senang dengan Ebtanas kini. "Kami tak lagi pusing membuat soalsoal EBTA, tinggal mengawasi dan mengoreksi saja," kata Sidarto, seorang guru di sebuah SMA swasta di Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus